Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Bervegetaris dan Berbuat Baik
Ketidakselarasan iklim yang membawa banyak penderitaan bagi manusia berpulang pada karma kolektif semua makhluk. Bumi tempat kita semua tinggal ini perlahan-lahan telah rusak oleh bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Melihatnya, saya sungguh merasa sedih.
Beberapa hari belakangan ini, kita telah melihat pemberitaan media massa tentang merebaknya wabah flu burung. Sekitar empat puluh negara di Asia, Eropa, dan Timur Tengah telah mengeluarkan peringatan. Karena itu, kita terus menyosialisasikan bahwa dalam kehidupan ini, manusia tak harus mengonsumsi daging hewan dan mengembangbiakkan banyak ternak.
Nafsu makan tidak akan pernah terpuaskan bagaikan lubang tanpa dasar. Demi bertahan hidup, banyak orang memulai bisnis dan perdagangan yang menjadikan hewan sebagai barang dagangan. Mereka beternak dan menjual hewan demi memenuhi permintaan akan daging hewan. Namun, begitu wabah penyakit merebak, dilakukan pembunuhan hewan besar-besaran. Bukankah ini menciptakan karma buruk?
Bencana alam, bencana akibat ulah manusia, dan segala ketidakselarasan alam, semuanya bermula dari perbuatan manusia yang terus terakumulasi. Sungguh, melihat semua ini, bukankah kita harus bervegetaris? Sesungguhnya, dengan hidup sederhana, kita dapat hidup sehat lahir batin.
Banyak atlet di berbagai belahan dunia, para ilmuwan, serta tokoh ternama yang kebijaksanaannya di atas rata-rata juga telah bervegetaris dan hidup lebih sederhana. Mengapa kita tak bisa hidup tanpa makan daging? Pola makan manusia masa kini membuat manusia sendiri panik saat terjadi wabah penyakit hewan seperti sekarang. Intinya, manusia dapat hidup sederhana.
Saya juga mendengar suatu hal yang membuat saya tersentuh. Di Indonesia ada seorang pengusaha besar. Beliau sangat mendukung Tzu Chi. Insan Tzu Chi telah beberapa kali menyalurkan bantuan di Serbia, mulai dari awal tahun lalu hingga awal tahun ini. Kita terus mencurahkan perhatian kepada para pengungsi di sana. Belakangan ini, insan Tzu Chi berada di sana selama sepuluh hari. Namun, bayangkan, bagaimana nasib para pengungsi setelah insan Tzu Chi meninggalkan Serbia?
Beruntung, Bapak Anthoni Salim ini muncul. Beliau meminta wakil manajer pabriknya di Serbia untuk melanjutkan misi ini. Selain itu, sekelompok pemuda dari Bosnia yang letaknya berdekatan dengan Serbia juga bersedia turut membantu. Mereka bersedia membantu secara bergiliran untuk terus memberi perhatian bagi pengungsi. Ini membuat saya merasa tenang. Oleh karena itu, berhubung kebetulan Stephen Huang berencana pergi ke Indonesia, maka saya memintanya untuk menyampaikan terima kasih saya kepada Bapak Anthoni Salim.
Bapak Anthoni Salim bukan hanya senang, beliau juga berharap ada lebih banyak kesempatan untuk terus membantu Tzu Chi. Selain itu, beliau juga bersedia membantu Tzu Chi dalam berbagai bidang. Ada satu hal yang membuat saya sangat bersyukur. Ini berkenaan dengan imbauan saya agar orang-orang bervegetaris. Dengan bervegetaris, barulah kita dapat meringankan beban Bumi. Namun, sebagian orang khawatir akan kekurangan gizi karena tubuh kekurangan asupan protein hewani. Ini mereka jadikan sebagai alasan.
Bapak Anthoni Salim berkata bahwa kini telah dikembangkan bubuk dari tanaman duckweed. Di dalamnya ditemukan berbagai nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, termasuk protein dan lainnya. Hasil penelitian itu telah melewati berbagai proses di Amerika Serikat dan secara umum telah dinyatakan aman. Mendengar hal ini, saya sangat gembira.
Produk ini dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tanpa harus membunuh hewan. Ini dapat mengurangi pencemaran Bumi dan mengurangi kadar gas metana. Manfaatnya bagi Bumi begitu banyak, begitu pula bagi manusia. Saya sungguh bersyukur. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menghargai sumber daya alam.
Kita juga melihat kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi dalam mencurahkan perhatian. Tak peduli jauhnya jarak yang harus ditempuh, insan Tzu Chi tetap mengerahkan cinta kasih untuk memberi pendampingan jangka panjang. Contohnya, bagi keluarga ini yang menjadi korban gempa di Tainan tahun lalu. Insan Tzu Chi terus memberi perhatian. Saat rumah mereka rusak akibat gempa, insan Tzu Chi membantu untuk memperbaikinya.
Kita juga membantu mereka memasang alat pengaman untuk menambah keleluasaan. Para relawan sangat penuh perhatian. Saya sangat bersyukur melihatnya. Selain itu, dalam insiden terbakarnya bus yang mengangkut wisatawan dari Liaoning bulan Juli 2016 silam, ada seorang pria yang mencari anggota keluarganya. Saat datang ke Taiwan, pria ini duduk di kursi roda. Insan Tzu Chi berusaha memahami kondisinya, mencoba mengenalnya, dan menghiburnya. Saat pria ini akan pulang ke Tiongkok, relawan di Taiwan menghubungi relawan di Tiongkok untuk terus mendampinginya.
Kini waktu sudah berlalu sekian lama. Dia menghadap ke kamera untuk berbicara kepada para relawan di Taiwan. “Kakak-kakak sekalian, saya merindukan kalian. Jika ada kesempatan suatu hari nanti, saat kalian datang kemari, saya akan menemui kalian. Saya tak ingin lagi pergi ke Taiwan karena tempat itu meninggalkan duka bagi saya. Jangan marah pada saya.”
Insan Tzu Chi setempat terus mendampinginya. Kisah kehidupan seperti ini, bukankah penuh kehangatan? Meski dia pernah menderita, tetapi ada orang yang mendampinginya untuk meringankan penderitaannya dan kemudian berbagi Dharma kepadanya. Para relawan juga mengenalkan celengan bambu padanya agar dia juga bisa berbuat baik. Ini yang disebut meringankan penderitaan, kemudian membabarkan Dharma.
Bervegetaris demi menghindari wabah penyakitMeneruskan estafet cinta kasih bagi para pengungsi
Penemuan makanan vegetaris bernutrisi dapat melindungi alam
Bersama-sama berbuat kebajikan dan saling mendampingi dalam kehangatan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Februari 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Februari 2017