Ceramah Master Cheng Yen: Berintrospeksi dan Menekan Nafsu Keinginan demi Menyelamatkan Dunia

“Pada tanggal 20 Juni 2020, suhu udara di Verkhoyansk mencapai 38 derajat Celsius dan mencetak rekor tertinggi,” ujar Clare Nullis, Juru bicara WMO.

“Kita melihat foto tangkapan satelit yang dramatis yang menunjukkan jangkauan kebakaran hutan. Saat ini, kebakaran di Lingkar Arktik hanya berjarak kurang dari 8 km dari Samudra Arktik. Ini seharusnya tidak terjadi,” terang Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal WMO.

“Jika ingin menekan peningkatan temperatur Bumi dalam batas 1,5 derajat Celsius sesuai Persetujuan Paris, kita harus menekan penghasilan emisi karbon sebanyak 7 persen setiap tahun. Namun, dengan kondisi saat ini, itu sulit dicapai,” jelas Li Ya-ping, seorang reporter media.

Bagaimana mengurangi emisi karbon? Demi mengembangkan perekonomian, masyarakat terus didorong untuk berwisata dan berbelanja. Ini pasti akan menghasilkan emisi karbon, meningkatkan temperatur Bumi, memperparah pencemaran, dan sebagainya. Pola hidup yang konsumtif berkaitan dengan semua ini. Semakin banyak konsumen, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Sampah merupakan salah satu sumber pencemaran.

“Akibat pandemi COVID-19, warga menganggap berwisata ke pulau sebagai berwisata ke luar negeri sehingga jumlah wisatawan meningkat drastis. Setiap kali berlayar, kapal penuh dengan penumpang. Meski jadwal pelayaran ditambah, keramaian belum tentu bisa segera berkurang,” ungkap Chen Ying-hong, Sekretaris balai Desa Liuqiu.

“Jika dua orang naik satu sepeda motor, dengan 10.000 wisatawan di pulau ini, berarti ada 5.000 unit sepeda motor yang dipakai. Ditambah dengan sepeda motor warga setempat, polusi udara yang ditimbulkan sangat serius,” kata Huang Zhao-shun, Ketua tim kebersihan Desa Liuqiu.

“Peningkatan sampah kali ini sangat kentara. Pada musim panas tahun-tahun sebelumnya, volume sampah sekitar 9–10 ton per hari. Tahun ini meningkat menjadi 10–11 ton,” tambahnya.  


Semua sampah ini tercipta akibat nafsu keinginan manusia. Begitu nafsu keinginan terbangkitkan, manusia akan terus berbelanja sehingga banyak barang yang menumpuk dan akhirnya menjadi sampah. Ini merupakan lingkaran buruk. Karma buruk akan berbuah buruk.

Kita harus menciptakan karma baik untuk memperbaiki keadaan. Saat nafsu keinginan terbangkitkan, manusia akan menciptakan karma buruk. Karena tidak dapat mengendalikan nafsu keinginan, manusia menciptakan karma buruk hingga membentuk karma buruk kolektif. Kekuatan karma buruk akan memengaruhi keberuntungan kita. Manusia tidak dapat mengendalikan nafsu keinginan diri sendiri sehingga menciptakan karma buruk kolektif.

Karma buruk kolektif juga memengaruhi kondisi iklim. Saya sering berkata bahwa keberuntungan manusia dan iklim berkaitan dengan energi. Karma buruk manusia menciptakan energi negatif yang memicu terjadinya bencana. Jadi, untuk menyelamatkan Bumi, kita harus menenangkan pikiran.

Berhentilah sejenak untuk berpikir. Apakah jalan ini bisa ditempuh? Apakah arah ini benar? Jika arah tersebut benar dan aman, kita harus menapakinya dengan tertib. Kita harus melangkah ke arah yang benar, baru bisa menyelamatkan Bumi. Jika tidak, kekuatan besar karma buruk ini akan membawa dampak bagi iklim.

Energi negatif dari karma buruk kolektif yang menyelimuti Bumi telah membuat Bumi yang tadinya hijau berubah menjadi merah.  Tadinya, Bumi ini sangatlah indah. Ada pegunungan, hutan, laut yang bersih dan biru, dan rerumputan yang hijau. Betapa indahnya Bumi ini. Akibat nafsu keinginan manusia, Bumi ini telah berubah menjadi berwarna merah.


Bodhisatwa sekalian, kita harus segera menenangkan pikiran orang-orang.  Hidup di dunia ini, kita harus bersiteguh di jalan yang benar. Jangan menyimpang dari jalan yang benar dan mencoba untuk memegang kendali. Kita harus menunaikan kewajiban masing-masing dan jangan menyimpang dari jalan yang benar. Untuk itu, kita harus bersungguh hati.

Saat ini, kita harus bersungguh-sungguh. Bisakah manusia mencegah bencana akibat perubahan iklim? (Bisa.) Namun, orang-orang harus tersadarkan. Jika orang-orang tidak tersadarkan dan masih tenggelam dalam nafsu keinginan terhadap materi, bencana tidak dapat dicegah.

Ada orang yang berkata, "Jika begitu, apakah sumbangsih kita berguna?" Kembali pada hukum sebab akibat, apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Meski bukan demi kehidupan sekarang, kita juga harus bersumbangsih demi kehidupan mendatang.

Kita harus bersumbangsih serta sungguh-sungguh berpegang pada hukum sebab akibat dan jalan yang benar. Kita harus menunaikan kewajiban kita dan berpegang pada hukum sebab akibat. Jangan menyimpang dari jalan yang benar. Jika bisa demikian, berarti kita menciptakan karma baik.

Jika tahu untuk tidak menyimpang, secara alami, kita akan menciptakan karma baik. Meski terjadi bencana di seluruh dunia, kehidupan kita akan tetap aman dan tenteram. Berhubung memiliki jalinan jodoh untuk menciptakan berkah bagi umat manusia, kita harus membangun tekad dan ikrar untuk menjadi orang yang bisa membawa manfaat bagi sesama dan membimbing sesama.


Manusia membutuhkan bimbingan orang lain. Hanya segelintir orang tidaklah cukup. Kita membutuhkan banyak orang. Kita harus mengajak orang-orang untuk mengerahkan kekuatan bersama. Jadi, saya ingin mengimbau orang-orang untuk menenangkan pikiran dan berinstrospeksi diri.

Apakah nafsu keinginan Anda besar? Jika besar, Anda harus segera mengendalikannya. Jika kita ingin memiliki suatu barang saat melihatnya, kita harus segera berintrospeksi. Jika tidak perlu, jangan menghabiskan uang. Jangan membeli barang yang tidak diperlukan. Jika tidak ada keperluan, tidak perlu pergi berwisata. Dengan berwisata, kita menciptakan emisi karbon, menghabiskan uang, dan menciptakan sampah.

Sumber pencemaran yang sesungguhnya ialah manusia. Saat nafsu keinginan terbangkitkan, manusia akan menimbulkan banyak pencemaran. Jadi, kita harus bersungguh-sungguh dan tulus menjaga pikiran kita.

Pola hidup konsumtif mengakumulasi karma buruk
Nafsu keinginan manusia adalah sumber pencemaran
Berintrospeksi dan menekan nafsu keinginan untuk menciptakan karma baik
Mengubah energi negatif menjadi positif demi menyelamatkan dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 September 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 September 2020
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -