Ceramah Master Cheng Yen: Berpegang Teguh pada Hati Buddha dan Tekad Guru


“Platform alat bantu pertama kita dibentuk pada tahun 2017 di Hualien dan hingga tahun 2022 ini, kita telah memiliki 26 platform alat bantu. Hingga tahun ini, kita telah mengirimkan 39.996 alat bantu ke seluruh Taiwan yang membawa manfaat bagi 25.305 keluarga. Tiga belas platform alat bantu di wilayah utara Taiwan telah mengirimkan 21.796 alat bantu yang membawa manfaat bagi 13.467 keluarga,”
kata Lin Hou-cheng relawan Tzu Chi.

“Saat bersumbangsih sebagai relawan alat bantu, kami sering menyaksikan ketidakkekalan. Saya merasa bahwa kita hendaknya menggenggam kehidupan yang terbatas untuk melakukan lebih banyak hal yang bermanfaat bagi orang banyak. Saat mengirimkan alat bantu, kami bertemu banyak keluarga pasien yang tidak berdaya. Orang yang jatuh sakit bukan hanya mengalami penderitaan fisik. Adakalanya, suasana hati mereka juga tidak baik, bahkan ada yang ingin mengakhiri hidupnya. Ada pula yang bisa memarahi orang lain. Terkadang keluarga pasien mungkin merasa tidak sanggup merawat mereka sehingga berpikir untuk membawa pasien ke pusat perawatan,” kata Li Xin-kuan relawan Tzu Chi.

“Kami lalu mengajak mereka untuk menonton Da Ai TV dan membaca Majalah Bulanan Tzu Chi yang berisi banyak kisah terkait misi amal, kesehatan, dan pendidikan yang patut dijadikan teladan. Kami berharap mereka dapat memperoleh manfaat meski hanya mengingat beberapa patah kata. Kami berharap dapat membantu mereka menghadapi masalah dalam hidup mereka,” pungkas Li Xin-kuan.

Sesungguhnya, dokumentasi pengalaman yang dibagikan oleh setiap relawan, inilah Kronik Tzu Chi. Semuanya berdasarkan kisah nyata. Jangan puluhan tahun kemudian baru mendokumentasikannya dari apa yang didengar. Kita hendaknya segera mendokumentasikannya saat para relawan kita berbagi pengalaman. Demikianlah hendaknya kita menulis Kitab Sejarah Tzu Chi yang berisi kisah nyata para Bodhisatwa dunia.

Saya sangat terharu melihat sumbangsih tim alat bantu kita. Kita sering melihat para relawan kita membawa alat bantu naik dan turun gunung. Relawan kita mengumpulkan, membersihkan, dan memperbaiki alat bantu hingga seperti baru lagi. Saat ada orang yang membutuhkan alat bantu, relawan kita harus mengerahkan tenaga yang sangat besar untuk mengirimkannya ke rumah mereka. Ini sungguh sangat menyentuh. Terlebih, sangat sulit untuk berbelok di gang-gang dan rumah yang sempit. Namun, kalian telah melakukannya.

Dengan tekad yang teguh, kalian tidak takut bekerja keras. Kalian malah merasa bahagia karenanya. Sungguh, kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi tidak habis untuk diceritakan. Saya sungguh sangat bersyukur.


“Tim di Keelung bersumbangsih bagi wilayah yang luas. Selain tujuh distrik di Keelung, kita juga bersumbangsih bagi wilayah New Taipei City, seperti Ruifang, Shuangxi, Gongliao, Mudan, Fulong, Jinshan, Wanli, Sanzhi, Shimen, dan Pingxi. Semua ini termasuk wilayah pelayanan Platform Alat Bantu Ramah Lingkungan Keelung. Tim di Keelung berawal dari sebutir benih. Awalnya, dia bersumbangsih seorang diri. Dia bahkan menyediakan tempat di rumahnya,”
kata Li Hui-wen relawan Tzu Chi.

“Wen-zan membuka bengkel selama puluhan tahun serta memiliki keterampilan dan pelayanan yang baik. Namun, tanpa berdiskusi dengan istrinya, dia menutup bengkelnya demi bergabung dengan tim alat bantu. Saat itu, karena kita tidak memiliki tempat, dia bahkan menjadikan rumahnya sebagai tempat untuk menaruh alat bantu,” kata Chen Jin-hai relawan Tzu Chi.

“Dalam waktu tiga bulan, saya menutup bengkel yang telah berusia 40-an tahun dan toko yang telah berusia 30-an tahun. Saya belum pernah meminta maaf padanya. Karena itu, saya hendak meminta maaf padanya sekarang. Makin lama saya bersumbangsih, saya makin merasa bahwa ada orang-orang yang sungguh sangat membutuhkan. Karena itu, saya makin sepenuh hati melakukannya. Orang-orang sering berkata, ‘Di Keelung terdapat banyak pegunungan. Kamu berani melakukannya sendirian?’ Saya berkata, ‘Coba saja.’ Jadi, dimulai dari saya seorang, relawan alat bantu lalu berkembang menjadi 17 orang dan sekarang, tim kami memiliki 20-an relawan,” kata Wu Wen-zan relawan Tzu Chi.

“Master sering mengulas tentang cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Jika tidak bisa memberi, kita akan selalu berpikir untuk menghasilkan uang. Jika semua orang enggan memberi, orang-orang yang menderita tidak akan tertolong. Karena itu, saya ‘memberikan’ suami saya. Anak saya sering berkata, ‘Ayah selalu tidak ada di rumah.’ Saya berkata, ‘Jika berada di rumah, ayahmu hanya bisa mengasihi kita berdua. Ini adalah cinta kasih individual. Di luar, ayahmu bisa mengasihi lebih banyak orang. Ini adalah cinta kasih agung,” kata Wang Yu-ping Istri Wu Wen-zan.

“Saat Ayah berkata bahwa Ayah hendak menjadi relawan alat bantu, saya dan Ibu berharap dia tidak melakukannya karena bengkelnya berjalan dengan baik dan bisa menghasilkan uang. Begitulah pemikiran saya dan Ibu saat itu. Namun, melihat Ayah pergi untuk menolong orang lain setiap hari, saya dan Ibu merasa bahwa itu sangat baik,” kata Wu Dong-xin Putra Wu Wen-zan.


Kita mendengar kisah tentang relawan kita yang memulai pelayanan alat bantu di Keelung. Kita mengumpulkan alat bantu dan memperbaikinya hingga terlihat seperti baru. Kita juga mengantarkannya ke rumah orang yang paling membutuhkan. Di Keelung, kita harus mendaki gunung. Saya pernah mengunjungi warga kurang mampu di sana. Dahulu, saya melakukan 2 kali perjalanan dalam setahun untuk melakukan survei ulang.

Saya juga mendaki gunung demi gunung untuk mengunjungi rumah demi rumah. Inilah yang pernah saya lakukan. Jadi, saat kalian berkata bahwa kalian mengantarkan alat bantu ke rumah keluarga yang membutuhkan, yang muncul dalam benak saya ialah pemandangan seperti itu. Kalian juga harus mengangkat alat bantu melewati gang-gang. Meski belum melihat rekaman videonya, saya bisa membayangkannya. Jadi, saya sungguh sangat bersyukur.

Ke mana pun saya pergi, selalu ada sekelompok orang yang berkata, "Master, saya mengasihimu." Jika saya membalikkan badan dan hendak menjawab ucapan mereka, mereka selalu berkata, "Saya akan mengasihi orang yang Master kasihi." Mereka menggantikan saya menjawabnya. Benar, jika mengasihi saya, kasihilah orang yang saya kasihi. Jadi, guru dan murid memiliki kesatuan hati. Ini karena kita berjodoh di kehidupan sekarang.

Jalinan jodoh ini bukan terbentuk di kehidupan sekarang, melainkan kehidupan lampau. Karena itulah, saat melihat saya dan mendengar ucapan saya, kalian bisa menerima dan meyakininya. Kalian meyakini ajaran saya, membangkitkan ikrar, dan melakukan praktik nyata. Kalian memiliki keyakinan, ikrar, dan praktik nyata. Kalian yakin pada saya dan membangkitkan ikrar bersama. Selain itu, kalian juga melakukan praktik nyata dengan kesatuan hati. Saya sungguh bersyukur atas hal ini.


Saya terus berkata bahwa kita harus mengembangkan nilai kehidupan kita. Dengan bersumbangsih, barulah kehidupan kita bernilai. Jika tidak, kehidupan kita tidak akan bernilai. Saat melihat penderitaan di dunia ini, kita harus segera bersumbangsih. Bersumbangsih berarti menciptakan berkah. Kita memperoleh berkah dari sumbangsih kita. Namun, tidak peduli memperoleh berkah atau tidak, kita akan merasa bahwa bersumbangsih membuat kehidupan kita bernilai.

Kita hendaknya sering berbagi pengalaman dengan orang lain. Hal-hal baik hendaknya lebih sering dibagikan. Kita harus menyebarkan kebajikan dan menghindari pembicaraan tentang keburukan. Tidak ada keburukan yang bisa kita bicarakan. Namun, ada kebajikan yang dapat segera kita bagikan dengan orang-orang. Inilah yang disebut menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk.

Di dunia ini terdapat banyak penderitaan dan kehidupan manusia tidaklah kekal. Karena itu, kita harus segera menginspirasi orang-orang untuk mengembangkan nilai kehidupan. Ini sangatlah penting. Jadikanlah hati Buddha sebagai hati sendiri dan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Sesungguhnya, kehidupan kita setara dengan Buddha. Saya dan kalian memiliki ikrar yang sama. Jadi, mari kita tekun dan bersemangat melatih diri serta jangan lengah. 

Menyaksikan jejak cinta kasih Bodhisatwa dan mewariskannya hingga selamanya
Tidak takut bekerja keras dan menganggapnya sebagai kebahagiaan
Menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk
Berpegang teguh pada hati Buddha dan tekad Guru     
                                          
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Desember 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 02 Januari 2023
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -