Ceramah Master Cheng Yen: Berpegang pada Sila dan Menjaga Kelestarian Bumi
“Upacara pemandian rupang Buddha tahun ini diadakan dalam skala lebih kecil karena pandemi COVID-19. Meski demikian, yang terpenting ialah ketulusan para partisipan,” kata Jin Rong-gang relawan Tzu Chi.
“Bagi saya, upacara pemandian rupang Buddha tahun ini sangat agung. Saya juga terharu dan dipenuhi sukacita seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Pisachol relawan Tzu Chi.
“Meski kali ini tidak bisa berkumpul dalam upacara pemandian rupang Buddha, tetapi para relawan di Singapura bisa berkumpul dalam jaringan. Kami mendoakan semua orang dengan tulus. Mari kita bersama-sama bertobat dan bervegetaris,” kata Liu Rui-shi Ketua Tzu Chi Singapura.
“Lewat jaringan internet, saya dan lebih dari seratus relawan Tzu Chi memberi penghormatan kepada Buddha dengan khidmat. Saat kami bernyanyi sampai bagian ‘dalam masa penuh bencana diperlukan pembinaan welas asih agung’, hati saya tergugah. Untuk membina welas asih agung, kita perlu bervegetaris. Untuk membina welas asih agung, kita perlu bervegetaris. Kita harus lebih tekun menggalakkan vegetarisme,” kata Zhang Min-guang relawan Tzu Chi Hong Kong.
Kita melihat banyak keluarga di berbagai negara yang mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Meski mengikuti upacara Waisak di rumah, mereka tetap berpakaian rapi. Di setiap rumah dan Kantor Tzu Chi, semua orang menunjukkan rasa hormat pada saya seakan-akan saya berada di hadapan mereka.
Demi memperingati Hari Waisak, insan Tzu Chi Filipina membuat sebuah kruistik. Satu orang membubuhkan satu jarum sulaman. Dengan kerja sama banyak orang, mereka bisa menampilkan ekspresi wajah saya, bahkan urat dan tulang saya yang menunjukkan betapa kurusnya saya. Sulaman mereka juga menampilkan pantulan cahaya pada jubah saya. Melihat apa yang mereka lakukan, bagaimana bisa saya tidak memuji mereka? Saya sangat berpuas diri. Bukankah ini merupakan persembahan bagi saya?
Pada Hari Waisak, insan Tzu Chi di berbagai negara menunjukkan bagaimana Dharma melampaui perbatasan negara, bagaimana cinta kasih Tzu Chi menyebar ke seluruh dunia, dan bagaimana mereka menggenggam saat ini untuk memberi penghormatan tertinggi kepada Buddha.
Yang lebih mengharukan ialah insan Tzu Chi di Haiti. Mereka bergabung dengan Tzu Chi meski beragama Kristen atau Katolik. Seorang pendeta juga menyatakan berguru pada saya. Dia juga merupakan insan Tzu Chi dan mengenakan seragam biru putih. Pada Hari Waisak, relawan di sana melakukan ritual namaskara dan mengikuti pemandian rupang Buddha. Lihatlah, relawan di negara yang jauh dan bukan umat Buddha bisa lebih tulus dari yang lainnya.
Singkat kata, Dharma telah dipraktikkan di dunia. Berhubung dunia Saha ini penuh penderitaan, maka Buddha datang ke dunia ini untuk membabarkan kebenaran.
Tahun ini, orang-orang tidak boleh berkumpul dalam upacara pemandian rupang Buddha.
“Sebelumnya, insan Tzu Chi yang selalu menyiapkan lokasi dan kami bias langsung mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Tahun ini adalah pertama kalinya kami menyiapkan lokasi sendiri. Kami kurang bisa menyiapkan meja pemandian rupang Buddha, tetapi kami ingin orang-orang merasakan keluhuran Buddha. Dengan mempersembahkan bunga kepada Buddha, kami berdoa semoga semua makhluk tenteram dan sehat serta selamat melewati Tiga Bencana Besar dan Kecil,” kata Daw Sandar kepala biara.
Berhubung kita tidak mengadakan upacara pemandian rupang Buddha berskala besar di Myanmar, maka mereka mengadakan upacara pemandian rupang Buddha di biara. Mereka sangat gembira. Bisa menyiapkan lokasi sendiri dan mengikuti pemandian rupang Buddha, mereka sangat gembira. Mereka mempraktikkan Dharma dan memberi persembahan dengan hati yang tulus. Ini sangat menyentuh.
Hal yang menyentuh sangatlah banyak. Kita bisa melihat di Myanmar, dari biara hingga pedesaan, orang-orang mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Bagaimana mereka terhubung dalam jaringan? Dengan ponsel.
“Upacara pemandian rupang Buddha tahun ini sangat istimewa. Kami terhubung dengan Tzu Chi Taiwan dan berdoa bersama lewat jaringan internet. Pandemi ini disebabkan oleh karma buruk manusia. Karena itu, saya mengajak warga dan relawan Tzu Chi untuk berdoa bersama demi menghalau pandemic,” kata U San Thein relawan Tzu Chi.
Insan Tzu Chi di seluruh dunia mengikuti upacara pemandian rupang Buddha secara bersamaan. Saya bersyukur kepada semuanya. Contohnya Ji Hui yang mengikuti pemandian rupang Buddha pada tengah malam. Insan Tzu Chi di Inggris, Prancis, Jerman, dan lain-lain mengikuti upacara Waisak kita secara bersamaan. Jadi, meski terdapat perbedaan waktu, kita bisa mengikuti upacara Waisak secara bersamaan.
Di seluruh dunia, ada lebih dari 520.000 orang di 62 negara dan wilayah yang mengikuti pemandian rupang Buddha pada waktu yang sama. Orang-orang di seluruh dunia menghimpun ketulusan untuk berdoa semoga dunia tenteram dan bencana segera berlalu.
Hari itu, di Vihara Chan Linji Huguo, sekelompok anggota Sangha berkumpul dan dengan agung memimpin orang-orang mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Insan Tzu Chi di seluruh dunia juga memulai pemandian rupang Buddha seiring dimulainya upacara di Griya Jing Si dan persembahan dupa para anggota Sangha. Insan Tzu Chi di seluruh dunia mengikuti upacara pemandian rupang Buddha secara bersamaan. Saya sangat tersentuh. Saya sangat berpuas diri.
Lihatlah relawan kita di Israel, David D’Or. Saat berkunjung ke sini, dia selalu mencukur janggutnya hingga bersih. Dia selalu memelihara janggut karena dia merupakan penyanyi. Meski memelihara janggut, tetapi saat akan menemui saya, dia pasti akan mencukur janggutnya hingga bersih. Dia menunjukkan ketulusannya dengan merapikan penampilannya. Saat mengunjungi saya, insan Tzu Chi juga selalu sangat rapi.
Singkat kata, mereka tidak pernah berubah dan selalu menghormati saya, dari luar hingga dalam. Namun, saya juga berharap kita dapat berdoa semoga dunia tenteram dengan hati tertulus. Menggalakkan vegetarisme dan membangkitkan cinta kasih orang-orang untuk melindungi kehidupan, ini adalah langkah awal. Kita harus terus berusaha agar pandemi kali ini dapat perlahan-lahan mereda hingga akhirnya berlalu. Kita harus mempertahankan tekad kita hingga selamanya.
Saya bersyukur kepada seluruh insan Tzu Chi yang menapaki Jalan Tzu Chi dan berpegang pada sila untuk mengasihi dan melindungi semua makhluk. Kita juga harus bertindak secara nyata untuk melindungi diri sendiri. Janganlah kita menciptakan karma buruk. Dengan demikian, kelak Bumi dan udara akan terbebas dari polusi.
Insan Tzu Chi di seluruh dunia mengikuti pemandian rupang Buddha secara
bersamaan
Cinta kasih Tzu Chi melampaui perbedaan agama dan menyebar ke seluruh
dunia
Menghormati guru dengan hati yang tulus
Senantiasa berpegang pada sila dan menjaga
kelestarian Bumi
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 14 Mei 2020