Ceramah Master Cheng Yen: Berikrar Menjadi Nakhoda Berhati Luhur

“Saya adalah orang yang punya banyak penyakit, seperti diabetes, hipertensi, jantung, parkinson, dan lain-lain. Akhirnya, gerakan saya menjadi agak lamban. Namun, saya termasuk beruntung karena tangan dan kaki saya masih bisa bergerak dan menjalankan kegiatan Tzu Chi setiap hari. Dari sini, saya melupakan kerisauan dan penyakit saya. Master berkata, yang penting lakukan saja. Tentu, dalam prosesnya, kesulitan tentu sulit dihindari, tetapi saya selalu menggunakan Kata Renungan Master,” kata Qiu Bing-hui, relawan Tzu Chi.

Janganlah kita mudah kalah oleh kegagalan. Kesulitan bagaikan batu. Kita harus bertahan. Jangan pula karena ingin bersantai-santai, lalu kita berharap tanggung jawab diringankan. Terlebih lagi, kita harus memperkuat ketekunan kita untuk memikul tanggung jawab lebih besar. Inilah yang sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap insan Tzu Chi.

Relawan Qiu menderita berbagai penyakit, tetapi tidak memudarkan semangat hidupnya. Dia tetap menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih terwujud jika kita menyempurnakan jika kebijaksanaan kita dan membuat kehidupan kita menjadi bermakna. Dengan begitu, kita tidak akan bersalah terhadap dunia dan orang tua kita.

Jiwa kebijaksanaan kita harus bertumbuh. Kita harus membalas budi luhur orang tua dengan bersumbangsih. Dengan terjun ke tengah masyarakat, menjalin jodoh baik dengan semua orang, dan bersumbangsih, kita dapat melihat kebenaran agung di dunia.

doc tzu chi indonesia

Ajaran pertama yang dibabarkan Buddha adalah tentang penderitaan. Dalam menyebarkan kebenaran di dunia, Buddha terlebih dahulu ingin kita menyadari banyaknya penderitaan di dunia. Kita harus memiliki pandangan ketidakkekalan dan senantiasa mengingatkan diri sendiri.

Dalam waktu yang telah berlalu, apakah kita melaluinya dengan sia-sia, dengan banyak menciptakan karma buruk, ataukah dengan mengerahkan potensi kebijaksanaan kita? Inilah yang harus sering kita renungkan. Jika kita bisa melakukan ini hingga akhir hayat, maka dikatakan bahwa kita telah mengembangkan potensi kehidupan kita, yaitu menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Kita tidak bersalah terhadap orang tua dan dunia. Inilah kehidupan yang bernilai. Jika dapat mewujudkan ini, maka ini adalah sebuah penghiburan. Kita tetap harus lebih bersemangat. Jika belum bisa mewujudkannya, maka kita harus memanfaatkan waktu yang ada. Ini sangatlah penting.

Kita telah melihat bencana air, angin, dan api telah melanda berbagai negara di dunia. Insan Tzu Chi tak mengenal siang dan malam, senantiasa bersumbangsih di seluruh dunia untuk membantu warga yang menderita di daerah bencana. Jadi, hati Buddha tidak mengenal siang dan malam dan tidak membedakan suku bangsa. Bodhisatwa tidak membedakan siang dan malam, tidak membedakan warna kulit, dan tidak membedakan batas negara. Inilah yang terus insan Tzu Chi lakukan selama bertahun-tahun di dunia internasional. Jadi, kita seharusnya dapat memahami bahwa cinta kasih berkesadaran bersifat abadi selamanya; kasih sayang tanpa batas berkembang seluas alam.

doc tzu chi indonesia

Sejak dahulu, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Jadi, cinta kasih berkesadaran bersifat abadi. Hakikat sejati kita sama dengan Buddha. Kita harus menghormati diri sendiri. Kita pada hakikatnya sama dengan Buddha, memiliki hakikat kesadaran dan cinta kasih pada kehidupan mana pun. Hanya saja, di kemudian hari kita terjebak oleh nafsu keinginan sehingga hidup dalam kesesatan. Dengan begitu, timbullah berbagai kesesatan di antara umat manusia. Contohnya adalah pergolakan di Suriah. Ini adalah akibat dari pandangan manusia yang menyimpang.

Sesungguhnya, jika kembali pada hakikat diri, semua orang memiliki cinta kasih berkesadaran. Ini selamanya ada. Cinta kasih berkesadaran bersifat abadi. Kasih sayang tanpa batas berkembang seluas alam. Alam ini sangat luas. Di mana pun insan Tzu Chi menapakkan kaki, mereka akan membimbing orang-orang di sana untuk mengembangkan kasih sayang dan cinta kasih tanpa batas.

Kasih sayang dan cinta kasih ini terus berkembang dari tahun ke tahun. Saya berharap semua insan Tzu Chi memahami apa saja yang telah kita lakukan di seluruh dunia. Misalnya, apa yang sedang dilakukan para relawan di negara tertentu hari ini? Mereka juga merupakan bagian dari kita. Mereka adalah bagian dari keluarga besar kita. Mereka bersumbangsih bagi semua orang di dunia. Jadi, kita semua harus turut peduli.

doc tzu chi indonesia

Baik berita Tzu Chi yang diunduh lewat ponsel maupun siaran berita di Da Ai TV, kalian harus sering melihatnya. Jika ada orang yang salah paham terhadap Tzu Chi, kita dapat segera menjelaskan tentang Tzu Chi kepada mereka. Kita harus sering menyaksikan berita Da Ai TV agar memiliki bahan untuk memberi jawaban. Kita ingin membantu orang lain, tetapi juga harus menjaga diri sendiri. Jiwa kebijaksanaan kita harus bertumbuh. Memperluas cinta kasih dengan hati Buddha; memperpanjang jalinan kasih dengan tekad Guru; mendengar dan menyerap Dharma demi menumbuhkan jiwa kebijaksanaan; berpegang pada tekad, mengembangkan keyakinan, ikrar, dan praktik.

Bodhisatwa sekalian, tubuh, ucapan, dan pikiran bersumber dari niat di dalam batin kita. Kita harus ingat bahwa Bodhisatwa harus menjadi guru tanpa harus diundang. Kita harus bertekad untuk menjadi bagai nakhoda yang menyeberangkan semua makhluk menuju pantai kebahagiaan. Kekuatan cinta kasih tak bisa terwujud hanya dengan kekuatan sedikit orang. Dibutuhkan kekuatan banyak orang untuk mewujudkan jalinan kasih sayang dan cinta kasih yang abadi.

Bersemangat membalas empat budi luhur
Ikrar agung melingkupi seluruh dunia
Cinta kasih berkesadaran bersifat abadi selamanya
Kasih sayang tanpa batas berkembang seluas alam

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Desember 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 Desember 2017

Editor: Metta Wulandari

Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -