Ceramah Master Cheng Yen: Berdoa dengan Tulus dan Mewariskan Kebajikan
Setiap hari, setiap menit, dan setiap detik, saya selalu berterima kasih kepada insan Tzu Chi. Saya juga adalah orang biasa di dunia. Namun, ketika melatih diri, saya membangun ikrar dan tekad yang besar. Saya selalu memberi tahu kalian tentang kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Hendaknya kita menggunakan hati yang tulus untuk mempraktikkan kebajikan yang nyata. Inilah prinsip kebenaran yang paling indah.
Ketika dunia penuh dengan kebajikan yang tulus, itulah prinsip kebenaran yang paling indah. Ini disebut dengan kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Untuk benar-benar menyempurnakan kebajikan, kita harus memahami Empat Kebenaran Mulia, salah satunya adalah penderitaan. Dari mana datangnya penderitaan? Dari akumulasi sebab penderitaan.
Manusia makin hari makin bertambah banyak terus mengakumulasi sebab penderitaan. Setiap orang memiliki pemikiran masing-masing serta kegelapan dan noda batin yang makin lama makin banyak pula. Saat Buddha mencapai pencerahan, hal yang pertama kali terpikirkan oleh Beliau ialah penderitaan. Penderitaan berasal dari pikiran negatif semua orang di dunia yang terus terakumulasi. Agar semua orang memahami prinsip kebenaran ini, kita harus membabarkan Dharma sesuai kondisi pendengar.
Dunia ini berisi banyak jenis penderitaan. Ketika kita bertemu orang lain dan dia menceritakan tentang penderitaannya, kita harus membagikan Dharma yang sesuai dengan kondisinya. Inilah yang disebut mengajar sesuai kondisi. Bodhisatwa sekalian, insan Tzu Chi harus belajar tentang hal ini untuk dapat menapaki Jalan Bodhisatwa.
Di Jalan Bodhisatwa, kita tidak dapat mengatakan, "Tunggu saya benar-benar menjadi Bodhisatwa, baru dapat membimbing kalian." Menjadi Bodhisatwa tidaklah semudah itu. Untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus terlebih dahulu berjalan di jalan ini. Jika Anda tidak pernah berjalan di sebuah jalan, Anda tidak akan tahu bagaimana pemandangan sepanjang jalan itu sehingga tidak dapat menuntun orang lain untuk turut melihat-lihat pemandangan di sana.
Jika kita tidak pernah berjalan di sebuah jalan, bagaimana bisa kita menjadi pemandu bagi orang lain? Ini hal yang tidak mungkin. Jadi, kita harus terlebih dahulu melihat dan memahami kondisi jalan tersebut apakah berisi gunung, sungai, atau dataran yang rata. Jika kita tidak mengenal lingkungan tersebut, kita tidak dapat menuntun orang lain.
Jadi, berhubung telah memiliki hati untuk menerima ajaran Tzu Chi, hendaknya kalian menyelaminya dengan baik. Ketika ditanya, "Apakah Anda tahu Tzu Chi?" kita akan menjawab, "Tahu." Sebenarnya, kita hanya tahu sedikit. Sangat banyak hal yang telah Tzu Chi lakukan di dunia. Saya senantiasa memberi tahu semuanya untuk menginventarisasi kehidupan dengan baik.
Saat menginventarisasi kehidupan, saya sadar bahwa saya telah melangkah dengan mantap sehingga saya dapat membagikan kisah sesuai pengalaman saya. Begitu pula dengan kalian semua. Jika kita berbagi tentang kisah hidup kita, prosesnya dapat menjadi pelajaran yang menginspirasi orang lain. Kita adalah makhluk awam yang memiliki banyak kegelapan batin.
Hendaknya kita mencatat dengan jujur setiap hal dan titik balik dalam hidup kita, seperti bagaimana kehidupan kita di masa lalu, bagaimana kita berubah, dan berubah karena lingkungan yang seperti apa. Ini semua akan menjadi pendidikan bagi yang lainnya.
“Pada awalnya, hidup saya sudah berada dalam keputusasaan. Setelah bergabung dalam kegiatan daur ulang, saya menyadari bahwa saya adalah orang yang berguna. Master berkata bahwa lakukanlah hal yang benar. Yang penting lakukanlah dengan sukarela. Saya melakukannya dengan sukarela,” kata Zhang Pi-hang relawan pelestarian lingkungan.
“Setiap hari, dia akan membacakan satu Kata Renungan Jing Si. Dia berkata, ‘Mulai saat ini, saya harus bertutur kata baik, berbuat baik, dan berpikiran baik.’ Jadi, saya merasa bahwa ada harapan dari dalam diri orang ini,” kata Lin Shu-mei relawan pelestarian lingkungan.
“Mereka telah mengubah kekerasan menjadi keharmonisan. Saat ini, mereka telah menjalankan misi amal Tzu Chi dan mengikuti kegiatan daur ulang sehingga dapat mengubah pikiran dan kehidupan mereka. Kegiatan daur ulang adalah obat yang sangat baik,” kata Lü Ming-huang relawan Tzu Chi.
Jadi, sebagai makhluk hidup, kita harus benar-benar memahami prinsip kebenaran. Kita juga harus membimbing diri sendiri, mengintrospeksi diri, dan mengubah kebiasaan yang buruk. Setiap orang pada hakikatnya bersifat bajik. Di mana letak kesalahannya? Kesalahannya ialah memupuk tabiat buruk.
Karma yang kita tanam di masa lalu juga dipicu oleh tabiat buruk kita saat itu. Sebab dan kondisi yang buruk akan mendatangkan buah dan akibat yang buruk. Sebagai akibatnya, kita terlahir kembali tanpa bisa mengendalikan kesadaran kita.
Terlahir di keluarga seperti apa, kita tidak akan tahu karena semua itu tergantung pada karma kita. Ketika kita membuka mata, kita tidak akan mengenal keluarga kita, tetapi kita memiliki jalinan jodoh yang dalam dengan mereka. Entah itu baik atau buruk, kita akan bertumbuh di lingkungan keluarga kita. Hal ini akan terus terulang. Oleh karena itu, saya selalu berkata bahwa kita telah terbelenggu.
Saat ini, kita sangat dipenuhi berkah karena dapat mendengar ajaran Buddha dan bergabung dengan Tzu Chi. Di Tzu Chi, kita dikelilingi oleh banyak orang baik yang merupakan Bodhisatwa. Semua orang adalah Bodhisatwa. Orang-orang di sekitar saya adalah Bodhisatwa. Ketika kegelapan batin muncul, orang-orang di sekitar akan mengingatkan kita, menghibur kita, dan menyembuhkan luka kita.
Hendaknya kita mengubah pikiran buruk menjadi kebajikan. Begitulah cara setiap Bodhisatwa saling membimbing dan menginspirasi. Hendaknya kita menghimpun kekuatan untuk membimbing orang lain. Inilah tim Tzu Chi yang terus berusaha menyucikan hati manusia.
Bodhisatwa Ksitigarbha selalu berjaga di pintu neraka agar semua makhluk tidak terjerumus. Hendaknya kita membangun ikrar seperti beliau. "Jika bukan saya yang pergi neraka, siapa lagi?" Ketika lahir di alam manusia, jika kita tidak menjalankan hal yang sulit, siapa yang akan menjalankannya? Jika kita tidak menolong orang lain, siapa yang akan menolong mereka? Inilah ikrar Bodhisatwa Ksitigarbha.
Hendaknya semua orang membangkitkan welas asih Bodhisatwa Avalokitesvara. Saya sangat berharap dapat melihat setiap keluarga hidup dengan harmonis. Saya sangat senang ketika mendengar ada pasangan yang sama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya berharap bahwa dunia akan damai dan harmonis berkat setiap keluarga yang hidup harmonis, saling memuji, dan mempraktikkan kebajikan. Dengan demikian, barulah hati manusia dapat tersucikan dan masyarakat yang harmonis dapat terwujud.
Hendaknya kita berdoa setiap hari. Ini yang disebut dengan ketulusan. Kita tidak hanya berdoa bagi diri sendiri, melainkan juga bagi dunia. Meski berada di tempat dan keluarga yang berbeda-beda, kita harus memiliki ketulusan yang sama untuk menyebarkan kebajikan di dunia.
Setiap keluarga perlu mewariskan nilai dan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Setiap anak perlu mewarisi kebajikan. Dengan demikian, dunia akan dipenuhi dengan banyak orang baik dan orang-orang yang menapaki Jalan Bodhisatwa. Hendaknya kita bersumbangsih demi membawa manfaat bagi dunia. Oleh karena itu, kita harus mewariskan kebajikan.
Membangun tekad dan ikrar untuk menjalankan praktik Bodhisatwa
Membimbing semua orang sesuai dengan kondisi
Mengembangkan cinta kasih dan welas asih untuk membimbing orang lain
Berdoa dengan tulus dan mewariskan Kebajikan
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 11 Februari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 13 Februari 2024