Ceramah Master Cheng Yen: Berpaling dari Ketersesatan Menuju Kesadaran
”Saya mengenal Tzu Chi lewat kelas budi pekerti. Istri saya yang mengaturnya. Saya menghadiri kelas budi pekerti dengan perasaan terpaksa. Pengalaman kedua saya dengan Tzu Chi juga diatur, yakni pada tahun 2014, saya bersama dengan beberapa orang kakak bersama-sama kembali ke Hualien, Taiwan untuk mengikuti kamp pengusaha. Jalinan jodoh sungguh mengagumkan. Mulanya saya berencana tinggal di Taiwan beberapa hari untuk menikmati makanan khas Taiwan. Namun, tak disangka, setelah mengikuti kamp selama 6 hari,saya sangat tersentuh. Saat itu, saya berikrar di hadapan semua orang untuk bervegetaris,” ujar Tan Boon Seng, seorang Relawan Tzu Chi.
“Saya juga berpartisipasi dalam tim drum untuk pementasan adaptasi Syair Pertobatan Air Samadhi. Sebelum berpartisipasi dalam pementasan itu, saya berpikir bahwa saya cukup mengikuti kegiatan Tzu Chi di saat saya menginginkannya saja. Setelah berpartisipasi dalam pementasan itu, saya juga sangat terinspirasi. Saya lalu bertekad untuk turut memikul tanggung jawab,” lanjutnya.
”Di dalam pementasan Syair Pertobatan Air Samadhi ada sebuah lagu berjudul “Selamanya berada di Jalan Bodhisatwa”. Saya sering berkata bahwa jika bukan karena pementasan Syair Pertobatan Air Samadhi, mungkin dari kehidupan ke kehidupan, saya terus berada hidup ketersesatan,” kata Tan Boon Seng lagi.
Lihatlah orang yang berpaling dari ketersesatan menuju kesadaran. Saya sungguh gembira melihatnya. Sebagai seorang pengusaha, Relawan Tan sering mengadakan perjamuan makan. Karena itu, dia sering meminum alkohol dan memakan daging. Namun, setelah datang ke Taiwan sekali, dia langsung berubah.
Melihat perubahannya, temannya pun terinspirasi dan ikut menjadi relawan. Kakak Tan Boon Seng dan saya sudah berteman belasan tahun. Suatu kali, setelah kembali dari Taiwan, dia berkata kepada saya bahwa dia sudah tidak memakan daging dan ingin bervegetaris.
”Kami berdua sama-sama penggemar daging. Karena itu, saya tidak percaya padanya. Saya bilang, “Tidak mungkin.” Namun, lingkungan sungguh dapat mengubah seseorang. Saat datang ke Tzu Chi, saya merasakan energi positif yang sangat besar. Meski bervegetaris sangat sulit bagi saya, tetapi saya sudah bervegetaris dalam waktu lama. Di sini, saya ingin berikrar di hadapan Master. Dahulu saya selalu mengajak orang untuk meminum alkohol. Hari ini, setelah dilantik, saya akan pulang dan menginspirasi mereka untuk berhenti meminum alkohol dan ikut bergabung dengan Tzu Chi,” pungkas Tan Boon Seng.
Dahulu mereka bermabuk-mabukan setiap hari. Kini, mereka selalu berbicara tentang Tzu Chi dan aktif mengikuti kegiatan Tzu Chi. Sungguh membuat orang tersentuh. Karena jalinan jodoh yang baik, mereka dapat bertemu dengan sang penyelamat dalam hidup mereka. Selain membawa manfaat bagi diri sendiri, juga bermanfaat bagi keluarga mereka, bermanfaat bagi istri dan anak, bermanfaat bagi teman, dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
Para pengusaha yang berusia 40 hingga 50-an tahun ini membawa pengaruh besar bagi masyarakat setempat. Ada pula seorang relawan lain dari Malaysia. Relawan Toh menjalani kehidupan yang berat karena terjerumus dalam perjudian. Penderitaan pertama dalam hidup, punya uang, tetapi tidak bisa berjudi; penderitaan kedua dalam hidup, tidak punya uang dan hanya bisa melihat orang berjudi, penderitaan ketiga dalam hidup, meminjam uang dari orang untuk berjudi.
Kebiasaan berjudi membuat hidupnya penuh penderitaan. Setelah menerima bimbingan temannya, kini dia sudah memperbaiki diri dan berfokus melakukan kegiatan Tzu Chi. Perubahan hidup seseorang bergantung pada sebersit niat. Dia membulatkan tekad untuk mengubah semua tabiat buruknya. Demikianlah para relawan di Malaysia berusaha menjalin jodoh baik dan melakukan kebaikan.
Lihatlah, di dunia ini, tidak ada kesulitan yang tak dapat diatasi. Kita harus sangat bersungguh hati untuk menyucikan hati manusia. Ini bukan hal yang tidak mungkin. Asalkan memiliki niat, maka kita akan memiliki kekuatan untuk melakukannya. Kita harus menginspirasi lebih banyak orang.
Tzu Chi sudah berusia 50 tahun. Dimulai dari tempat lahirnya Tzu Chi di Taiwan, beberapa relawan Tzu Chi menjangkau orang-orang yang membutuhkan di wilayah kecil. Perlahan-lahan, semakin banyak orang yang terinspirasi untuk bergabung dengan kita. Mereka memulainya dari diri sendiri. Meski dahulu pernah melakukan kekeliruan, tetapi mereka segera memperbaiki diri dan mendedikasikan diri untuk bersumbangsih.
Dimulai dari beberapa relawan, perlahan-lahan kita menginspirasi banyak orang. Dimulai dari wilayah kecil, kita mulai menjangkau wilayah yang lebih luas. Dimulai dari Taiwan, kita mulai menjangkau negara lain untuk bersumbangsih dan menebarkan benih cinta kasih. Kini, benih-benih Tzu Chi itu sudah bertumbuh menjadi pohon besar. Kini kita dapat melihat di banyak negara terdapat benih Tzu Chi yang sudah bertumbuh menjadi hutan bodhi.
Kita dapat melihat para siswa di Sekolah Menengah Tzu Chi Chiangmai. Mereka bekerja sama untuk membantu penyaluran bantuan musim dingin bagi 2.984 keluarga kurang mampu di sana. Jadi, para siswa kita di Sekolah Menengah Tzu Chi Chiangmai juga turut mengerahkan kekuatan cinta kasih dan memanfaatkan waktu untuk bersumbangsih bersama relawan Tzu Chi. Ini adalah sebuah lingkungan yang baik. Di sana orang-orang yang penuh cinta kasih saling membimbing untuk membantu orang yang membutuhkan.
Kemarin, kita mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun di Institut Teknik Tzu Chi. Para guru dan murid bersama-sama mengadakan pementasan di atas panggung. Saya juga sangat berterima kasih kepada ayah dan ibu asuh Tzu Chi yang menempuh perjalanan jauh untuk membantu. Semua orang di dunia bagaikan satu keluarga. Banyak sekali hal yang patut kita syukur. Saya sangat berharap semua orang di dunia dapat mempertahankan kemurnian hati masing-masing.
Dalam ceramah tadi pagi, saya berkata bahwa Buddha sangat berterima kasih kepada Devadatta. Meski Devadatta melakukan banyak hal yang menyulitkan Buddha, tetapi Buddha tetap dipenuhi rasa syukur karena Devadatta sudah memberinya kesempatan untuk menyempurnakan praktik Enam Paramita serta mengembangkan Empat Sifat Mulia.
Di Tzu Chi, kita memiliki lingkungan yang harmonis dan penuh kebajikan untuk bekerja sama memberi manfaat bagi dunia. Mengapa kita tidak bersyukur atasnya? Kita harus saling bersyukur dan menyemangati. Meski Devadatta selalu berusaha menghalangi Buddha, tetapi Buddha tetap sangat bersyukur kepadanya, terlebih lagi kita yang memiliki jalinan jodoh pendukung untuk menapaki jalan kebenaran.
Sang penyelamat membimbing orang-orang untuk bergabung dengan Tzu Chi
Membangun kesadaran dan menyucikan batin
Anak-anak sekolah Tzu Chi Chiangmai membantu orang yang hidup kekurangan
Bersyukur atas cobaan yang membantu mewujudkan pelatihan diri
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Desember 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Desember 2016