Ceramah Master Cheng Yen : Berikrar untuk Bersumbangsih dan Giat Menciptakan Berkah

Kita bisa melihat Aceh diguncang gempa bumi berkekuatan 6,5 SR. Melihat dampak bencana di daratan, saya sungguh merasa tidak tega. Mendengar Aceh, kalian pasti merasa tidak asing. Bertahun-tahun yang lalu, gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia membawa dampak bencana besar bagi Aceh. Di Aceh, kita juga mendirikan tiga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi.

Mendengar tentang gempa bumi, saya langsung bertanya, “Bagaimana kondisi Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi?” Relawan setempat berkata bahwa kondisi Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi aman karena jauh dari lokasi gempa bumi. Jika ditempuh dengan mobil, dibutuhkan waktu selama dua jam lebih. Jadi, jaraknya cukup jauh.

 

Begitu Aceh diguncang gempa bumi, insan Tzu Chi Medan segera mengadakan rapat dan membentuk tim untuk menuju lokasi bencana guna melakukan survei. Para relawan kita segera bergerak. Tim medis juga akan turut memberikan bantuan. Berkat kecanggihan teknologi masa kini, kita bisa segera menerima laporan tentang bencana yang terjadi di Aceh. Laporan tentang gerakan relawan kita juga telah kita terima kemarin. Mereka mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk memberikan bantuan secepat mungkin.

Kita juga bisa melihat RS Tzu Chi Taichung. Kemarin, saya mengulas tentang SD Tzu Chi Hualien yang menggalang cinta kasih bagi anak-anak pengungsi. Di RS Tzu Chi Taichung, Kepala RS Chien juga menggalang cinta kasih dari setiap orang. Dia berharap setiap orang dapat menempatkan diri pada posisi orang lain serta turut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain. Menggalang hati dan donasi harus lebih sering kita lakukan di Taiwan.

Kita harus memulihkan kebajikan dan cinta kasih setiap orang. Agar Taiwan semakin aman dan tenteram, kita harus mengembangkan kekuatan cinta kasih. Ini merupakan hal yang baik. Masyarakat bisa harmonis atau tidak bergantung pada pikiran manusia. Anak-anak sangat menggemaskan.

Kita melihat seorang anak bernama Ameer yang berarti pangeran. Ameer merupakan cucu Ci Li. Kisah hidupnya sangat memilukan. Saat itu, ayah, ibu, dan kakak-kakaknya berusaha untuk melarikan diri. Ibunya yang saat itu sedang mengandung juga berusaha sekuat tenaga untuk melarikan diri. Ayah dan kakak-kakak laki-lakinya tewas tertembak dalam perjalanan melarikan diri. Namun, ibunya terus berlari meski telah terluka.

Setelah melewati perbatasan, ibunya baru jatuh pingsan. Lalu, ada orang yang menolong ibunya. Namun, nyawa sang ibu tidak tertolong. Karena itu, dokter segera melakukan bedah cesar untuk menyelamatkan bayi dalam kandungannya. Berhubung kedua orang tuanya telah tewas tertembak, anak ini pun menjadi anak yatim piatu. Dia harus bagaimana?

 

Dokter yang menyelamatkannya memiliki seorang teman yang merupakan menantu laki-laki Ci Li, insan Tzu Chi Yordania. Karena itu, dokter itu pun berkata pada menantu Ci Li, “Kamu belum punya anak. Apakah kamu mau mengadopsi anak ini?” Tentu, sebagai insan Tzu Chi yang menghormati kehidupan, ibu mertuanya setuju untuk mengadopsi anak ini. Mereka lalu menamakannya “Ameer” yang berarti pangeran.

Kini Ameer telah berusia tiga tahun. Dia sangat menggemaskan. Saat ulang tahunnya dirayakan, dia bersusah payah untuk meniup lilinnya. Dia terus mengitari meja itu hingga akhirnya naik ke atas meja untuk meniup lilin tersebut. Dia sangat menggemaskan dan mendapat kasih sayang dari seluruh keluarga.

Saat kembali ke Taiwan tahun ini, Ci Li memperlihatkan banyak foto cucunya. Dia berkata bahwa anak ini penuh welas asih. Saat melihat anak lain, dia sering memberikan mainan kesayangannya pada mereka. Pada usia dini, anak ini sudah penuh cinta kasih. Saya juga mendengar Ji Hui berkata bahwa ada banyak anak yang kurang beruntung yang terserang penyakit saat sedang mengungsi.

Kita telah membantu lebih dari 100 anak menjalani operasi, tetapi masih ada lebih dari 300 anak yang menanti untuk menjalani operasi agar kesehatan mereka dapat pulih kembali. Untuk bersumbangsih dengan cinta kasih, dibutuhkan kerja sama tim. Di berbagai tempat, kita membutuhkan banyak orang yang bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih.

 

Kita juga bisa melihat kepala sekolah dan guru dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Indonesia kembali ke Taiwan. Mereka bersungguh hati mendidik anak-anak. Anak-anak yang menerima pendidikan di sana juga sangat bersungguh hati. Jika tidak ada relawan Tzu Chi di sana, mungkin sekarang Kali Angke masih merupakan Kali Angke yang kotor. Berkat kerja sama antara insan Tzu Chi dan pemerintah setempat, air Kali Angke bisa menjadi air yang jernih.

Anak-anak juga dapat menerima pendidikan di sekolah dan dari guru yang baik. Anak-anak sangat bersungguh hati. Mereka bahkan bisa menampilkan tarian seribu tangan yang begitu indah. Lihatlah betapa indahnya pertunjukan mereka. Mereka semua merupakan anak-anak kita. Dalam menjalankan misi budaya humanis dan pendidikan, kita tidak membeda-bedakan kaya dan miskin. Kita bersumbangsih bagi semua orang dengan cinta kasih yang setara. Setiap orang, termasuk anak-anak, memiliki hakikat kebuddhaan yang setara.

Melihat anak-anak di Indonesia, saya sangat gembira. Benar, kekuatan cinta kasih terdapat di mana-mana. Saya juga berharap kita semua dapat lebih percaya diri serta membangun ikrar dan tekad agung. Orang yang bisa bersumbangsih adalah orang yang penuh berkah.

Segera bergerak untuk menyurvei kondisi bencana

Menolong para pengungsi dengan rasa empati

Menabur benih kebajikan lewat misi pendidikan dan budaya humanis

Membangun ikrar dan tekad agung bagai Bodhisattva Avalokitesvara Berlengan Seribu

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Desember 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 Desember 2016

 

 

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -