Ceramah Master Cheng Yen: Berhati Tulus serta Menghormati Langit dan Bumi
Kemarin, di Meksiko, orang-orang tengah mengenang gempa bumi dahsyat yang terjadi pada 32 tahun lalu. Namun, tak disangka, 2 jam kemudian, tiba-tiba sebuah gempa bumi nyata kembali mengguncang. Gempa bumi itu merobohkan beberapa gedung. Sesungguhnya, daratan Mexico City merupakan bekas dasar danau. Namun, perlahan-lahan dilakukan proyek reklamasi sehingga mulai dibangun banyak bangunan di atasnya hingga akhirnya terbentuk Mexico City seperti sekarang. Populasi di sana mencapai lebih dari 18 juta jiwa. Populasi yang begitu padat dan kondisi tanah lunak, daratan Meksiko juga berdiri di atas tiga lempeng tertonik terbesar bumi. Pergesekan lempeng tektonik sangat mudah mendatangkan gempa bumi. Gempa bumi kali ini mendatangkan kerusakan yang parah. Ini sungguh mengkhawatirkan. Regu penyelamat setempat segera bergerak untuk membantu. Terputusnya aliran listrik dan jaringan membuat upaya penyelamatan semakin sulit.
Demikianlah ketidakkekalan dapat
terjadi dalam sekejap. Bagaimana boleh kita tidak meningkatkan kewaspadaan dan
berhati-hati meski dalam kondisi aman dan tenteram? Yang terpenting adalah kita
harus mawas diri dan berhati tulus. Kita harus mengintrospeksi diri dan memohon
ampun kepada langit dan bumi. Sungguh, kita harus berdoa dengan tulus semoga kondisi
Bumi aman dan tenteram. Kita harus berdoa dengan tulus semoga dunia dapat bebas
dari bencana.
Selain bencana alam, ada pula penyakit menular dan bencana kelaparan. Bencana kelaparan dan penyakit menular terus melanda warga di Afrika. Kini di Nigeria, Afrika, penyakit Kolera terus mewabah. PBB juga tengah mengumpulkan dana untuk menyalurkan bantuan. Akibat lingkungan hidup dan sanitasi yang buruk, penyebaran penyakit itu menjadi tak terkendali. Selain itu, anak-anakdi Afrika Tengah dan Barat juga kekurangan bahan pangan. Kita sungguh harus membangkitkan kesadaran. Belakangan ini, saya terus mengingatkan setiap orang tentang kondisi saat ini. Saya berharap setiap orang dapat sadar, bervegetaris, dan membangkitkan ketulusan. Saat ini, Bumi terus mengirimkan sinyal darurat. Kita harus meningkatkan kesadaran diri. Janganlah kita terus menunda karena sudah tiada waktu lagi. Kita sungguh harus bersungguh hati dan berhati tulus. Semoga dunia dapat aman dan tenteram serta bebas dari bencana. Jika tidak, melihat hal-hal yang terjadi di dunia setiap hari, sungguh membuat orang merasa sedih.
Kini ada sekelompok relawan tengah membagikan bantuan di Sierra Leone. Meski penyaluran bantuan di sana sangat sulit, tetapi mereka tetap bersumbangsih dengan hati yang tulus. Setiap hari, relawan Tzu Chi yang tersebar di berbagai negara bekerja hingga tengah malam, di bawah matahari terik, dan di tengah kondisi serba sulit demi membantu orang-orang yang menderita akibat bencana. Karena itu, kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan dan senantiasa bersyukur.
Hari ini adalah tanggal 21 September. Hari ini pada 18 tahun lalu, sebuah gempa bumi mengguncang Taiwan pada pukul 1.47 dini hari. Sekitar pukul 2 dini hari, satu demi satu relawan Tzu Chi mulai bermunculan. Relawan Tzu Chi dari Taipei, Nantou, dan Taichung, berangsur-angsur bergerak.
“Saya mengendarai sepeda motor untuk melihat kondisi. Dalam kesakitan dan kepedihan, orang-orang meminta tolong. Kondisi di sepanjang jalan sangat memprihatinkan. Sambil berlutut di lantai, saya memberi tahu Master bahwa kondisinya sangat parah. Saya memohon kepada Master agar segera menyerukan relawan Tzu Chi dari seluruh Taiwan untuk datang membantu. Master sangat penuh cinta kasih dan welas asih. Sambil menahan tangis, Master berkata, “Apa pun bantuan yang dibutuhkan warga, kamu harus memberi tahu saya.” “Kita jangan membiarkan warga kelaparan dan tidak memiliki air minum.” Sekitar pukul 8 pagi, Kakak Yang Ming-da beserta sekelompok relawan lain sudah tiba bersama barang bantuan. Dari kejauhan, saya melihat bendera Tzu Chi berkibar. Saat melihat bendera itu, kami ingin berlutut dan berkata, “Terima kasih.” “Berkat kalian, “Warga kami tidak akan kelaparan,” ucap Lin Shen, Relawan Tzu Chi.
Bodhisatwa segera bermunculan untuk memberi bantuan. Hari ini pada 18 tahun lalu, kondisi di Taiwan sangat tidak tenang ppada tengah malam. Tiada kata-kata yang dapat melukiskan kepedihan saat itu. Itulah yang saya katakan pada saat itu. berada di Taichung. Melihat regu penyelamat dan kondisi di lokasi bencana, tidak ada kata-kata yang bisa melukiskan kepedihan saya. Rasa sedih saya tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Inilah yang terjadi pascagempa. Bencana terjadi tanpa ada peringatan terlebih dahulu. Karena itu, kita jangan penuh kemelekatan. Kita sungguh harus melepaskan noda dan kegelapan batin serta senantiasa mawas diri dan berhati tulus.
Melihat bencana yang terjadi di dunia
setiap hari, saya sungguh merasa sedih. Karena itu, saya terus mengimbau
orang-orang untuk membangkitkan kesadaran, mawas diri, dan berhati tulus. 18
tahun yang lalu, kita sudah melewati masa-masa yang sulit. Saudara sekalian,
kita harus senantiasa mengingat masa-masa itu. Gempa bumi pada saat itu mendatangkan
penderitaan bagi banyak orang. Karena itu, kita harus menggenggam waktu dengan
baik untuk menolong sesama.
Gempa bumi di Meksiko
menyebabkan banyak korban jiwa dan korban luka-luka
Segera
menyalurkan bantuan dan membangkitkan kesadaran
Warga di
Afrika dilanda kelaparan dan terjangkit penyakit menular
Mengenang
gempa bumi di Taiwan pada 18 tahun lalu
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 September 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 September 2017