Ceramah Master Cheng Yen: Berhenti Membangkitkan Nafsu Keinginan serta Mempraktikkan Kebajikan


“Setelah sekian lama tidak keluar, hari ini pertama kalinya kami kembali mengangkut barang daur ulang. Mengangkut barang daur ulang saat cuaca hujan tidaklah mudah,” kata Zhang Yong-qiang, relawan daur ulang.

“Berhubung sudah dua bulan berlalu, sebagian barang daur ulang terendam air dan ada kantong yang sobek,” jelas Lin Kun-mu.

“Pada masa pandemi, sebagian Bodhisatwa daur ulang tidak tahan berdiam di rumah dan berkata pada saya, ‘Kak Mei-yu, kapan saya bisa kembali melakukan daur ulang? Di rumah membosankan sekali’,” ungkap Xie Mei-yu.

“Saat hanya boleh ada 9 relawan dalam satu sif, relawan yang boleh datang terbatas. Saya selalu yang pertama datang,” tutur Zhang Fang-zhu antusias.

“Selama dua bulan ini, saya tidak tahu apa yang harus saya kerjakan karena saya sudah pensiun dan tidak bekerja,” terang Hu Bian.

“Dengan melakukan daur ulang, apakah waktu terasa berlalu lebih cepat?”

“Tentu saja.”

“Mengapa demikian?”

“Karena saya merasa gembira dan ada kesibukan,” lanjut Hu Bian.

Pada masa pandemi ini, para relawan kita sangat patuh. Saya menyuruh mereka jangan keluar, mereka pun berdiam di rumah. Namun, apa yang harus mereka lakukan? Mereka merasa bosan dan sangat berharap dapat kembali melakukan daur ulang. Ini karena saat melakukan daur ulang, mereka dapat berinteraksi dengan relawan lain. Selain itu, mereka dapat mengembangkan nilai kehidupan mereka dengan mengumpulkan dan memilah barang daur ulang. Mereka bersungguh-sungguh memilahnya agar bisa dimanfaatkan kembali. Mereka enggan menyia-nyiakan kehidupan dan ingin bersumbangsih bagi bumi.


Berhubung ingin memiliki kehidupan yang bernilai, mereka pun mendedikasikan diri dalam misi pelestarian lingkungan dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang-orang. Jadi, meski sudah berusia lanjut, mereka tetap ingin melakukan sesuatu. Jika tidak melakukan apa-apa, mereka merasa sangat bosan. Mereka juga memanfaatkan ponsel untuk mendengar Dharma, mengikuti bedah buku, dan berbagi Dharma dengan orang lain.

“Saya selalu mengikuti ceramah Master dan berbagi dengan orang-orang. Mereka dengan gembira berkata pada saya, ‘Anda tidak berpendidikan tinggi, tetapi sangat bijaksana, bahkan bisa berbagi ajaran Master.’ Saya berkata, ‘Ini berkat Master.’ Master, terima kasih telah menunjukkan jalan ini pada saya. Saya sangat gembira,” ungkap Liao Xue-xun.

Dia dipenuhi sukacita. Meski sudah berusia lanjut, dia masih bisa mempelajari ajaran saya dan berbagi dengan orang-orang. dan berbagi dengan orang-orang. Demikianlah dia membimbing sesama kaum lansia. Berhubung pembatasan di Taiwan telah dilonggarkan, beberapa hari ini, saya mendengar relawan kita berkata, ‘Kami sangat gembira bisa kembali melakukan daur ulang. Kami mengukur suhu tubuh, mendaftar sesuai nama asli, dan saling menjaga jarak fisik sesuai protokol kesehatan. Jadi, semua orang bisa melakukan daur ulang dengan tenang.’

“Melakukan daur ulang membuat saya merasa hidup. Kami semakin memahami bahwa kehidupan tidaklah kekal. Karena itu, kami harus menggenggam waktu dan kesempatan serta mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk bersumbangsih bagi Bumi,” kata Lin Ming-song.

“Para relawan kita sangat gembira bisa datang ke sini. Setelah berdiam dua bulan di rumah, mereka berkata bahwa hari pertama kembali ke posko daur ulang terasa bagai pulang ke rumah,” tutur Qiu Fu-mei.

“Kami saling mengingatkan untuk menjaga jarak fisik. Lalu, yang terpenting tentu ialah mengenakan masker dengan benar,” papar Chen Yu-lan.


Berhubung pembatasan telah dilonggarkan, mereka bisa keluar untuk melakukan daur ulang. Namun, ingatlah untuk menjaga jarak fisik. Semua orang sangat gembira karena bisa kembali melakukan daur ulang.

Singkat kata, para Bodhisatwa kita ini memandang penting nilai kehidupan mereka. Mereka sangat menghargai kehidupan mereka dan selalu menggenggam kesempatan untuk bersumbangsih. Demikianlah para relawan lansia kita berusaha untuk mengembangkan nilai kehidupan.

Relawan muda kita hendaknya meneladani mereka. Di masa mendatang, masyarakat ini adalah milik kalian. Kini kalian hendaklah menjaga masyarakat ini, menghargai sumber daya alam, dan menyelaraskan pikiran semua orang. Masyarakat ini akan menjadi milik kalian. Kalian juga akan berkeluarga. Kondisi masyarakat seperti apa yang ingin kalian wariskan untuk generasi penerus? Jadi, mulai sekarang, semua orang harus lebih bersungguh hati, bersyukur kepada kaum lansia, dan bersyukur atas semua sumber daya alam.

Bodhisatwa sekalian, kita harus berhenti, mendengar, dan melihat. Berhenti membangkitkan nafsu keinginan, dengar dan seraplah kata-kata yang baik, serta lihatlah kondisi dunia ini. Kita harus berusaha untuk memperbaiki diri dan menuju arah yang benar. Kita harus bersungguh hati dalam hal ini.

Pandemi kali ini sungguh telah mendatangkan pelajaran besar bagi umat manusia. Lihatlah betapa indahnya aliran sungai, padang rumput, capung, dan kupu-kupu. Kita bisa menikmati semua keindahan seperti ini. Sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian juga dapat mengenyangkan perut kita serta bermanfaat untuk kesehatan kita. Sesungguhnya, tanaman pangan saja sudah cukup. Akan tetapi, manusia melewati batas dan merusak kehidupan yang damai ini karena tamak akan cita rasa daging.


Manusia mengonsumsi hewan yang sama-sama merupakan makhluk hidup. Manusia dan hewan sama-sama merupakan makhluk hidup. Manusia merupakan salah satu jenis makhluk hidup, tetapi malah mengonsumsi berbagai jenis makhluk hidup lainnya. Bayangkanlah, bukankan ini penuh kontradiksi?

Bumi ini penuh dengan kehidupan. Namun, manusia mengonsumsi daging hewan dan merenggut nyawa mereka. Manusia hendaklah membina kebajikan. Sebagai makhluk yang berakal budi, manusia dapat melindungi semua makhluk, bersumbangsih bagi dunia, dan membawa manfaat bagi sesama manusia. Demikianlah nilai kehidupan manusia.

Dari semua makhluk hidup di dunia ini, manusia dapat mengembangkan nilai kehidupan terbesar. Manusia dapat memanfaatkan kehidupan untuk melindungi semua hewan dan semua orang yang menderita serta menciptakan berkah bagi dunia. Nilai kehidupan seseorang bergantung pada bisa atau tidaknya dia bersumbangsih bagi umat manusia. Jadi, kita harus bersungguh hati. Mari kita menggenggam waktu untuk membangkitkan niat baik dan mendengarkan kata-kata baik.

Bisakah kita menyerap kata-kata baik ini ke dalam hati dan terinspirasi untuk mempraktikkannya? dan terinspirasi untuk mempraktikkannya? Jika bisa, setiap detik kehidupan kita akan sangat bernilai. Dengan menggenggam waktu yang ada, kita dapat mengembangkan nilai kehidupan. Saya berharap setiap orang memiliki kehidupan yang bernilai.

Berhenti membangkitkan nafsu keinginan serta mengamati kondisi di dunia ini
Bumi ini semula indah dan penuh kehidupan
Menggenggam waktu yang ada untuk mempraktikkan kebajikan
Menjaga kelestarian lingkungan demi masa depan generasi penerus

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 Agustus 2021
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -