Ceramah Master Cheng Yen: Bersama Menghimpun Berkah dengan Bervegetaris
“Kami mendorong para penghuni untuk bervegetaris. Mengapa bervegetaris? Agar virus dari hewan tidak masuk ke dalam tubuh,” kata Chong Sui San relawan Tzu Chi Selangor, Malaysia.
“Saat relawan menawarkan apakah bersedia mencoba makanan vegetaris, saya berpikir mengapa tidak,” kata Norasidah warga rumah susun.
“Kami mengunjungi setiap rumah. Bukan saya seorang, ada dua atau tiga relawan. Kami bertanya apakah mereka bersedia mencoba makanan vegetaris. Kebanyakan orang India suka makanan vegetaris. Lelah, tetapi gembira. Saya telah menjalin jodoh dengan mengajaknya bervegetaris,” kata Shanmugavalli Relawan Tzu Chi.
Saat bencana yang menggemparkan dunia terjadi, kita harus sadar dan mengambil hikmahnya. Karena itu, kita terus menggaungkan pola hidup vegetaris. Saya di sini terus menyerukan hal ini dan insan Tzu Chi di seluruh dunia juga terus menggaungkan prinsip kebenaran ini secara terus-menerus. Lihatlah, kita tidak boleh meremehkan tindakan sekecil apa pun dan berpikir, "Apa pengaruhnya bagi umat manusia?" Banyak sekali.
Selama kita memiliki hati yang benar-benar tulus, dengan kesatuan hati kita semua, tetes-tetes kebajikan kecil juga bisa memenuhi wadah yang besar. Contohnya, sebuah guci yang besar. Jika kita meneteskan air sedikit demi sedikit ke dalamnya, lama-kelamaan guci itu juga akan terisi penuh. Jangan mengira kejahatan kecil tidak berpengaruh. Jika diakumulasi dan dihimpun, kejahatan itu suatu saat juga menjadi besar. Karena itu, jangan pula kita menganggap kebajikan kecil tidak berguna untuk dilakukan. Kita harus melakukannya.
Jangan berpikir, "Ini hanya kejahatan kecil, apa pengaruhnya jika saya lakukan?" Pengaruhnya sangat besar. Jadi, kita harus bisa membedakan baik dan buruk dengan jelas. Setiap benih baik dan buruk dibedakan dengan jelas. Kejahatan adalah benih buruk. Kebajikan adalah benih baik.
Setelah benih buruk ditanam, tidak mungkin kita bisa mengganti atau menghapus semuanya hanya dengan menanam benih baik. Jadi, saat buah karma itu matang, kita harus menerimanya dengan sukacita. Saat kita terima dengan sukacita, barulah karma itu terkikis. Sebaliknya, jika kita tidak terima dan terus mengeluh, kita akan menambah akumulasi karma buruk ini selapis demi selapis.
Semakin banyak benih buruk akan tertanam. Ini sangat menakutkan. Inilah buah karma. Asalkan kita menanam karma, buahnya pasti akan kita terima. Jadi, di dalam Sutra Bunga Teratai dikatakan, "Sebagaimana sebabnya, sebagaimana kondisinya, demikianlah buahnya, demikianlah akibatnya." Jika kita menanam sebab karma tertentu, sebab ini menjadi bagaikan benih. Dengan benih ini, kita akan bertemu kondisi tertentu. Saat benih dan kondisi ini bertemu, buah karma pasti berbuah dan matang.
Buruk ataupun baik, buah karma tetap akan matang. Kita harus menerima buah ini dengan sukarela. Jika kita menerima dengan sukarela buah dari perbuatan masa lalu kita, kita akan dapat lebih cepat menyelesaikannya. Karma ini juga akan lebih cepat terkikis. Akibat yang kita rasakan akan lebih ringan. Buah karmanya tetap ada, tetapi akibat atau efeknya lebih ringan.
Saudara sekalian, akibat karma sangat menakutkan. Namun, meski buah karma begitu menakutkan, jika kita tidak melakukan karma itu, buahnya tidak akan ada. Jadi, mengenai karma, jika kita tidak berbuat jahat, tidak akan ada akibat buruk. Jika kita banyak berbuat baik, kita akan menerima banyak akibat baik atau berkah.
Berkah datang dari perbuatan baik. Jadi, noda batin ada di dalam pikiran. Karma terwujud lewat tubuh dan ucapan. Setelah karma tercipta, ia juga akan kembali pada pikiran. Benih karma dalam pikiran ini akan terus berlipat ganda. Menakutkan sekali.
Intinya, noda batin menambah kegelapan batin dan delusi hingga sebanyak butiran pasir. Delusi sama dengan kegelapan batin; kegelapan batin sama dengan noda batin. Saat batin kita tidak dibasahi dengan air Dharma, ia akan penuh debu. Dengan sedikit saja angin berembus atau sesuatu yang lewat, pemandangan akan menjadi buram akibat debu yang beterbangan. Jadi, noda batin sungguh menakutkan. Ia membuat kita tidak berpengetahuan dan tidak sadar sehingga menciptakan banyak karma buruk.
Kekuatan karma sangatlah besar. Pembunuhan adalah karma yang terberat. Lihatlah, sejak lahir hingga sekarang, berapa banyak makhluk hidup yang telah kita makan? Berapa banyak hewan ternak dan unggas yang dibunuh demi memenuhi nafsu makan manusia?
Saya mendengar para relawan belakangan ini terus menyosialisasikan pola hidup vegetaris. Saya sangat bersyukur mendengarnya. Tidak sedikit orang yang berpartisipasi. Saya terus berpikir bagaimana kita meredam penyebaran wabah. Hanya ada satu cara, yakni tulus bervegetaris. Jika setiap orang dapat tulus bervegetaris, hati kita semua akan tersucikan. Dengan demikian, kita dapat melenyapkan bencana besar. Apakah ini tidak mungkin tercapai? Selama setiap orang memiliki tekad, tidak ada yang sulit. Ini mudah jika kita mau mengubah pola pikir. Ini menjadi sulit jika kita tidak mau mengubah pola pikir. Ini karena batin manusia telah ternoda dan tidak dikendalikan dengan baik. Jika kita menunaikan kewajiban kita, berapa banyak yang kita butuhkan untuk hidup?
Untuk bertahan hidup, tubuh kita hanya perlu mendapat cukup makanan yang sesungguhnya tidak banyak. Berapa banyak materi yang perlu kita habiskan? Jika kita dapat sungguh-sungguh menghargai semua barang, sesungguhnya yang kita butuhkan juga tidak banyak. Namun, manusia kurang bertanggung jawab sehingga pikiran mereka menyimpang.
Saudara sekalian, ini karena batin telah tertutup noda. Sejak masa tanpa awal, kita telah mengakumulasi selapis demi selapis ketidaktahuan dan berbagai tabiat buruk sehingga kita menciptakan berbagai karma buruk. Kini kita harus banyak bertobat. Pertobatan bagaikan air yang membersihkan noda. Dharma bagaikan air. Inilah yang terus saya katakan. Jadi, sebagai praktisi buddhis, kita harus senantiasa bertobat dalam keseharian. Bukan hanya tiga kali sehari kita berintrospeksi, melainkan setiap saat kita hendaknya bertobat atas segala karma buruk kita. Untuk itu, kita harus senantiasa bersungguh hati.
Kebajikan dan kejahatan pasti mendatangkan akibat
Buah karma akan terasa lebih ringan jika diterima dengan
sukarela
Senantiasa bertobat atas segala kesalahan
Teguh bervegetaris dan menjaga ketulusan hati
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 23 Maret 2020