Ceramah Master Cheng Yen: Berlindung pada Tiga Permata dan Menyebarkan Semangat Mahayana


“Orang tua saya bercerai ketika saya berusia 10 tahun. Tumbuh dalam keluarga dengan orang tua tunggal, saya memiliki banyak kebencian dalam hati saya. Saat itu, saya tidak tahu kesulitan seorang ibu dan jalan saya menyimpang. Saya masih ingat, suatu kali, saya mengikuti kamp kerelawanan Tzu Ching yang membuat saya menyadari bahwa berbuat baik dan berbakti tidak dapat ditunda,”
kata Cai Xin-yu relawan dalam pelatihan.

Ibu saya sungguh bekerja keras agar saya dan adik saya dapat bertumbuh dengan baik dan menerima pendidikan. Namun, setiap hari, saya pergi ke sekolah hanya untuk bermain, bahkan terpengaruh dengan kebiasaan buruk. Ketika dipikir kembali, saya sungguh malu. Setelah kamp berakhir, saya segera mendaftar untuk bergabung di Tzu Ching. Saya bersyukur karena dengan adanya Tzu Ching, saya tidak lagi tersesat dan kehidupan saya berubah menjadi lebih baik,” lanjut Cai Xin-yu relawan dalam pelatihan.

“Perubahan ibu saya juga telah dirasakan oleh ayah saya sehingga beliau juga mengubah kebiasaan buruknya. Mereka kembali menerima satu sama lain dan menikah lagi beberapa tahun yang lalu. Saya sungguh berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah memberikan keluarga baru kepada saya. Saya juga berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah menyadarkan saya akan kesalahan saya dan membuat saya bertumbuh. Saya berharap bahwa melalui cinta kasih dan perhatian yang saya rasakan di Tzu Chi dan Tzu Ching, saya dapat menumbuhkan nilai yang besar dalam kehidupan yang singkat ini,” pungkas Cai Xin-yu.

“Saat baru memasuki perguruan tinggi, saya sama sekali tidak ingin bergabung dengan Tzu Ching. Kemudian, setelah melalui banyak hal terjadi, saya melihat perubahan orang tua saya setelah dilantik dan saya juga melihat perubahan kakak saya setelah bergabung dengan Tzu Ching. Dalam perjalanan di Tzu Ching, Saya sungguh berterima kasih kepada semua orang yang saya temui. Berkat cinta kasih yang saya terima dalam perjalanan di Tzu Ching ini, saya berharap ketika lulus nanti, saya dapat berbuat lebih banyak hal yang bermanfaat. Oleh karena ini, saya bergabung dalam pelatihan ini. Saya berharap saya dapat menjadi pribadi yang membantu banyak orang dalam masyarakat,” kata Cai Chun-zhu relawan dalam pelatihan.

“Tzu Ching mengucapkan ikrar bersama-sama. Master, meski usia kami muda, kami tidak takut akan kesulitan dan kerja keras. Kami akan melakukan apa yang ingin Master lakukan, mencintai orang-orang yang Master cintai. Kami tidak akan membuat Master khawatir.”  


Bodhisatwa sekalian, saya ingin memberi tahu kepada semuanya bahwa semua orang harus melangkah maju dengan mantap serta penuh keberanian, ketekunan, dan semangat. Dalam kehidupan ini, seberapa jauh kita akan berjalan? Apakah kita berjalan di jalan yang benar atau salah? Dengan sedikit penyimpangan saja, seseorang dapat tersesat.

Jika kita terus melangkah lurus di Jalan Bodhisatwa ini, kita akan menemukan bahwa jalan ini lapang dan lurus. Jadi, sejak mulai melangkah dari titik awal, setiap langkah kita tidak boleh menyimpang. Sedikit penyimpangan akan membuat kita tersesat. Kita harus berjalan lurus. Jalan Bodhisatwa adalah jalan yang lapang dan lurus.

Bodhisatwa sekalian, kita semua telah memiliki jalinan jodoh. Kehidupan kali ini adalah titik awal kita dan kita memiliki kehidupan demi kehidupan selanjutnya. Hari ini, kita memiliki jalinan jodoh untuk duduk di sini dan mendengarkan Dharma dengan sukacita. Tentu hari ini bukan kali pertama kalian mendengarkan Dharma. Kalian telah mendengarkannya selama bertahun-tahun. Dengan sukacita dan hati yang tulus, kita dapat berhimpun bersama untuk membangun tekad dan ikrar serta bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus terlebih dahulu memahami jalan Agung.

Dalam memahami kebenaran, jangan hanya kita sendiri yang memahaminya. Kebenaran itu harus kita gunakan untuk membentangkan jalan. Hendaklah kita membangun tekad dan ikrar untuk membimbing orang lain menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah yang disebut dengan berlindung kepada Buddha dan berikrar membimbing semua makhluk hidup. Bukan hanya untuk "saya" sendiri, melainkan semua makhluk dalam jumlah banyak, yang pasti lebih dari tiga.


Semua orang harus berhimpun bersama dalam kesatuan. Ketika kita menyatukan kedua ibu jari, membentuk segitiga, dan menaruhnya di atas mulut, gerakan ini membentuk aksara Tionghoa "kesatuan" yang berarti kita harus menyatukan hati. Inilah cara kita memahami jalan Agung dan bertekad mencapai kebuddhaan. Kalian sering mendengarkan saya berkata, "Hendaklah kalian bertekad untuk menggalang Bodhisatwa dunia."

Buddha datang ke dunia untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Jadi, Buddha muncul di dunia untuk mengajarkan Jalan Bodhisatwa dan melenyapkan penderitaan mahluk hidup dan mewariskan Dharma dari generasi ke generasi. Tadi, kita melihat dan mendengarkan cerita dari generasi kedua keluarga Tzu Chi. Kisah ini membuat saya merasa sungguh tenang.

Saya berharap kita terus berjalan di jalan yang benar dan tidak menyimpang. Sedikit saja penyimpangan akan membawa jalan Tzu Chi ini melenceng. Hendaklah semua orang membangun tekad dan ikrar, "Berlindung kepada Buddha dan berikrar untuk membimbing semua makhluk hidup." Kita harus memahami Jalan Agung. Ini berarti kita harus sungguh-sungguh memahami kebenaran di dunia. Berlindung kepada Dharma, berarti kita harus mendalami Sutra. Dharma dalam kitab suci tidak hanya tersimpan di lemari buku. Kita harus menghayati Dharma dalam kehidupan kita dengan menolong makhluk yang menderita dan mengubah kehidupan mereka.

Saat ini, Tzu Chi telah memasuki tahun ke-57. Lima puluh tujuh tahun yang lalu, di masa awal Tzu Chi, saya telah mengajarkan Jalan Bodhisatwa. Saya mengajak semua orang untuk membantu melenyapkan penderitaan semua makhluk dan membimbing semua orang untuk mengubah kegelapan batin menjadi kebijaksanaan. Oleh karena itu, saat ini, banyak relawan yang berkata, "Dahulu saya memiliki kebiasaan buruk. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya berubah." Perilaku dan kebiasaan buruk mereka telah berubah dan mereka telah menapaki jalan yang benar. Beginilah cara insan Tzu Chi berjalan di jalan Tzu Chi, yakni menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah yang disebut mendalami Sutra yang membantu kita memperoleh kebijaksanaan seluas samudra.


Berlindung kepada Sangha, kita berikrar untuk membimbing semua makhluk dengan harmonis tanpa rintangan. Hendaklah kita membangun tekad agung. Kita mencari Dharma bukan untuk keuntungan pribadi atau hanya untuk memohon perlindungan Buddha. Kita menghormati Buddha sebagai cara untuk memperbaiki perilaku kita dan menurunkan kesombongan kita. Hendaklah kita bersujud kepada Buddha setiap hari untuk menaklukkan kesombongan kita.

Bodhisatwa Sadaparibhuta menghormat dan bersujud kepada siapa saja yang ditemui-Nya. Untuk mencari Dharma, Ia bersujud kepada setiap orang. Beginilah cara Bodhisatwa melenyapkan keakuan. Ketika kembali ke Griya Jing Si, para relawan melakukan ritual namaskara serta menghormat kepada Buddha dan Sangha dengan bersujud. Inilah cara mereka menaklukkan kesombongan.

Dengan menaklukkan kesombongan, kita dapat menjalin jodoh baik dengan semua orang. Dengan demikian, kita dapat membimbing mereka menuju jalan Buddha dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah yang disebut membimbing semua makhluk. Dengan menjalin jodoh baik dengan banyak orang, kita dapat berhimpun bersama dan menuju ke arah yang sama.

Hendaklah kita menggenggam setiap menit dan detik di Jalan Bodhisatwa ini untuk memiliki pengetahuan benar, pandangan benar, dan berjalan di arah yang benar. Hendaklah kita lebih banyak mendedikasikan diri untuk melihat penderitaan yang membuat kita menyadari berkah dan menjadi Bodhisatwa dunia. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.) Baik.

Saya mendoakan kalian semua dengan tulus. Ketika pulang, kalian harus terus mendengarkan Dharma. Hanya dengan satu jari, saya akan selalu bersama kalian setiap saat dan membagikan Dharma kepada kalian. Hendaklah semuanya sepenuh hati dalam segala hal. 

Berlindung pada Tiga Permata dan membangun tekad
Memahami jalan Agung dan terjun ke tengah masyarakat
Menaklukkan kebiasaan buruk dan membina kebijaksanaan
Menyadari berkah dengan melihat penderitaan dan menapaki Jalan Bodhisatwa 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Oktober 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 21 Oktober 2022
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -