Ceramah Master Cheng Yen: Berikrar Mendedikasikan Diri hingga Napas Terakhir


“Sejak tanggal 15 September, sentra vaksinasi di Aula Jing Si Taichung telah menjalankan vaksinasi selama 28 hari. Kita menggerakkan 1.309 relawan dan telah memvaksinasi 20.700 orang. Kita bekerja sama dengan Pemerintah Nantun. Di bawah pimpinan Kepala Distrik, kerja sama ini berjalan dengan baik dan kompak,”
kata Wu Li-hua relawan Tzu Chi.

“Distrik Nantun sangat beruntung karena mendapat dukungan besar dari Tzu Chi. Pada masa pandemi ini, saya sangat bersyukur meski pandemi membawa perubahan besar bagi seluruh masyarakat dan pekerjaan kita serta membuat semua orang mengalami kesulitan, tetapi berkat adanya kesulitan inilah, kita bisa disatukan oleh cinta kasih,” kata Du Xiu-zhen Kepala Bagian Urusan Sipil Distrik Nantun.

“Di sentra vaksinasi, saya melihat banyak relawan Tzu Chi yang sangat ramah dan sepenuh hati melayani warga. Sesungguhnya, berdiri dalam waktu yang lama, baik sepanjang hari maupun setengah hari, itu sangat melelahkan. Namun, mereka tidak mengeluh lelah. Mereka berkata pada saya bahwa mereka dipenuhi berkah. Ini juga mengubah pola pikir saya. Ternyata, saya juga orang yang dipenuhi berkah,” kata Lin Qiu-wan Kepala Distrik Nantun.

Saya hampir setahun tidak berkunjung ke Taichung akibat pandemi. Apa yang insan Tzu Chi lakukan sungguh membuat saya bersyukur dan tersentuh. Insan Tzu Chi memiliki cinta kasih yang tulus. Meski tahu bahwa di tengah pandemi, semua orang saling menjaga jarak karena takut terinfeksi Covid-19, tetapi insan Tzu Chi tetap terjun ke tengah masyarakat dengan tulus demi menenangkan dan menghibur orang-orang. Ini disebut menenteramkan hati orang-orang.

Pada masa sekarang, semua orang hendaknya saling membantu dan menenangkan. Dengan demikian, barulah masyarakat dan dunia ini bisa aman dan tenteram. Saya bersyukur atas Aula Jing Si ini. Aula Jing Si ini tidak datang begitu saja. Selama puluhan tahun, kekuatan cinta kasih terhimpun sedikit demi sedikit.


Kita juga bersyukur memiliki jalinan jodoh untuk membawa manfaat bagi orang banyak dengan ruang yang luas ini. Kita bisa memiliki ruang yang luas seperti ini berkat perpaduan berbagai sebab dan kondisi. Ada orang yang menyumbangkan lahan ini kepada kita. Lalu, kita perlahan-lahan membangun tempat ini. Karena itulah, ladang pelatihan kita ini sangat agung.

Setiap hari, para insan mulia berkumpul di sini. Setiap orang yang datang ke sini adalah orang yang penuh kebajikan dan cinta kasih serta bersumbangsih tanpa pamrih. Setelah bersumbangsih, hati kita juga dipenuhi rasa syukur. Kita bersyukur dengan tulus, juga bersumbangsih dengan tulus. Setelah bersumbangsih, kita dipenuhi sukacita dalam Dharma dan bersyukur dengan tulus. Demikianlah insan Tzu Chi.

Selama puluhan tahun ini, insan Tzu Chi selalu membina cinta kasih dan menyebarluaskan cinta kasih. Semua orang bersedia bersumbangsih. Jadi, saat saya menyerukan sesuatu, relawan kita selalu menyambut seruan saya, baik seruan untuk berdonasi maupun bersumbangsih dengan tenaga.

Saat saya berada di Aula Jing Si Hsinchu, relawan kita memberi saya seekor kunang-kunang. Kunang-kunang ini terbuat dari barang daur ulang yang telah disterilkan. Pada hari menerima kunang-kunang ini, saya berkata, "Mengapa memberikan ini pada saya?" Dia berkata, "Master sering mengulas tentang kunang-kunang. Dengan ini, barulah orang-orang bisa melihat kunang-kunang."


Dia benar, dengan ini, barulah orang-orang bisa melihat kunang-kunang. Ia juga bisa memancarkan cahaya. Inilah kunang-kunang, bisa memancarkan cahaya di bagian ini. Ini adalah alat mengajar. Jadi, di manakah letak nilai kehidupan kita? Nilai kehidupan kita terletak pada manfaat diri kita. Kita dapat mengembangkan nilai kehidupan kita kapan saja dengan memanfaatkan kehidupan kita.

Kita hendaklah bersyukur pada diri sendiri saat kita bersedia berbuat baik. Jika kita tidak bersedia untuk bersumbangsih secara nyata ataupun arah kita tidak benar, kehidupan kita akan sia-sia. Kita harus bertindak secara nyata.

Lebih dari 20 tahun yang lalu, saya menyerukan donor sumsum tulang dan banyak orang yang memercayai saya. Saat itu, kita sangat berani. Mendirikan bank data donor sumsum tulang membutuhkan biaya besar. Saat itu, kita menghabiskan banyak uang untuk mendirikan bank data donor sumsum tulang. Saya selalu memiliki satu keyakinan, yaitu diri sendiri tanpa pamrih dan setiap orang memiliki cinta kasih. Saya yakin bahwa orang-orang akan mendukung hal ini.

Bank data donor sumsum tulang ini didirikan puluhan tahun lalu. Saya sangat bersyukur ada begitu banyak orang yang memercayai saya. Data ratusan ribu calon donor sumsum tulang ini berasal dari kepercayaan dan cinta kasih. Saat ada calon donor yang cocok, adakalanya kita harus mencarinya karena dia telah pindah tempat tinggal.

Berhubung jarak dari pendataan cukup lama, ada yang sudah pindah tempat tinggal, ada pula kaum muda yang telah berkeluarga. Jadi, insan Tzu Chi selalu mencari mereka dan tidak pernah menyerah. Setelah menemukan calon donor dan membahas tentang donor sumsum tulang, terkadang orang tua atau pasangannya tidak setuju. Jadi, insan Tzu Chi harus berusaha untuk membujuk mereka.


Relawan kita berulang kali mengunjungi mereka dengan membawa bingkisan. Para relawan kita selalu merogoh kocek sendiri untuk biaya transportasi dan bingkisan yang dibawa. Relawan kita bersumbangsih tanpa pamrih, bahkan harus menghadapi sikap yang kurang menyenangkan. Meski demikian, mereka menahan semua itu. Inilah Bodhisatwa.

Relawan kita tidak berpikir, "Ini tidak berkaitan dengan saya. Mengapa saya harus berulang kali menghadapi sikap yang tidak menyenangkan?" Ini sungguh tidak mudah. Mereka bisa melakukan yang sulit dilakukan. Bisa bersumbangsih secara nyata, inilah Bodhisatwa yang sesungguhnya.

Bodhisatwa yang memiliki cinta kasih berkesadaran patut dihormati dan dikasihi. Jadi, saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian yang selalu melakukan apa yang hendak saya lakukan. Selelah apa pun, kalian selalu menahannya dan terus bersumbangsih. Karena itu, saya sungguh sangat bersyukur. Rasa syukur saya tidak habis untuk diungkapkan. Saya juga ingin mengatakan bahwa kehidupan kalian sangat bernilai. Jangan biarkan nilai ini terputus.

Kalian semua berikrar di hadapan saya untuk mengikuti saya dari kehidupan ke kehidupan dan bersumbangsih hingga napas terakhir. Ikrar saya pun demikian. Jika bisa bersumbangsih hingga napas terakhir, berarti kita tidak didera penyakit. Meski demikian, hukum alam tidak bisa dihindari. Karena itu, kita harus bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih hingga napas terakhir. Selama masih hidup, mari kita memanfaatkan kehidupan kita untuk mengembangkan nilai kehidupan.  

Para insan Tzu Chi menyambut seruan Master karena adanya cinta kasih
Menjadi makhluk berkesadaran dengan keyakinan, ikrar, dan praktik
Bersumbangsih dengan ketulusan tertinggi dan menahan segala kesulitan
Berikrar mendedikasikan diri hingga napas terakhir

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 21 November 2021
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -