Ceramah Master Cheng Yen: Berjuang Menolong Sesama yang Menderita
Kebakaran hutan yang terjadi sungguh parah. Di sembilan negara bagian di Amerika Serikat telah terjadi 28 titik kebakaran hutan. Kita semua tinggal di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Meski daerah bencana berada jauh dari kita, tetapi melihat begitu banyak kebakaran itu mencakup daerah yang luas dan terjadi di Bumi yang juga tempat kita tinggal, bagaimana bisa kita tidak merasa prihatin? Bagaimana bisa kita tidak merasa khawatir? Bagaimana bisa kita tidak peduli? Terlebih lagi, di California, telah terjadi kekeringan dalam 5 tahun berturut-turut.
Kekeringan ini telah memicu kebakaran hutan. Jadi, di California sendiri telah ada tujuh titik kebakaran hutan yang tersebar dari utara, tengah, hingga selatan. Dunia ini telah dipenuhi berbagai bencana, seperti bencana banjir, kebakaran, dan angin topan. Inilah Tiga Bencana Besar yang Buddha katakan. Bencana alam yang sangat merusak ini sungguh membuat kita khawatir. Titik api yang kecil dapat memicu kebakaran besar. Sama halnya dengan batin manusia. Sebersit kegelapan batin dapat memicu timbulnya berbagai noda batin yang memengaruhi hubungan antarmanusia dan menyebabkan berbagai bencana yang terjadi silih berganti.
Kita juga telah melihat kondisi di Suriah saat ini. Berbagai serangan masih terus terjadi sehingga rakyat tak dapat hidup tenang. Ada sebuah komunitas setempat yang telah menjadi korban serangan udara. Saat tim penyelamat bergerak pada malam harinya, mereka menemukan seorang anak yang bersimbah darah. Anak ini sungguh tidak tahu apa yang tengah terjadi. Anak ini masih kecil dan tidak berdosa, mengapa dia harus terlahir di tempat seperti itu? Betapa banyak anak di sana yang menjadi yatim piatu.
Anak-anak yatim piatu ini hidup di tengah peperangan, siapa yang dapat merawat mereka? Kita telah melihat banyaknya penderitaan di dunia. Bencana yang terjadi akibat ketidakselarasan unsur air, api, dan angin juga bermula dari ketidakselarasan batin manusia. Kegelapan dan noda batin yang tercipta terus mengacaukan batin manusia dan mengakibatkan ketidakselarasan unsur alam.
Dunia sungguh telah diliputi Lima Kekeruhan. Kondisi ini sungguh tidak teratasi. Orang yang kehilangan anggota keluarga jauh lebih menderita dibanding mati. Siapa yang dapat menghibur batin mereka? Bagi orang-orang yang tertimbun reruntuhan, apakah mereka masih hidup ataukah sudah tewas, tiada yang tahu.
Dalam kondisi iseperti ini, berapa banyak orang yang dapat menolong orang lain dengan tenang? Bagi para korban luka-luka yang selamat, siapa yang dapat mengobati mereka? Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Kondisi penderitaan seperti ini sungguh bagaikan neraka. Mungkin kita bertanya di manakah neraka. Saat hati manusia tidak selaras sehingga menyebabkan berbagai bencana, bukankah kondisinya bagaikan neraka? Melihat kondisi anak kecil tadi, saya teringat anak kecil berusia tiga tahun yang tersapu ombak ke tepi pantai.
Setelah kisah anak kecil itu mencuat, banyak negara akhirnya bersedia membuka pintu untuk menampung para pegungsi. Namun, tiba-tiba, disebabkan oleh berbagai hal ditambah ketidakselarasan hati manusia, akhirnya banyak negara yang kembali menutup pintu bagi para pengungsi. Para pengungsi ini semakin menderita dan tidak memiliki harapan. Ke mana mereka harus pergi? Kini, kita juga melihat, meski dunia memperingati Hari Kemanusiaan, berapa banyak orang yang dapat melanjutkan misi kemanusiaan dan menyalurkan bantuan kemanusiaan? Misi ini sangat sulit dijalankan.
Dunia ini begitu besar. Bagaimana kita membuat penilaian? Bagaimana kita dapat membangkitkan cinta kasih orang-orang agar dapat terus melangkah maju? Semua ini adalah hal yang sulit dilakukan. Namun, kita juga masih dapat melihat berbagai pihak yang memiliki semangat kemanusiaan dan segera bergerak kala dibutuhkan. Kekeringan yang saat ini terjadi di Guatemala sangatlah parah. Banyak anak telah mengalami gizi buruk. Bagaimana kita dapat membantu mereka? Ini terjadi bukan hanya di Guatemala, melainkan di beberapa negara lainnya yang juga mengalami kekeringan panjang.
Para warga mengalami kelaparan. Berbagai pihak telah menyerukan agar orang-orang membangkitkan cinta kasih. Kita juga terus menyerukan agar orang-orang makan cukup 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persennya untuk membantu sesama. Berapa banyak orang yang menyambut seruan ini? Di sisi lain, kita melihat orang-orang yang hidup nyaman malah menciptakan banyak sisa makanan. Mereka membuang makanan yang tidak habis dimakan. Mereka terus menjalankan pola hidup boros dan tak kunjung sadar. Mereka juga tak pernah membangkitkan cinta kasih untuk sedikit berhemat dan bersumbangsih guna membantu orang-orang yang menderita.
Namun, kita melihat insan Tzu Chi di seluruh dunia yang terus membantu warga kurang mampu dengan membagikan beras serta barang bantuan. Namun, segala yang bisa kita lakukan hanya bagaikan tetesan air di tengah samudra. Kita membutuhkan lebih banyak orang untuk turut memberikan cinta kasih demi menyucikan hati manusia dan menginspirasi sesama.
Kita berharap setiap orang dapat memberikan sedikit sumbangsihnya. Inilah yang harus kita usahakan. Kita juga melihat kini banyak anak kecil yang penuh pengertian, tetapi sebaliknya, orang dewasa malah kurang pengertian. Karena itu, kita harus lebih berusaha.
Singkat kata, kita tidak meminta setiap orang berkontribusi banyak. Tidak. Kita hanya berharap dapat menghimpun banyak kontribusi kecil dari setiap orang. Jika kita dapat sedikit hemat dalam keseharian, kita bisa membantu orang-orang yang kelaparan. Inilah yang terus kita usahakan dan kita serukan.
Ketenteraman sulit didapat di tengah Lima Kekeruhan
Peperangan menambah penderitaan anak-anak yatim piatu
Orang yang beruntung hendaknya peduli pada mereka yang kelaparan
Menghargai makanan dan banyak menciptakan berkah
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Agustus 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina Ditayangkan tanggal 22 Agustus 2016