Ceramah Master Cheng Yen: Bersama Menciptakan Berkah untuk Mengurangi Bencana

Bodhisatwa sekalian,  kita akan menyambut Tahun Baru Imlek  dan mengantar hari-hari yang telah lalu. Saya ingin mendorong semua orang untuk sangat berhati-hati dan bersyukur setiap detik; berhati-hati atas tindakan, ucapan, dan pikiran kita. Kita harus berhati-hati dalam bertutur kata.

Tahun ini, saya memberi 2 kalimat kepada semua orang, yaitu "bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan; harmonis tanpa pertikaian, menciptakan berkah bersama". Ya, "bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan", semua orang tahu dengan sangat jelas, tetapi mungkin akan mengabaikan "harmonis tanpa pertikaian, menciptakan berkah bersama". Untuk itu, kita harus lebih bersungguh hati.


Antarsesama manusia harus harmonis dan menghormati satu sama lain serta berhati-hati dalam bertutur kata. Kita harus bertutur kata baik. Ketika terjun ke tengah masyarakat, kita harus bertutur kata baik dan jelas agar bisa membimbing banyak orang untuk berjalan di jalan yang benar. Jadi, jangan sampai ada pertikaian. Di dunia, bencana alam sangat menakutkan, tetapi bencana akibat ulah manusia lebih menakutkan.

Contohnya, peperangan di Suriah. Itu terjadi bukan akibat invasi asing, melainkan konflik internal. Perbedaan tindakan dan pikiran antara satu sama lain memicu terjadinya konfli dan menyebabkan banyak orang yang tak bersalah terluka dan harus mengungsi. Perang ini telah berlangsung selama 7 tahun. Para pengungsi menjalani kehidupan dengan sulit dan tak tahu kapan bisa kembali ke negara mereka. Meski mereka dapat kembali ke negara mereka, rumah mereka juga sudah hancur dan anggota keluarga mereka sudah tidak lengkap.

Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Hu yang mengemban tanggung jawab di Turki. Setiap bulan mereka harus membagikan barang kebutuhan sehari-hari kepada lebih dari 6.000 keluarga pengungsi dan memberi bantuan pendidikan kepada lebih dari 3.000 anak-anak pengungsi. Sekelompok anak itu pernah mengalami peperangan. Relawan Tzu Chi berusaha untuk membantu mereka menghilangkan dendam dan kebencian di hati mereka. Untuk mencegah timbulnya rasa dendam dan benci terhadap orang lain di hati mereka, kita membantu mereka dengan penuh cinta kasih. Berkat bantuan kita, cinta kasih telah tumbuh dalam batin mereka. Sekarang hati mereka sungguh sangat memiliki cinta kasih.


Pada tanggal 6 Februari 2018, terjadi gempa berkekuatan besar di Hualien. Saya sangat bersyukur karena sekelompok anak pengungsi di Suriah telah merasakan cinta kasih yang kita berikan. Mereka menyumbangkan uang yang mereka kumpulkan dalam celengan bambu dan mengajak orang-orang untuk ikut menyumbangkan uang bagi korban bencana gempa di Hualien. Lihatlah, meski masih berusia muda, mereka bertindak dengan cepat untuk membantu orang lain.

Selain itu, 2–3 tahun yang lalu, juga terjadi gempa berkekuatan besar di Tainan. Saya juga mengimbau orang-orang untuk bersumbangsih dengan cinta kasih. Donasi pertama yang kita terima berasal dari sekelompok anak pengungsi itu. Usia mereka masih muda, tetapi cinta kasih yang mereka himpun telah memberi kita kehangatan yang sangat besar. Kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih dalam keseharian. Tadi saat berjalan masuk dari luar, saya merasa sangat tersentuh karena melihat terowongan yang didirikan dengan plastik di depan pintu masuk.

Setiap kali datang ke sini, saya selalu merasakan kehangatan. Saya melihat ke sekeliling sambil menyapa para relawan. Setiap Bodhisatwa senior memegang satu buah celengan bambu. Seperti itulah kekuatan cinta kasih. Ketika kalian menyumbangkan donasi, kalian akan dipenuhi berkah karena setiap donasi berisi cinta kasih. Memiliki cinta kasih adalah berkah terbesar. "Bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan; harmonis tanpa pertikaian, menciptakan berkah bersama." Jika semua orang lebih bersungguh hati dalam memahami dua kalimat ini, tak hanya tubuh kita bisa sehat dan Bumi dapat dilindungi, udara yang tercemar juga dapat dimurnikan, perubahan iklim yang ekstrem dapat diredam. Untuk ini semua, dibutuhkan kesatuan hati, keharmonisan, sikap saling mengasihi, dan gotong royong.


Semua orang harus meningkatkan kewaspadaan dan tahu untuk hidup harmonis serta saling menghormati dan mengasihi. Kita tak hanya menjaga keluarga sendiri saja, tetapi juga menjaga semua orang di dunia. Semua orang di dunia merupakan satu keluarga. Untuk itu, dibutuhkan banyak orang yang bergotong royong untuk menciptakan berkah bersama. Kita harus menjalankan ini. Dengan demikian, perubahan iklim yang ekstrem barulah dapat diredam. Inilah yang harus kita lakukan. Kita tak hanya memiliki kesepahaman dan kesepakatan saja, tetapi harus melakukan tindakan bersama.

“Kami akan mendengarkan perkataan Master dan melakukan yang ingin Master lakukan. Kami akan tekun dan bersemangat dalam mendengar Dharma dan melatih diri serta menjalankan Tzu Chi hingga sangat tua. Kami sangat sehat dan gembira.”

Saya sangat berterima kasih. Melihat setiap orang benar-benar menyerap Dharma ke dalam hati dan jiwa kebijaksanaannya bertumbuh, saya sangat gembira. Semua orang menjalankan Tzu Chi dengan bersungguh hati hingga sangat tua. Sebenarnya, kehidupan semua orang akan abadi selama kita  mempertahankan jiwa kebijaksanaan karena jiwa kebijaksanaan ini akan berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Saya berharap semua orang tekun dan bersemangat setiap hari, setiap saat, dan setiap detik. Saya mendoakan semua orang di tengah ketekunan dan semangat dapat membina berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan.

 

Melenyapkan kebencian dan memupuk welas asih

Menghimpun cinta kasih lewat celengan bambu

Berhati-hati dalam bertutur kata dan bertindak untuk mencegah pertikaian

Bekerja sama dengan harmonis untuk menciptakan berkah


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Januari 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 22 Januari 2019

  

Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -