Ceramah Master Cheng Yen: Berlatih Mengembangkan Cinta Kasih dan Welas Asih
Lihatlah, wabah kali ini sudah merebak di lebih dari 220 negara di dunia. Jumlah kasus positif terus meningkat. Dalam dua hari ini, tepatnya sejak kemarin, saya mendengar bahwa pertambahan jumlah kasus positif di Spanyol mulai menurun. Kurva pertambahan kasus positif mulai melandai. Pemerintah berencana membuka penutupan wilayah karena jika penutupan wilayah terus diberlakukan, perekonomian bisa tumbang. Karena itu, pemerintah setempat harus mengambil risiko untuk mulai membuka penutupan wilayah.
Namun, untuk melakukan itu, tekanan yang dihadapi juga sangat besar. Intinya, dalam wabah kali ini, negara sekuat apa pun juga sulit mengendalikan keadaan, bahkan terpaksa memberlakukan penutupan wilayah.
Dari sini, kita mungkin berpikir, kekuatan apa yang bisa mengendalikan wabah ini? Tidak ada.
Intinya, ini adalah kesempatan bagi kita semua untuk berintrospeksi. Sutra Buddha mengatakan bahwa saat bencana terjadi, tentu tak dapat dihindari. Jadi, inilah yang dikatakan dalam Sutra Buddha.
Semua orang hendaknya berintrospeksi dan mengembangkan cinta kasih serta welas asih agar dapat perlahan-lahan meredam dan mengatasi wabah penyakit ini. Jika cinta kasih tidak benar-benar dibangkitkan, entah kapan wabah ini akan berlalu. Umat manusia harus sadar.
Hingga saat ini, saya juga merasa, "Seruan saya ini, apakah orang-orang mendengarnya? Apakah orang-orang menyerapnya ke dalam hati dan menjalankannya?" Kelihatannya kekuatan saya sangat kecil. Namun, saya tetap berusaha semaksimal mungkin. Meski kekuatannya sangat kecil, kita yang menjalankan berarti tengah melatih diri sendiri. Melatih diri bermanfaat bagi diri sendiri. Banyak orang juga bertanya, "Saya sudah bervegetaris dan mendengar nasihat Master, lalu mengapa wabah belum berakhir juga?"
Coba bayangkan, dari miliaran populasi dunia, orang yang menyambut imbauan untuk bervegetaris baru seratusan ribu. Jika dibandingkan dengan miliaran orang, tentu masih terlalu sedikit. Namun, bagi seratusan ribu orang atau beberapa ratus ribu orang yang bervegetaris ini, diri sendiri tentu juga memperoleh manfaat bukan hanya pada kehidupan sekarang. Diri kita merasakan ketenangan batin dan tidak memikul beban utang. Kita memahami kebenaran ini. Kita tidak berutang nyawa pada makhluk lain.
Saya pernah berkata bahwa saat berutang pada orang lain, kita harus mengembalikannya berkali-kali lipat. Kini kita sudah tahu. Kita tidak memakan daging makhluk lain sehingga tidak memikul beban utang. Kita dapat merasa damai dengan tubuh yang sehat. Dengan demikian, kita juga melatih diri sendiri.
Setelah memahami kebenaran pada kehidupan ini, kita mulai melatih diri. Jangan biarkan diri kita berutang nyawa makhluk lain. Kita harus mulai bervegetaris dan bertutur kata baik. Ini barulah benar-benar membersihkan mulut. Mulut kita hanya menelan dan menerima nutrisi dari biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan yang bersih. Kita juga selalu bertutur kata baik dan menyosialisasikan pola hidup vegetaris demi membimbing orang-orang untuk memahami kebenaran. Inilah yang disebut kemurnian.
Kita juga mengukir tonggak sejarah dengan menjadi Bodhisatwa yang membimbing orang-orang untuk ikut melangkah dari tataran awam menjadi Bodhisatwa.
Ada seorang anak yang neneknya telah bervegetaris selama belasan tahun. Dia juga ikut bervegetaris bersama neneknya. Namun, orang tuanya menentangnya. Dia bisa mencari informasi tentang manfaat bervegetaris bagi kesehatan. Dia juga bisa mengatur komposisi makanan dan memasak sendiri. Meski baru berusia 7 tahun, dia mengasihi kehidupan. Dia bercerita bahwa suatu hari teman-temannya menangkap berudu di pinggir kolam.
“Saya terpikir sebuah cara. Saya bertanya kepada mereka, ‘Kalian suka nyamuk?’ Mereka menjawab tidak suka. Lalu, saya berkata, ‘Berudu akan menjadi katak. Katak dapat menangkap nyamuk.’ Akhirnya, mereka melepaskan berudu-berudu itu,” kata Wang Zhen-xuan vegetarian cilik.
Inilah kebijaksanaan. Berbagai prinsip kebenaran bisa keluar dari mulutnya. Dia dapat meyakinkan orang lain.
Bodhisatwa sekalian, saat ini kita harus saling mendorong. Kita harus membimbing orang lain untuk memahami kebenaran di balik bervegetaris agar mereka dapat berhenti makan daging. Inilah tujuan kita. Jika mereka tidak benar-benar berhenti makan daging dan hanya bervegetaris saat kita sediakan, apakah kita dapat selamanya menyediakannya?
Kita sungguh harus tulus membimbing orang-orang agar memahami kebenaran sehingga mereka benar-benar berhenti makan daging dan bervegetaris. Ini adalah hal yang sederhana. Untuk bervegetaris, kita hanya perlu mengubah pola pikir. Sesederhana itu.
Saya berharap kita dapat menggenggam jalinan jodoh dan kesempatan untuk melatih diri. Dengan mengubah pola pikir, kita dapat mulai melatih diri serta menyucikan tubuh dan batin. Mari kita tulus berdoa semoga wabah cepat berlalu.
Pelajaran yang wabah ini berikan pada kita hendaknya kita terima dan jalankan. Kita hendaknya memohon ampun terhadap langit dan mulai mengubah kesalahan masa lalu serta melatih diri untuk masa kini dan masa depan. Dengan demikian, semoga wabah dapat segera berlalu dan berbagai bidang usaha di masyarakat bisa kembali berjalan seperti sediakala. Kita berharap dunia usaha juga belajar dari wabah ini dan tidak lagi mengeksploitasi alam secara besar-besaran agar pencemaran tidak kembali meningkat dan semua makhluk dapat tetap hidup tenteram.
Bodhisatwa sekalian, kita semua harus menghimpun kekuatan cinta kasih. Jadi, kita harus menghimpun cinta kasih demi meredam wabah dan bencana. Inilah arah tujuan kita semua saat ini. Dharma bersifat tanpa batas dan tak terhingga. Kita semua harus tekun dan bersemangat untuk menapakinya dengan mantap.
Bertobat terhadap langit dan
bertekad mengubah diri
Bervegetaris, melatih diri, dan
membimbing orang lain
Bersatu menghimpun cinta kasih demi
meredam bencana
Tekun dan sungguh-sungguh melatih
diri
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 07 Mei 2020