Ceramah Master Cheng Yen: Berpegang Teguh pada Tekad Awal yang Murni dan Agung


“Hari ini, kami hendak mengajak Master berkunjung ke kantor baru kita di Brisbane, Australia.”

“Saya sangat gembira bisa datang ke sini hari ini, temanku. Hari ini adalah hari besar. Saya bisa merasakan bahwa Anda di sini bersama kami. Meski Anda berada di tempat yang jauh, tetapi saya yakin bahwa Anda selalu bersama kami,” kata Suster Angela (97 tahun).

Saya sangat gembira melihat Suster Angela. Kami sudah lama tidak bertemu. Melihat beliau sehat, saya sungguh sukacita. Saya bersyukur kepada beliau yang selalu ada untuk menyemangati para insan Tzu Chi. Saya merasa sangat tenang dan bersyukur.

“Saya berharap dalam 30 tahun berikutnya, langkah kami makin mantap, jalan kami makin lancar, dan kami dapat melakukan makin banyak hal yang bermanfaat bagi dunia,” kata Song Yi-gang Ketua Tzu Chi Australia.

“Seluruh murid Jing Si Australia berikrar untuk sepenuh hati menjaga tekad, menjalankan ajaran, mengikuti langkah Master, berpegang teguh pada semangat Tzu Chi, mewariskan silsilah Dharma Jing Si, dan menjaga mazhab Tzu Chi.”

Saya sangat sukacita dan tersentuh. Yang lebih penting lagi, saya sangat bersyukur. Saya bisa melihat setiap insan Tzu Chi di Australia menjaga tekad dan menjalankan ajaran, berapa pun usia mereka. Saya juga melihat relawan yang berikrar di hadapan saya lebih dari 30 tahun yang lalu. Selama 30 tahun ini, benih Tzu Chi terus diwariskan dari generasi ke generasi.


“Master, saya adalah Zhao-feng. Lebih dari 30 tahun yang lalu, dengan doa Master, saya membawa benih Tzu Chi ke Australia. Berkat matangnya jalinan jodoh, saya bisa menjangkau RS Mater dan terjun ke tengah masyarakat Australia. Master, selama lebih dari 30 tahun ini, saya tidak pernah absen di Jalan Bodhisatwa Tzu Chi. Kini, saat menginventarisasi kehidupan sendiri, saya sangat gembira dan bersyukur telah bersungguh-sungguh menggenggam setiap jalinan jodoh baik,”
kata Wu Zhao-feng relawan Tzu Chi.

Zhao-feng, Xin-yi, Ya-ying, Relawan Fu, dan Relawan Gan, sungguh, sepanjang perjalanan ini, saya bisa merasakan rasa hormat dan cinta kasih kalian terhadap saya. Saya sangat tersentuh oleh rasa hormat dan cinta kasih kalian. Saya yakin para relawan di Australia juga menghormati dan mengasihi satu sama lain serta mewariskan semangat ini dari generasi ke generasi.

Saya sering mendengar anggota Tzu Ching berbagi tentang bagaimana para relawan Tzu Chi bersumbangsih dahulu. Karena itu, mereka mewarisi misi Tzu Chi dengan penuh rasa syukur. Saya juga melihat mereka dengan tulus membina rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih dalam diri relawan yang lebih muda. Praktik ini telah tersebar ke seluruh dunia. Ini sungguh sangat menyentuh dan mengagumkan.

Australia adalah tempat yang sangat indah. Kini, dengan adanya ladang pelatihan yang cemerlang ini, para relawan di sana bagaikan satu keluarga besar. Para relawan dapat mengajak anggota keluarga mereka ke sana. Baik yang lanjut usia, paruh baya, maupun muda, semuanya bisa diajak ke sana. Itu merupakan rumah kita, rumah para insan Tzu Chi. Kalian yang telah berakar di Australia dapat membabarkan ajaran Buddha di sana serta meneruskan jiwa kebijaksanaan Tzu Chi dan mewariskan kekuatan cinta kasih dari generasi ke generasi.


Kalian harus lebih bersungguh-sungguh menjalankan misi amal di tengah komunitas. Saya juga sering mendengar tentang baksos kesehatan di sana. Saya berharap Empat Misi Tzu Chi dapat dijalankan di sana. Selain misi amal dan kesehatan, kita juga harus menjalankan misi budaya humanis. Budaya humanis ini bukan sekadar keindahan lingkungan. Yang lebih penting ialah keindahan batin. Jadi, kita tulus bersumbangsih tanpa pamrih, bahkan mengucap syukur. Inilah keindahan dan kebajikan yang tulus.

Kita harus bersumbangsih tanpa pamrih dan memiliki hati penuh rasa syukur serta mewariskannya dari generasi ke generasi. Saya bisa melihat para relawan kita berhimpun dengan tertib di ladang pelatihan kita di Australia. Saya juga melihat Suster Angela. Jalinan kasih sayang ini telah terbentuk puluhan tahun. Meski menganut agama yang berbeda, kami sama-sama menjaga tekad dan menjalankan ajaran masing-masing. Semangat dedikasi kami terhadap agama adalah sama. Melihat beliau sehat, saya sangat gembira.

Beliau telah mengenal Tzu Chi lebih dari 30 tahun. Beliau memiliki hati yang tenang. Kita yang melatih diri memiliki hati yang bagaikan air sumur. Meski sumur ini tidak penuh, tetapi airnya terus memancar. Beliau terus mendampingi orang-orang dengan semangat agama dan cinta kasih. Beliau juga bersumbangsih. Sumbangsih ini bagaikan air sumur.

Saya terus berkata bahwa selama puluhan tahun ini, saya tidak bertikai dengan siapa pun, tidak bertikai atas hal apa pun, dan tidak bertikai dengan dunia. Hati saya tenang bagaikan air sumur. Bagi saya, ia tidak bertambah dan tidak berkurang. Namun, hati saya penuh rasa syukur. Rasa syukur dan ketulusan saya bagaikan air sumur. Saya berharap semua orang dapat sepenuh hati bersumbangsih tanpa pamrih dengan hati yang murni tanpa noda.


Saya berharap para insan Tzu Chi dapat melakukannya karena kita memiliki mata air yang terus memancarkan air. Sumbangsih kalian selama puluhan tahun ini sulit dihitung. Kini, kita bisa melihat ladang pelatihan yang begitu cemerlang. Semangat Tzu Chi yang tidak berwujud telah dituangkan ke dalam bangunan yang berwujud ini. Sungguh, semangat ini harus diteruskan hingga masa mendatang. Kita bisa membayangkan bahwa generasi mendatang memiliki semangat yang sama. Ini disebut jiwa kebijaksanaan.

Kita harus bersungguh-sungguh menggenggam setiap detik. Kita harus mengucapkan kata-kata baik yang dapat menginspirasi orang-orang dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia. Selain itu, kita juga harus bersumbangsih. Inilah tekad dan ikrar yang hendaknya kita bangkitkan setiap hari.

Kita bersyukur atas ladang pelatihan yang telah dibangun. Sebelumnya, kita bersumbangsih tanpa pamrih. Kini, semangat tanpa pamrih kita telah menjadi ladang pelatihan yang sangat agung. Saya berharap semua orang dapat menjaga ladang pelatihan ini dengan tulus. Selain itu, niat dan pikiran kita pun tidak boleh berubah. Kita tetap harus bersumbangsih dengan cinta kasih dan menggalang Bodhisatwa di ladang pelatihan ini.

Mari kita menggalang Bodhisatwa dunia dengan tulus agar jiwa kebijaksanaan Tzu Chi dan semangat agama dapat bertahan selamanya. Kita harus mengembangkan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Dalam hidup ini, ajaran yang saya berikan pada murid-murid saya tak lain ialah rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Asalkan kalian mengingat kata-kata ini di dalam hati dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka ini akan menjadi hadiah tertulus saya bagi kalian.    
 
Menjaga tekad, menjalankan ajaran, dan menyebarkan kebajikan
Mewariskan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih
Membawa manfaat bagi semua makhluk dan meneruskan jiwa kebijaksanaan
Berpegang teguh pada tekad awal yang murni dan agung  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 November 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 23 November 2022
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -