Ceramah Master Cheng Yen: Berpegang Tekad dan Menapaki Jalan Kebenaran

“Anda terjatuh karena mengejar saya?”

“Ya.”

“Apakah Anda masih bisa berdiri dan berjalan? Tentu saja tidak masalah.”

“Tidak masalah. Karena hati saya sangat teguh.”

“Oke, apakah Anda sudah bisa bangun?”

“Bisa.”

“Bisa?”

“Bisa. Saya masih bisa berlari.”

Lü Wei dari Afrika Selatan merupakan murid yang sangat saya hargai dan hatinya sangat dekat dengan saya. Meski menderita diabetes, dia enggan beristirahat untuk berbagi tentang Tzu Chi dan menjalankan Tzu Chi. Dia naik mobil bersama relawan lain. Terkadang, dia harus naik mobil selama berhari-hari. Di tengah jalan, dia mungkin tidur di bawah pohon. Dalam perjalanan, dia mengalami banyak ketidaknyamanan, bagai praktisi yang sedang bertapa. Namun, begitu tiba di tempat tujuan, dia kembali bersemangat. Dia juga menari dan bernyanyi seperti relawan lain. Pada saat yang sama, dia juga berbagi Dharma dengan orang-orang.


Suatu hari, saat melakukan kunjungan lintas negara, tasbihnya hilang. Dia terus memikirkan hal ini dan merasa sangat kesal. Dia menderita secara fisik karena penyakit sekaligus secara batin karena sedih. Pada akhir tahun lalu, dia memberi tahu semua orang bahwa dia tidak bisa melewati tahun baru. Saat itu, dia bermimpi bahwa saya mengenakan tasbih padanya. Saat bangun, dia merasa dirinya seakan-akan sembuh dan segera menghubungi relawan lain, “Saya sangat gembira.” “Master mengenakan tasbih pada saya di dalam mimpi.” “Sekarang saya sudah seperti biasanya, kembali bersemangat dan berenergi.” Kemudian, dia kembali menjalankan Tzu Chi bersama relawan lain. Hingga hari dia mengembuskan napas terakhir, dia baru berhenti menjalankan Tzu Chi. Lü Wei telah meninggal dunia. Namun, saya yakin bahwa dia telah kembali ke dunia ini lagi.

Kini juga ada seorang relawan, Getrude Shandu, yang biasanya dipanggil “Nenek”. Dia sudah bertahun-tahun bergabung dengan Tzu Chi. Dia menderita tumor yang sangat besar, tetapi dia bisa berbagi tentang Tzu Chi dengan semua orang yang ditemuinya dan menggalang dana untuk menolong sesama. Tahun lalu, dia tidak bisa kembali ke Taiwan untuk dilantik oleh saya. Relawan Pan berkata bahwa dia telah memenuhi syarat untuk dilantik. Selama bertahun-tahun, dia sepenuh hati menjalankan Tzu Chi. Saya menitipkan kartu komitenya pada relawan Afrika Selatan. Setelah insan Tzu Chi Afrika Selatan pulang, mereka melantiknya dalam sebuah pelatihan.


Dia datang dengan gembira. Namun, dia harus menempuh jarak sejauh 60 kilometer. Dia menempuh perjalanan itu dengan pindah kendaraan beberapa kali. Saat dia turun dari kendaraan dan berjalan, relawan yang melihatnya segera menghampiri dan memapahnya, bahkan ada yang memegang kepalanya agar tetap tegak. Sebelum mencapai lokasi, dia sudah tidak kuat dan harus istirahat sebentar. Kemudian, relawan lain memapahnya ke dalam dan membantunya mengenakan qipao. Dia sangat gembira setelah mengenakannya. Saat Ci Di mewakili saya melantiknya, dia bersiteguh untuk berdiri. Relawan lain memintanya duduk,  tetapi dia menolak. Dia ingin berdiri untuk dilantik.

Saat itu, dia tersenyum. Semua orang menangis melihatnya. Betapa tegarnya dirinya. Saat baru bergabung dengan Tzu Chi, dia pernah berikrar bahwa dia akan menjalankan Tzu Chi hingga napas terakhir. Getrude dan Lü Wei merupakan murid saya yang baik. Sungguh, setelah mengenal Tzu Chi, hari-hari mereka tak terlepas dari Tzu Chi dan hati mereka selalu dekat dengan hati saya. Mereka sering berbagi dengan orang-orang tentang ajaran saya. Mereka sungguh-sungguh melatih diri, tekun, bersemangat, dan mengasihi saya. Mereka berpegang pada tekad mereka dan menapaki Jalan Kebenaran. Menyerap kebenaran ke dalam hati berarti berpegang pada tekad dan menapaki Jalan Kebenaran. Mereka bukan orang yang berada dan sehat. Mereka berdua sangat kekurangan, tetapi dapat menolong banyak orang. Karena itu, kita harus bersungguh hati.


Sutra yang sesungguhnya terdapat di dunia. Buddha mengajarkan metodenya, tetapi sesungguhnya kitalah yang harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Setelah mendengar dan memahami Dharma, kita harus mempraktikkannya secara nyata. Tidak peduli kaya atau miskin, semua orang bisa melakukannya. Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, kita akan memahami bahwa hidup tidak kekal. Kita harus menggenggam kehidupan untuk bersumbangsih bagi masyarakat. Kita harus menggenggam kehidupan untuk bersumbangsih bagi masyarakat. Kini ada banyak insan Tzu Chi di Afrika Selatan yang bersumbangsih seperti mereka berdua. Insan Tzu Chi Afrika Selatan terus membangun ikrar.

Setelah mendengar seruan saya untuk menolong orang-orang di Afrika, mereka membangun tekad dan ikrar untuk menjangkau negara lain di Afrika. Mereka menjangkau negara demi negara. Butuh waktu tiga hari dua malam untuk menjangkau Malawi. Butuh waktu tiga hari dua malam untuk menjangkau Malawi. Di Malawi, mereka tidak mengenal siapa pun. Mereka harus memulai segalanya dari awal, sangat bersusah payah. Relawan kita berbagi Dharma dengan warga setempat hingga mereka paham dan dipenuhi sukacita. Mereka bahkan merekrut relawan baru.


Relawan Pan Ming-shui secara langsung membantu seorang kepala komunitas mengenakan rompi relawan. Demikianlah jejak langkah dan sejarah mereka. Insan Tzu Chi Afrika Selatan berulang kali pergi ke Malawi. Insan Tzu Chi Afrika Selatan berulang kali pergi ke Malawi. Setiap kali pulang ke Afrika Selatan, mereka menggalang pakaian layak pakai Setiap kali pulang ke Afrika Selatan, mereka menggalang pakaian layak pakai ataupun makanan, lalu mengemasnya dengan saksama. Mereka menggalang pakaian dan makanan Mereka menggalang pakaian dan makanan dari warga kurang mampu. Mereka mengumpulkannya sedikit demi sedikit, lalu membawanya ke Malawi. Jadi, orang yang kekuranganlah yang menolong orang yang kekurangan. Ini sungguh tidak mudah.

Ada banyak kisah di Afrika yang tidak habis saya ceritakan. Demikianlah kita mewariskan Dharma. Tidaklah mudah untuk berpegang pada Sutra serta menyalin, membaca, dan mewariskan Sutra.

Berpegang pada tekad dan menapaki Jalan Kebenaran tanpa takut kesulitan
Menghimpun barang bantuan dari warga kurang mampu untuk menolong sesama
Bertekad untuk menjalankan Tzu Chi seumur hidup
Mewariskan Sutra di tengah masyarakat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 Juni 2019

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -