Ceramah Master Cheng Yen: Berdisiplin dan Berhati Tulus

“Sekolah kami dijadikan pusat isolasi pertama agar kelak fasilitas lain di kota ini dapat melakukan hal yang sama,” kata Pendeta Aristotle Dy, Kepala Sekolah Xavier. Pemerintah di San Juan, Filipina menjadikan gedung sekolah sebagai pusat isolasi sementara; insan Tzu Chi mengantarkan tempat tidur lipat dan selimut serta membantu melakukan pemasangan dan persiapan.

“Tempat tidur lipat dan selimut yang diberikan oleh Tzu Chi benar-benar sangat bermanfaat. Terima kasih. Semoga hari kalian menyenangkan. Demi keselamatan, mari kita berdiam di rumah,” ujar Toti Sanchez, alumnus Sekolah Xavier.

Dalam menghadapi pandemi kali ini, saya berharap semua orang dapat saling mendoakan demi keselamatan semua orang. Demikianlah kedamaian dan doa terbesar yang bisa kita berikan. Saya juga ingin mengingatkan setiap orang untuk bermawas diri dan berhati tulus. Jangan hanya merasa takut. Kita harus senantiasa membangkitkan ketulusan.

Saya selalu mengingatkan orang-orang untuk membangkitkan ketulusan. Selain mendoakan keselamatan semua orang, kita juga harus membangkitkan ketulusan. Kita harus mengungkapkan ketulusan dari lubuk hati kita. Saya berharap setiap orang dapat melakukannya dalam keseharian.

 

Kini, bisa hidup tenteram dengan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat, kita sudah dipenuhi berkah. Agar bisa hidup sehat dan dipenuhi berkah, kita harus mengonsumsi makanan yang baik. Makanan yang terbaik ialah makanan vegetaris. Ini merupakan hukum alam. Hidup di dunia ini, kita hendaknya berpegang pada hukum alam. Alam menyediakan bahan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi kita, yakni tanaman pangan.

Minggu lalu, saya berkata bahwa kita harus bertobat kepada langit dan bersyukur kepada bumi. Kini banyak orang yang telah melupakan pentingnya bertobat dan bersyukur. Saat mereka menginginkan sesuatu, mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkannya. Mereka bisa melakukan apa pun demi kesenangan pribadi. Pola pikir seperti ini membuat mereka tersesat.

Meski menginginkan sesuatu, kita tetap harus menaati aturan. Meski menyukai sesuatu, kita juga harus berpegang pada prinsip kebenaran dan hati nurani. Kita harus menggunakan kebijaksanaan kita untuk menentukan apa yang kita butuhkan. Dengan hanya mengambil apa yang kita butuhkan, kita bisa hidup berdampingan dengan semua makhluk. Hidup berdampingan dengan semua isi alam semesta, inilah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Kita juga melihat anak yang menggemaskan. Dia sangat polos, mengasihi saya, dan patuh. Sebandel apa pun, saat mendengar music program “Lentera Kehidupan” dan “Sanubari Teduh”, dia akan terlebih dahulu berdoa dengan tertib, lalu bersungguh hati mendengarkan ceramah saya. Dia sungguh menyerap Dharma ke dalam hati.

 

“Saya bersyukur di tengah perenungan”. Dia belum bisa berbicara dengan jelas. Saat dia menyanyikan lagu “Doa”, saya tidak bisa memahami kata-katanya. Setelah didengar dengan saksama, ternyata dia tidak melewatkan satu kata pun. Dia sangat berdisiplin. Siapa yang bisa tidak mengasihinya?

Kita juga hendaknya berdisiplin. Intinya, alam telah menyediakan sumber daya yang berlimpah bagi kita. Namun, kita tetap merasa tidak puas. Akibat ketamakan, manusia melanggar hukum alam. Karena itulah, tercipta banyak karma buruk kolektif. Menyimpang sedikit saja, kita akan perlahan-lahan menjauh dari sifat hakiki kita yang murni hingga jauh tersesat.

Bodhisatwa sekalian, dalam menghadapi pandemi kali ini, kita harus meningkatkan kekuatan cinta kasih, selalu waspada, dan menaati sila. Kita harus ingat hal ini. Yang paling sulit dijaga ialah mulut. Imbauan untuk bervegetaris sepertinya sangat sulit untuk dijalankan. Inilah karma buruk kolektif semua makhluk.


Orang-orang takut akan penderitaan, tetapi apakah takut ada gunanya? Mereka terus mengonsumsi daging tanpa takut akan apa pun. Mereka hanya takut pada penyakit dan virus. Meski demikian, mereka tidak takut penyakit masuk melalui mulut. Bukankah ini bertentangan? Kita hendaknya terlebih dahulu takut penyakit masuk melalui mulut karena sumber penyakit adalah hewan. Jadi, kita hendaknya takut pada sumber penyakit dan jangan mencari masalah sendiri.

Alam menyediakan sumber daya yang berlimpah yang dapat mengenyangkan perut dan bermanfaat untuk kesehatan kita. Jadi, mari kita mengingatnya di dalam hati. Kita harus segera bergerak untuk mengingatkan orang-orang agar bermawas diri, berhati tulus, menaati sila, dan bervegetaris.

Kali ini, kita harus bertobat kepada langit, bersyukur kepada bumi, memohon ampun kepada alam, dan berikrar untuk tidak mengulangi kesalahan. Kita harus bervegetaris dengan tulus sebagai wujud penyesalan kita. Dengan demikian, tubuh kita bisa bersih. Singkat kata, mari kita senantiasa waspada, berhati tulus, dan lebih bersungguh hati.

 

Bermawas diri, berhati tulus, dan mendoakan keselamatan semua orang
Bervegetaris demi menjaga kesehatan dan memupuk berkah
Berdisiplin dan berpegang pada hukum alam
Membangkitkan sifat hakiki yang murni agar bisa hidup berdampingan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 April 2020            
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 4 April 2020
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -