Ceramah Master Cheng Yen: Berdoa dengan Tulus Semoga Bencana Berakhir
Kebakaran hutan di Kanada membuat orang-orang sibuk memadamkan api. Kebakaran besar ini sungguh sangat menakutkan dan mengkhawatirkan. Hidup di dunia ini, kita sungguh harus senantiasa mawas diri dan berhati tulus. Berhubung korban bencana kali ini sangat banyak, maka insan Tzu Chi di Kanada mulai melakukan penggalangan dana. Kini mereka mengimbau orang-orang untuk membangkitkan cinta kasih dan berdoa dengan hati yang tulus. Ini sangatlah penting. Mereka bukan hanya menggalang dana, tetapi juga menggalang hati.
Mereka berharap doa yang tulus dari setiap orang dapat terdengar oleh para Buddha dan Makhluk Pelindung Dharma. Kebakaran ini tidak bisa dipadamkan jika hanya mengandalkan upaya manusia. Dibutuhkan gema doa yang penuh kesatuan hati dan ketulusan dari orang banyak yang dapat terdengar oleh para Makhluk Pelindung Dharma. Kita berharap dapat turun hujan yang dapat memadamkan kebakaran ini. Kita harus berdoa dengan tulus semoga dunia aman dan tenteram.
Dalam telekonferensi dengan tim tanggap darurat di Ekuador kemarin, saya mendengar bahwa cinta kasih insan Tzu Chi telah menyentuh hati warga dan pemerintah setempat. Saat kita menjalankan program bantuan lewat pemberian upah, pemerintah setempat sangat mendukung dan memuji kita. Kelompok demi kelompok insan Tzu Chi mulai melakukan estafet cinta kasih di Ekuador. Untuk membangkitkan cinta kasih warga setempat, kita harus menggunakan ketulusan. Kemarin, saya juga berkata kepada relawan kita bahwa mereka harus bersikap tulus. Sungguh, hanya ketulusanlah yang bisa membangkitkan cinta kasih setiap orang dan melenyapkan penderitaan batin warga yang berada dalam tahap pemulihan.
Kita bisa melihat upacara pemandian rupang Buddha di Malaysia. Setiap orang mengikuti upacara Waisak dengan penuh ketulusan.Relawan di Malaysia mengunjungi rumah demi rumah untuk mengajak warga mengikuti upacara Waisak. Tanpa memandang perbedaan agama dan ras, relawan kita memanfaatkan momen ini untuk berbagi Dharma di setiap rumah dan pasar. Relawan kita menghabiskan banyak waktu untuk melakukan hal ini. Mereka sangat melindungi Dharma. Mereka selalu berkata,“Master berkata bahwa yang terpenting dalam menyelami Dharma adalah menyebarkan Dharma di tengah masyarakat.” “Ini baru benar-benar menyelami Dharma.” Mereka sungguh menggemaskan. Mereka mengajak warga dengan tulus Mereka mengajak warga dengan tulus tanpa membeda-bedakan agama. Karena itulah, upacara Waisak di Penang bisa dihadiri oleh lebih dari 5.000 orang. Upacara Waisak di Kuala Lumpur dihadiri oleh 15.000 orang yang terbagi ke dalam lima sesi. Upacara Waisak di Melaka juga dihadiri oleh lebih dari 5.100 orang.
Selain itu, upacara Waisak di Filipina juga membuat orang sangat tersentuh. Dari pagi hingga malam hari, lebih dari 10.000 orang mengikuti upacara Waisak di sebuah lapangan. Mengatur semua orang untuk berbaris rapi dan membentuk logo Tzu Chi sungguh tidak mudah. Dari pagi-pagi hingga malam hari, ketertiban upacara tetap terjaga. Kita bisa melihat umat dari berbagai agama mengikuti upacara pemandian rupang Buddha.Warga Filipina menganut agama yang berbeda-beda, tetapi kami semua memiliki semangat kemanusiaan serta cinta kasih dan welas asih yang sama.
Mengenai Hari Waisak, saya ingat Master Cheng Yen pernah berkata bahwa setiap hari, kita harus mempertahankan sifat hakiki yang murni dan bersumbangsih dengan segenap tenaga demi seluruh dunia dan orang-orang yang menderita. Wali kota Marikina terus berada di lokasi hingga upacara selesai. Beliau juga turut membasuh kaki warganya. Pada malam hari, mereka memadamkan semua lampu. Lalu, puluhan ribu pelita yang dipegang peserta upacara dinyalakan secara bersamaan.
Pemandangan itu sungguh luar biasa. Semua lampu di sekitar mereka dipadamkan sehingga cahaya pelita di tangan setiap orang dapat membentuk logo. Inilah pemandangan istimewa di Filipina. Upacara pemandian rupang Buddha di Tacloban dan Ormoc juga membuat saya sangat kagum melihatnya.Di Ormoc, mereka bukan hanya menampilkan formasi yang rapi, tetapi juga mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak. Lihatlah, mereka melakukan pementasan di atas tanah yang penuh kerikil dan pasir.
Pikiran menerawang ke tempat nan jauh
Jalan di depan amatlah panjang tak berujung
Telapak tangan yang terperangkap
Tak berani sembarang bergerak
Setiap jengkal perjalanan ini
Langkah demi langkah sulit dilalui
Mereka melakukan pementasan ini di atas tanah yang penuh kerikil dan pasir. Untuk membawakan lagu Jalankan Ikrar, mereka harus terus berlutut. Yang lebih menyentuh hati adalah seorang umat Katolik yang berperan sebagai Mahabhiksu Jian Zhen. Dia berkata bahwa Tzu Chi yang didasari oleh ajaran Buddha mengajari orang-orang untuk menjadi orang baik dan ini tidak bertentangan dengan keyakinannya. Karena itu, dia bersedia meyakini, menerima, dan mempraktikkan ajaran Buddha serta mencukur rambutnya untuk berperan sebagai Mahabhiksu Jian Zhen.
Lihatlah, di atas tanah yang penuh kerikil dan pasir ini, mereka entah sudah berlatih berapa kali. Gerakan mereka penuh kekuatan dan sangat rapi meski berada di bawah terik matahari. Lihatlah, ini berkat tekad mereka. Pemandangan ini sungguh menyentuh hati. Tentu, upacara Waisak di setiap tempat sangat menyentuh. Jika dapat melapangkan hati dan tidak membeda-bedakan agama, maka semua orang akan memiliki prinsip kebenaran yang sama. Sesungguhnya, prinsip kebenaran terkandung di seluruh alam semesta, tetapi kita telah menyimpang darinya. Kita seharusnya mempraktikkan kebenaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Kini yang paling kita butuhkan adalah mempertahankan sifat hakiki kita yang bajik. Janganlah kita berjalan menyimpang karena tabiat buruk kita. Setiap orang memiliki sifat hakiki yang bajik.
Ajaran Konfusianisme juga mengatakan bahwa sifat hakiki manusia adalah sama, hanya tabiatlah yang berbeda-beda. Pada dasarnya, setiap orang memiliki sifat hakiki yang sama. Namun, akibat adanya tabiat buruk, manusia semakin menyimpang dari sifat hakiki mereka yang bajik. Karena itu, kini yang terpenting adalah membimbing orang-orang kembali ke sifat hakiki agar semakin dekat dengan kesadaran Buddha. Inilah yang harus kita usahakan. Untuk menciptakan dunia yang aman dan tenteram serta masyarakat yang harmonis,harus dimulai dari pikiran manusia. Jadi, kita harus senantiasa bersungguh hati.
Menggalang niat baik orang banyak demi mengakhiri bencana
Menjalankan program bantuan dan membangkitkan cinta kasih
Mengajak masyarakat mengikuti upacara Waisak dan menyebarkan ajaran kebenaran
Melihat keindahan formasi yang penuh keyakinan dan ikrar
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Mei 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Mei 2016