Ceramah Master Cheng Yen: Berikrar Mempraktikkan Intisari Sutra Bunga Teratai
Selama puluhan tahun ini, saya terus berkata bahwa kita tidak punya cukup waktu lagi karena dunia ini mengalami fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran.
Dunia ini perlahan-lahan memasuki fase kerusakan. Kita bisa melihat kondisi iklim menjadi tidak selaras dan sangat ekstrem. Ini merupakan perlawanan dari alam. Sesungguhnya, karma buruk yang diciptakan orang-orang sebagian besar demi keuntungan pribadi. Orang-orang menebang pohon, menggali lubang, dan membuka jalan sehingga merusak pegunungan.
Bumi sudah sulit bernapas. Jalan-jalan dilapisi aspal dan bangunan dari beton terdapat di mana-mana. Sungguh, sulit bagi kedua kaki kita untuk menginjak bumi secara langsung. Penampilan bumi sedang berubah karena mengalami kerusakan dan pori-porinya telah tertutup.
Zaman sekarang, topik terpenting dalam rapat PBB ialah kondisi iklim yang tidak bersahabat dan perubahan iklim yang ekstrem. Ini berkaitan erat dengan pelestarian lingkungan.
“Kini pencemaran di Bumi sangat parah. Kami ingin berusaha semampu kami untuk mengimbau orang-orang mengasihi dan melindungi Bumi,” kata Zhang Qian-qian, relawan Tzu Chi.
“Kegiatan ini maksudnya untuk menyelamatkan bumi, bumi kita sudah agak tua. Jadi kita harus bersama-sama menjaga bumi untuk ke depannya,” kata Julia, relawan Tzu Chi Indonesia.
“Masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, khususnya di sungai dan di got itu yang pertama. Kedua, sampah yang masih bisa diolah dikumpulkan jadi satu diserahkan kepada petugas, bisa dari Yayasan Buddha Tzu Chi, bisa dari petugas kebersihan, bisa juga dari PSSU,” kata Yusuf Lurah Taman Sari, Indonesia
Sejak bertahun-tahun yang lalu, saya terus menggalakkan konsep daur ulang. Pikirkan, bagikan, dan lakukan. Ini berkaitan dengan seluruh dunia dan pantas untuk dipelajari semua orang.
Saya ingin menyampaikan mengapa saya bisa menyadari masalah ini dari bertahun-tahun yang lalu. Dharma adalah apa yang Buddha babarkan dan saya dengarkan dengan sepenuh hati. Meski saat itu beliau bukan membabarkan tentang pelestarian lingkungan, melainkan tentang fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran Bumi, tetapi dengan ajaran beliau, saya bisa membayangkan kondisi Bumi di masa mendatang.
Begitu pula saat insan Tzu Chi membentangkan jalan. Jalan ini harus pernah ditapaki, barulah kita bisa tahu ke mana jalan ini menuju. Setelah tahu, barulah kita bisa membuka jalan dengan berani. Jadi, kita membentangkan jalan sesuai Dharma.
Karena itulah, saya berkata bahwa Empat Misi Tzu Chi dilandasi oleh Sutra Makna Tanpa Batas. Sutra Makna Tanpa Batas mengulas tentang penderitaan di dunia, baik yang ditimbulkan oleh bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia, serta bagaimana Bodhisatwa bertekad untuk bersumbangsih. Semua itu diulas dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Karena itu, saya terinspirasi oleh Sutra Makna Tanpa Batas. Saya memahami bahwa Sutra ini merupakan inti sari Sutra Bunga Teratai.
Bagaimana kita bisa membawa manfaat bagi dunia dan mendalami ajaran Buddha? Jawabannya terdapat dalam Sutra Bunga Teratai. Ajaran dalam Sutra Bunga Teratai sering disebut sangat dalam, tetapi sesungguhnya, ia sangat mudah dipahami karena mengulas tentang hal-hal yang terjadi di dunia.
Lima puluh tiga tahun yang lalu, saya telah membentangkan jalan sesuai ajaran dalam Sutra. Tzu Chi telah berdiri selama 53 tahun. Segala sesuatu di dunia ini terus mengalami perubahan. Tanpa kita sadari, detik demi detik terus berlalu. Seiring berlalunya detik demi detik, usia kehidupan kita juga berkurang. Saya sering berkata bahwa seiring berlalunya waktu, usia kehidupan kita juga berkurang.
Benar, semakin lama waktu berlalu, berarti kita semakin dekat dengan akhir hidup kita. Namun, yang terpenting ialah apa yang kita lakukan dari fase lahir hingga mati dalam kehidupan kita. Tidak peduli berumur panjang atau pendek, yang terpenting ialah kualitas kehidupan. Jika bisa lebih awal memahami kebenaran, kita akan tahu lebih jelas tentang dunia ini dan bisa mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Demikianlah kita mengembangkan nilai hidup.
Dalam 53 tahun ini, Tzu Chi telah menjangkau banyak negara dan menginspirasi banyak Bodhisatwa. Meski saya tidak mengenal setiap relawan di setiap negara, tetapi saya tahu bahwa kita memiliki jalinan jodoh. Karena itulah, saya sering mengulas tentang jalinan jodoh. Jalinan jodoh tidak terbayangkan. Saya tidak tahu bagaimana saya menjalin jodoh dengan orang-orang di kehidupan lampau. Saya hanya tahu bahwa saya menjalin jodoh baik. Di kehidupan lampau, saya menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Jalinan jodoh adalah sebutir benih. Jadi, jika menggarap ladang berkah di kehidupan lampau, kita akan menuai berkah.
Di kehidupan lampau, saya telah menggarap ladang berkah sehingga dapat menuai berkah di kehidupan sekarang. Semua murid saya memiliki kesatuan hati dan tekad dengan saya. Hati mereka sangat dekat dengan saya. Apa kemampuan saya? Saya tidak memiliki kemampuan apa-apa. Hanya saja, di kehidupan lampau, saya giat menabur benih kebajikan sehingga di kehidupan sekarang, saya dapat menuai banyak benih yang dapat kembali menghasilkan benih-benih yang tak terhingga.
Para relawan di tempat yang berbeda memiliki kesatuan tekad dan hati untuk melakukan hal yang sama. Jika bukan karena jalinan jodoh, bagaimana kita menjelaskannya? Jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan.
Dunia ini mengalami fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran
Guru dan murid mempraktikkan Sutra dengan kesatuan tekad
Berikrar mempraktikkan intisari Sutra Bunga Teratai
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia