Ceramah Master Cheng Yen: Berpegang Teguh pada Jalan Kebenaran
Saya sering mengatakan kepada semua orang bahwa kehidupan itu tidak kekal dan dipengaruhi karma buruk kolektif semua makhluk. Kekuatan karma buruk yang begitu besar ini berasal dari perkataan, tindakan, dan pikiran setiap orang. Itulah sebabnya kita harus setiap saat membina diri sendiri untuk membangkitkan niat baik dan mempertahankan setiap niat baik yang ada. Kita juga harus memahami prinsip kebenaran dan bisa membedakan yang benar dan salah.
Pikiran seperti itu menentukan bagaimana kita menjalin jodoh dengan sesama orang baik untuk membina hati yang baik dan berbuat baik bersama. Mari kita segera berbuat baik. Jadi, hendaklah kalian lebih bersungguh hati untuk memahami pikiran seperti ini. Selain itu, kita juga perlu segera menilai pikiran dan perbuatan kita dengan kebijaksanaan. Inilah yang harus terus kita bina dalam waktu panjang.
Himpunan cinta kasih dari setiap orang bagaikan sebuah aliran kebajikan yang tercurah bagi alam semesta dan juga bagaikan awan di hari yang terik. Segumpal awan dapat menutupi terik matahari serta memberikan keteduhan dan kesejukan pada daratan. Begitu pula, ketika tanah kekurangan air, uap air pada segumpal awan dapat mengembun dan menjadi air hujan yang turun membasahi tanah.
Inilah ilmu pengetahuan alam yang sangat mendalam, tidak terlihat, dan tidak dapat disentuh. Namun, ia menyediakan apa yang manusia butuhkan untuk bertahan hidup. Jadi, kita harus memahami prinsip kebenaran dan membangkitkan cinta kasih kita.
Cinta kasih inilah prinsip kebenaran yang paling sempurna. Asalkan memiliki cinta kasih, semua orang dapat berhimpun untuk membentuk energi kebaikan. Contohnya, matahari yang bersinar di langit biru. Sinar matahari bukan hilang, ia hanya tertutup oleh awan. Ketika kadar air di awan terkumpul, jadilah hujan yang membasahi tanah. Inilah yang memungkinkan kita bertahan hidup di alam semesta ini.
Jika pikiran manusia tidak selaras dan diliputi banyak nafsu keinginan, air yang terkumpul tadi dapat berubah menjadi bencana air. Itu seperti kita mengasihi anak kita. Kita bisa mengasihi dan mendidik mereka dengan cinta kasih. Namun, jika kita membela anak berlebihan, itu akan memanjakan anak-anak kita.
Jika kita membanjiri anak dengan cinta semacam itu, tidaklah baik bagi mereka. Hal ini akan membuat anak-anak kita menutup mata terhadap prinsip kebenaran, memupuk ketamakan, menumbuhkan kegelapan batin, dan tidak memahami prinsip kebenaran. Ini adalah konsekuensi dari orang tua yang mengasihi anak-anak secara berlebihan dan tidak bijaksana. Karena itu, orang tua harus mendidik anak mereka sejak kecil.
Saat anak-anak bertumbuh dewasa dan terjun ke masyarakat, mereka pun akan mendapat didikan dari masyarakat. Dengan begitu, karakter mereka dapat terbentuk dengan baik. Jika kita bisa menghimpun tetes-tetes cinta kasih bersama, kita dapat membantu sesama.
Lihatlah, ada seorang anak kecil bernama Bo-qian. Dia menunjukkan tanda terima sumbangannya kepada saya. Saya pun bertanya, "Bagaimana kamu mendapatkan begitu banyak uang?" Lalu, dia menjawab, "Saya menggalangnya dari orang-orang di sekitar saya." Himpunan tetes-tetes donasi ini dapat digunakan untuk membantu para pengungsi, juga dapat membantu menjaga kesehatan warga lewat vaksinasi.
Kemarin, diadakan bazar penggalangan dana di area luar Aula Jing Si kita. kepala RS Tzu Chi, dr. Lin, wakil kepala RS, beserta para staf juga turut hadir di sana untuk berinteraksi dengan para pengunjung. Ada pula kepala Pusat Medis Tzu Chi, Chen Ing-ho, yang berbagi kisah hidup para pasien lewat patung-patung perunggu di sana.
“Pasien ini datang menemui saya pada tahun 1995. Jarang ada pasien yang mengalami kondisi parah seperti itu. Kebanyakan pasien hanya memiliki punuk di punggung mereka. Namun, saat itu tidak ada yang bisa melakukan operasi seperti itu di wilayah lainnya di Taiwan,” kata Chen Ing-ho Kepala Kehormatan Pusat Medis Tzu Chi Hualien.
Itulah kisah di balik patung-patung itu. Salah satunya adalah kisah seorang pasien yang bungkuk hingga dagunya menempel pada lututnya dan tidak bisa berdiri tegak. Karena itu, saya sering berkata bahwa ketika kita mengenang kembali hal-hal yang telah kita lakukan, itu akan menjadi kisah-kisah yang dapat diwariskan dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, Bodhisatwa sekalian, demikianlah kita mengukir kisah baru setiap hari.
Dengan membangkitkan sebersit niat baik dan menggenggam waktu untuk berbuat baik lewat tindakan nyata, waktu seperti itu akan menjadi sebuah keabadian. Jadi, hendaklah kita semua senantiasa bersungguh hati, berpikiran baik, menuturkan kata-kata baik, berbuat baik, dan menapaki jalan yang baik.
Dalam beberapa hari ini, para insan Tzu Chi mengikuti ritual namaskara di Griya Jing Si. Demikianlah mereka melatih diri untuk memusatkan pikiran pada satu jalan tanpa lengah dan tidak keluar dari barisan. Inilah yang disebut tekun dan bersemangat melatih diri bersama di jalan yang sama, yakni Jalan Bodhisatwa.
Semoga gema doa yang tulus dari segenap insan Tzu Chi yang memiliki kesatuan hati dan ikrar dapat menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa. Mari kita meneladan kesadaran Buddha dan meneladan bagaimana Bodhisatwa menunjukkan jalan.
Hendaklah kita mengarah pada tujuan Buddha. Karena itu, kita membutuhkan para Bodhisatwa untuk menunjukkan jalan pada kita. Saat belajar menapaki Jalan Bodhisatwa, yang berjalan di belakang harus mengikuti yang melangkah di depan.
Gumpalan awan memberikan keteduhan dan kesejukan
Menjaga pikiran bajik untuk memupuk keluhuran
Berpegang teguh pada jalan kebenaran dan tekun melatih diri bersama
Tulus berikrar demi menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Maret 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 30 Maret 2022