Ceramah Master Cheng Yen: Berintrospeksi Diri dan Menciptakan Berkah
Lewat siaran berita, kita bisa melihat serangan bom di Belgia kemarin yang merisaukan hati masyarakat. Setiap orang dalam kondisi tegang dan siaga. Kini, di seluruh dunia, banyak negara yang dilanda bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Saat orang-orang membersihkan noda batin dan mengembangkan kekuatan cinta kasih, barulah dunia bisa aman dan tenteram dan setiap orang bisa hidup bahagia.
Kita bisa melihat di Yordania,Ji Hui meminjamkan rumahnya kepada anggota TIMA untuk menggelar baksos kesehatan bagi para pengungsi. Dengan penuh kehangatan, mereka mencurahkan perhatian kepada para pengungsi. Indonesia juga demikian. Mereka telah menggelar baksos kesehatan sebanyak 111 kali. Mereka telah menggelar baksos kesehatan sebanyak 111 kali.”Harusnya kita perhatian terhadap mereka sehingga mereka care dengan kesehatan terutama kesehatan mata dimana di sinimata adalah dominan kalau kita lihat jumlahnya paling besar adalah katarak,”ujar Ruth O. Anggraini, Koordinator baksos tim medis Tzu Chi (TIMA)
Dengan menghimpun
cinta kasih,kita dapat menyelamatkan banyak orang dari penderitaan. Di Yordania
dan Indonesia,meski terdapat warga yang hidup menderita, tetapi kita bisa melihat
curahan perhatian dan cinta kasih penuh kehangatan dari banyak orang. Ini jauh
lebih baik dari kondisi di Belgia.
Di beberapa negara,masyarakat hidup sejahtera. Namun, saat pikiran manusia tidak selaras,tiba-tiba terjadi pertikaian yang menimbulkan banyak korban. Ini sungguh membuat masyarakat tidak tenang. Meski orang-orang hidup kekurangan di pedesaan, tetapi jika ada orang yang penuh cinta kasih yang memerhatikan dan bersumbangsih bagi mereka,mereka pasti akan merasa penuh kehangatan.
Selain TIMA luar negeri, TIMA di Sanzhi, Taiwan juga bersumbangsih.Kita telah mencurahkan perhatian kepada lansia yang hidup sebatang kara dan pasien kurang mampu dalam jangka panjang.Berhubung sebagian wilayah Sanzhi merupakan dataran rendah,maka setiap kali turun hujan deras yang mengakibatkan banjir, warga selalu dievakuasi ke posko penampungan. “Akibat bencana topan dan tanah longsor, kami harus mengevakuasi sebagian warga. Di balai distrik ini, ruang yang agak luas adalah ruang pertunjukan di lantai lima. Dahulu, mereka hanya tidur di atas busa yang dibentangkan di lantai,” ujar Li Ke-wen,Kepala Balai Distrik Sanzhi.
Melihat kondisi seperti ini,insan Tzu Chi merasa tidak tega. Karena itu, kita berinisiatif menawarkan untuk memberikan 30 buah tempat tidur lipat kepada Balai Distrik Sanzhi. Dengan begitu,kapan pun mereka membutuhkan tempat tidur, mereka bisa menggunakannya.
Kita juga melihat di Afrika,banyak orang yang hidup menderita. rata-rata harus menempuh jarak sejauh 6 km yang menghabiskan waktu selama 6 jam. Setiap kali perjalanan, mereka bisa membawa sekitar 3 liter air di atas kepala mereka. Selain itu, air yang mereka peroleh juga sangat kotor. Banyak yang jatuh sakit setelah meminumnya. Lihatlah, betapa menderitanya mereka. Inilah kondisi kehidupan mereka. Setiap orang harus menghargai sumber daya air. Kini banyak negara yang mengalami krisis air. Negara-negara yang tidak kekurangan air hendaknya juga meningkatkan kewaspadaan.Suatu hari nanti, jika tidak ada air,apa yang harus kita lakukan?
Kalian seharusnya masih ingat tentang krisis air di Taiwan tahun lalu. Saat itu, hidup kita menjadi sangat sulit. Jadi, kita harus bersungguh hati. Tidak seharusnya orang kaya berpikir, “Jika menggunakan lebih banyak air, saya hanya perlu menambah pengeluaran ratusan dolar NT saja setiap bulan.” Sebagian orang memboroskan air dan listrik karena merasa sanggup membayarnya. Karena itu, mereka terus menikmati pendingin ataupun penghangat ruangan.Namun, suatu hari nanti, jika benar-benar tidak ada aliran listrik, maka mereka yang selalu menikmati pendingin ruangan mungkin akan sangat menderita.Jadi, air dan listrik merupakan masalah besar yang harus kita perhatikan.
Lihatlah relawan kita,Xiao Su-jing dan suaminya.Dahulu, berhubung dapat menghasilkan uang dengan mudah, dia menghambur-hamburkan uang untuk membeli apa saja yang dia sukai. Suaminya juga demikian. Satu demi satu kamera dibeli oleh suaminya.Inilah yang mereka lakukan dahulu.Beruntung, setelah bergabung dengan Tzu Chi, sang istri mendapati bahwa di posko daur ulang, sebagian pakaian yang dikumpulkan masih sangat nyaman dipakai dan terlihat baru. Jadi, dia sadar akan perbuatannya dahulu. Terlebih lagi, setelah menjadi anggota komite,dia sering melakukan survei kasus. Setelah melihat penderitaan, dia benar-benar menyadari berkah dan keborosannya dahulu. Bergabung dengan Tzu Chi membuatnya bisa melihat penyimpangan diri sendiri dahulu dan menemukan Jalan Bodhi yang lapang dan lurus. Hati Bodhisattva sangatlah indah.
Saat hidup berada, ketamakan mereka tiada akhir. Meski sudah memiliki segalanya, mereka tetap merasa tidak puas. Mereka selamanya merasa kurang. Namun, setelah bergabung dengan Tzu Chi, mereka bisa berbagi dengan sesama dan merasa bahwa yang mereka miliki sudah lebih dari cukup. Inilah kehidupan manusia. Mereka menyerap tetes demi tetes Dharma ke dalam hati. Mereka bukan hanya menyumbangkan lahan untuk mendirikan posko daur ulang, tetapi juga bergabung untuk memilah barang daur ulang dan lain-lain.
Dengan mengerahkan kekuatan cinta kasih,mereka merasa bahagia dan tenang setiap hari. Jika kita bisa menjalani hidup seperti ini, berarti kita telah mengembangkan nilai hidup. Setiap orang akan semakin tua.Kini Relawan Xiao dan suaminya berusia 60-an atau 70-an tahun dan memiliki usaha sendiri. Apakah mereka sudah tua? Belum. Di Jalan Bodhisattva, mereka masih muda. Jadi, untuk mengembangkan nilai hidup,kita harus menggenggam waktu.
Setiap orang hendaknya memiliki kesadaran di tengah pergolakan masyarakat
Menggelar baksos dengan penuh kehangatan demi melenyapkan penderitaan pasien
Menghemat sumber daya dan menghargai air
Berintrospeksi diri dan menciptakan berkah setelah melihat penderitaan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Maret 2016