Ceramah Master Cheng Yen: Berpegang pada Dharma untuk Menyucikan Hati Manusia

Kita bisa melihat dua topan. Kini salah satunya telah mencapai permukaan laut Taiwan. Kita harus memperhatikan perkembangannya.

Banjir pada tanggal 7 Agustus 60 tahun yang lalu merobohkan banyak rumah di wilayah tengah dan selatan Taiwan yang sebagian besar terbuat dari bata lumpur. Kondisi saat itu masih terbayang dalam benak saya. Kini ada satu topan yang perlahan-lahan mendekati Taiwan. Pada saat seperti ini, saya ingin mengimbau orang-orang untuk mawas diri dan berhati tulus. Janganlah kita melupakan bencana 60 tahun lalu.

Saya juga teringat banjir 8 Agustus 10 tahun yang lalu. Saat itu, di jalan tol terlihat barisan kendaraan yang panjang dari wilayah utara dan tengah Taiwan. Kendaraan berisi relawan, barang bantuan, peralatan, dan alat berat membentuk barisan panjang di jalan tol.

Pada tahun itu juga, kita segera menjalankan proyek pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Shanlin, Kaohsiung. Kita menggunakan waktu 88 hari untuk membangun lebih dari seribu unit rumah. Meski perjalanan kita penuh kesulitan dan menghadapi banyak kritikan, tetapi dengan tekad yang teguh, kita bisa menanggung semuanya. Aksara “ren” (menanggung) terdiri atas aksara “pisau” dan “hati”. Meski hati sudah tertusuk pisau, kita juga harus menanggungnya. Berhubung relawan kita bisa menanggung, maka lebih dari seribu keluarga dapat tinggal di sana dengan nyaman.

 

Saat upacara peresmian diadakan, saya pergi ke sana. Warga yang pindah dari pegunungan ke dataran rendah membutuhkan sandaran spiritual. Karena itu, sesuai keyakinan mereka, kita mendirikan dua gereja bagi mereka. Saat gereja diresmikan, saya memberikan ceramah di depan salib.

Janganlah kita melupakan tahun itu. Yang terpenting, melihat mereka hidup tenang dan sejahtera, saya dipenuhi sukacita. Untuk mempertahankan budaya mereka, kita juga mendirikan sanggar kerajinan tangan bagi mereka. Para ahli kerajinan tangan tradisional diundang untuk mengajar di sana. Kini warga bisa mengolah barang daur ulang menjadi kerajinan tangan yang indah dan dijual kepada pengunjung. Saya merasa sangat terhibur.

Apa pun yang kita lakukan, kita tidak memiliki pamrih. Namun, setelah bersumbangsih, kita dipenuhi sukacita setiap hari. Mengenang masa lalu, meski perjalanan kita penuh kesulitan, tetapi berkat sumbangsih kita, warga bisa hidup tenteram. Kini penghuni di sana sudah memiliki generasi kedua, bahkan ketiga. Meski sudah menjadi kakek atau nenek, mereka tetap bekerja di sana. Melihat mereka hidup tenang dan sejahtera, kita dipenuhi sukacita dalam Dharma. Kita berusaha mencari cara untuk menstabilkan kehidupan para korban bencana.

 

Mereka sudah bisa menjaga kelangsungan hidup sendiri. Untuk itu, saya sangat bersyukur. Para korban bencana telah pulih dari trauma mereka. Kita juga melihat relawan Tzu Chi, Yu-nü, membina hubungan yang erat dengan seorang korban bencana, Xiu-xia. Mereka mengenang tentang Desa Xiaolin yang pernah dilanda bencana. Mereka sungguh mengagumkan. Setelah 10 tahun berlalu, Xiu-xia dan Yu-nü telah menjadi teman baik.

Manusia memiliki cinta kasih berkesadaran. Buddha mengajari kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan tak menyimpang dari arah yang benar. Kita harus menjaga kejernihan pikiran. Jadi, janganlah kita melupakan tahun itu. Dengan berbagi pengalaman, kita bisa mengenang sejarah dan melihat jalan yang telah kita tapaki. Kita harus terus menapaki jalan ini agar bisa menjalankan misi dengan baik di seluruh dunia. Kita dapat menelusuri jalan kebenaran dengan mengenang sejarah kita.


Hari ini, melihat topan yang perlahan-lahan mendekati Taiwan, saya ingin kembali mengingatkan kalian untuk mengenang sejarah serta mawas diri dan berhati tulus. Kita harus menghormati langit dan mengasihi bumi, baru bisa menghimpun berkah. Perlu kita ketahui bahwa semua makhluk datang ke dunia ini akibat karma kolektif.

Untuk hidup berdampingan di dunia ini, kita harus menaati aturan dan Dharma. Tidak menaati aturan dan Dharma berarti melanggar prinsip kebenaran. Jadi, Dharma berisi prinsip kebenaran yang harus kita praktikkan untuk menjangkau masyarakat dan menyucikan hati manusia. Jika setiap orang memahami Dharma dan mempraktikkannya, barulah masyarakat bisa tenteram, harmonis, dan bahagia. Jadi, kita harus menghormati langit dan mengasihi bumi untuk menghimpun berkah.

Menyucikan hati dengan Dharma dan tak menyimpang dari arah yang benar
Mengembangkan cinta kasih berkesadaran di Jalan Bodhisatwa
Mengenang bencana alam yang mendatangkan penderitaan
Menanggung segala kesulitan dan bersumbangsih tanpa pamrih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Agustus 2019
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -