Ceramah Master Cheng Yen: Berikrar Menabur Benih Kebajikan
“Mengikuti kebaktian membuat saya merasa sangat tenang dan bebas dari kerisauan. Saya sangat bersyukur. Kebijaksanaan saya pasti bisa bertumbuh. Saya akan mempertahankan tekad awal serta lebih tekun di Jalan Bodhisatwa,” kata Chen Ci Ke, relawan Tzu Chi.
“Sudah lebih dari 20 tahun saya bergabung dengan Tzu Chi. Lebih dari 20 tahun yang lalu, Tzu Chi Malaysia dimulai dari nol hingga kini lengkap dengan misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis. Kami tentu saja berharap perjalanan ini dapat dilanjutkan,” kata Lin Ji Yuan, relawan Tzu Chi.
Untuk bersungguh hati melatih diri, kita harus membangun ikrar. Kita harus mempertahankan ikrar dan menjaga setiap langkah menuju arah yang benar. Dengan demikian, pelatihan diri kita akan selaras dengan ikrar kita. Jika perbuatan kita menyimpang, maka kekuatan ikrar kita akan melemah. Jika demikian, maka kita bukan melatih diri. Itu sepenuhnya menyimpang dari makna pelatihan diri. Karena itu, kita harus senantiasa memperingatkan diri sendiri untuk tidak menyimpang sedikit pun.
Bukankah saya sering berkata bahwa berjalan menyimpang sedikit saja bisa membuat kita jauh tersesat? Sulit untuk mengenal Dharma, tetapi kini kita telah mengenalnya. Sulit untuk mendengar Dharma, tetapi kini kita telah mendengarnya. Sulit untuk membangun ikrar agung guna memasuki ladang pelatihan, tetapi kini, kita pun telah membangun ikrar agung dan memasuki ladang pelatihan. Setelah memasuki ladang pelatihan, kita harus sungguh-sungguh melatih diri.
Kita harus mempertahankan tekad kita. Tidak peduli betapa lamanya waktu berlalu, kita harus tetap menjalankan ikrar menuju arah yang benar. Inilah yang paling bermakna. Begitu membangun tekad, kita harus memiliki keyakinan yang mendalam. Ini merupakan pilihan kebijaksanaan kita. Berhubung merupakan pilihan kebijaksanaan, kita harus memiliki keyakinan yang mendalam. Kita yakin bahwa segala sesuatu yang kita lakukan telah menaburkan butir demi butir benih.
Satu benih bertumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga bertumbuh dari satu. Jadi, kita harus menabur benih kebajikan dengan keyakinan mendalam. Kita harus bersungguh hati memahami prinsip kebenaran ini. Setiap gerak-gerik kita sedang menabur benih. Saat berbicara, kita juga menabur benih. Jika menabur benih baik, kita akan mendapat jalinan jodoh yang baik. Kita harus mempertahankan ikrar dan membangkitkan pikiran baik.
Jika bertindak dengan pikiran baik, kita bisa membawa manfaat bagi orang banyak. Kita harus memiliki semangat Mahayana. Saat membawa manfaat bagi orang lain, kita sekaligus membawa manfaat bagi diri sendiri. Saat membangkitkan pikiran baik, kita sudah memperoleh manfaat darinya. Begitu bertekad untuk bersumbangsih, seseorang sudah disebut Bodhisatwa. Bodhisatwa menjalankan ikrar untuk menolong sesama. Demikianlah Bodhisatwa mempraktikkan Enam Paramita.
Saat menolong orang lain, sesungguhnya kita menolong diri sendiri. Contohnya, untuk menyelamatkan seseorang, kita mengemudikan mobil untuk mengantarnya. Untuk mengantarnya ke tempat yang aman, dibutuhkan seorang pengemudi. Jadi, saat orang yang ditolong tiba di tempat yang aman, orang yang menolong juga tiba di sana. Inilah yang disebut membawa manfaat dan membimbing diri sendiri sekaligus orang lain. Kebenaran ini sangat jelas dan sederhana. Jadi, tindakan kita dilandasi pikiran baik.
Pikiran baik adalah benih dan hasil perbuatan adalah buahnya. Di antara benih dan buah, dibutuhkan adanya kondisi pendukung. Orang yang membutuhkan bantuan kita, dialah kondisi pendukung kita. Karena itu, kita harus bersumbangsih secara nyata di masyarakat dan menjalin jodoh baik. Meski kita membangkitkan tekad untuk berbuat baik, tetapi juga harus ada orang yang membutuhkan bantuan. Jadi, orang yang membutuhkan bantuan merupakan kondisi pendukung kita dan mereka berada di tengah masyarakat. Karena itu, sangat penting untuk terjun ke tengah masyarakat dan menjalin jodoh baik.
Jadi, kita harus sangat bersungguh hati. Memiliki keyakinan dan pemahaman mendalam adalah sebab dan orang-orang yang membutuhkan adalah kondisi pendukung. Inilah yang disebut sebab dan kondisi. Untuk apa kita melatih diri? Untuk memahami kebenaran. Hanya paham tidaklah cukup, kita juga harus mempraktikkannya. Hanya paham tidaklah cukup, kita juga harus mempraktikkannya. Apa yang kita latih? Kita hanya ingin melatih pikiran benar. Dengan pikiran benar, kita akan membangkitkan niat baik dan melakukan perbuatan baik yang bisa membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Jika bisa berpikir dan berbuat baik, maka jalan kita akan selalu lurus. Dengan pikiran yang benar dan lurus, kita akan melakukan kebajikan. Kebenaran dan kebajikan adalah sebab dan kondisi pendukung yang akan membuahkan hasil. Jadi, kita harus percaya pada hukum karma. Orang yang dipenuhi noda batin akan sangat risau dan menderita. Jika fisik dan batin kita terus diselimuti noda dan kegelapan batin, maka kita akan berjalan menyimpang dan berbuat jahat.
Jika terus menciptakan karma buruk, maka kegelapan batin tidak akan bisa dilenyapkan dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, kita harus sangat bersungguh hati serta memiliki keyakinan dan pemahaman mendalam. Dengan demikian, di dalam hati kita akan terbentang Jalan Bodhi yang lapang dan lurus dan kita akan senantiasa dipenuhi sukacita dalam Dharma.
Bodhisatwa sekalian, dalam mendalami Dharma, kita harus berikrar mempraktikkan ajaran benar dan membangun keyakinan mendalam untuk menabur benih kebajikan. Setiap niat yang timbul berasal dari benih di dalam pikiran kita. Jika kita bisa mempertahankan benih itu dalam jangka panjang, berarti kita mempertahankan tekad awal dan kita akan mencapai kebuddhaan.
Melatih diri berarti hidup disiplin. Setelah bertekad untuk melatih diri, jika kita tidak menggenggam waktu untuk mempraktikkan Dharma, maka usia kita akan berkurang sia-sia seiring berlalunya waktu. Jadi, marilah kita lebih bersungguh hati setiap waktu.
Menabur benih kebajikan dengan keyakinan mendalam
Membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain dengan praktik Bodhisatwa
Menjalin jodoh baik di tengah masyarakat dengan mempraktikkan ajaran benar
Menjadi sebutir benih yang menumbuhkan benih yang tak terhingga
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Juni 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie