Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Melakukan Kebajikan demi Menyucikan Hati Manusia


Lihatlah berbagai keadaan yang dihadapi oleh orang-orang di dunia ini. Saya sungguh bersyukur karena selalu dipertemukan dengan orang baik. Orang baik selalu merespons apa yang saya serukan. Ketika memikirkan hal ini, saya merasa bersyukur.

Belakangan ini, saya sering mengatakan bahwa jalinan jodoh sulit dibayangkan. Namun, jalinan jodoh bisa mengikat setiap orang. Baik orang awam maupun Bodhisatwa, semua tak lepas dari hukum sebab akibat dan jalinan jodoh masing-masing. Buah yang bagus pasti datang dari sebab yang baik. Sebab musabab yang baik menciptakan jalinan jodoh baik.

Hendaklah kita menghargai kehidupan kita. Kita semua adalah insan Tzu Chi. Kedua tangan kita dapat merangkul semua makhluk yang menderita di dunia. Dunia ini penuh dengan penderitaan. Kita tidak memiliki cukup orang untuk melakukan segala misi Tzu Chi sehingga kekuatan kita masih sangat kecil. Oleh karena itu, saya selalu merasa sedih. Namun, saya merasa bahwa ketika kita semua telah memiliki ikrar dan tekad, cepat atau lambat, saat jalinan jodoh matang, kita akan berada di dunia Tzu Chi yang sama. Bodhisatwa dunia pun akan muncul.


Sutra Makna Tanpa Batas juga berbicara tentang 80 ribu Bodhisatwa yang muncul sekaligus. Ini hanya membutuhkan waktu. Pemikiran Buddha dari 2.500 tahun yang lalu selalu ada di dunia dan alam semesta. Saat ini, ketika jalinan jodoh telah matang, kita harus mempraktikkan ajaran Buddha di dunia. Kita harus mempraktikkannya, bukan hanya membicarakannya. Ketika kita berbicara tanpa praktik, ajaran ini hanya menjadi pengetahuan belaka. Kita semua bisa bertanya tentang ajaran Buddha dan mempelajarinya. Namun, jika hanya bertanya tanpa mulai melangkah atau mempelajarinya tanpa mempraktikkannya, ini sama seperti melempar batu dan menunggu respons.

Saya sering menggunakan peribahasa Tiongkok ini. Janganlah kita hanya diam di suatu tempat tanpa pernah bergerak maju. Berapa banyak pun batu yang kita lempar, pada akhirnya hanya akan menjadi tumpukan batu yang menghalangi jalan. Peribahasa ini mengandung arti bahwa kita melemparkan batu dengan tujuan untuk memastikan apakah jalan di depan cukup kuat dan bisa dilewati. Setelah yakin, kita harus menapakinya, bukan hanya diam dan terus melempar batu. Orang-orang yang melihatnya akan merasa bahwa ini menyenangkan dan mereka juga mulai ikut melempar batu.

Ketika ada sekelompok orang yang melempar batu, tumpukan batu itu malah akan menjadi penghalang jalan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengetahuan dapat menjadi sebuah penghalang. Jika kita hanya mencari ilmu, gelar doktor, gelar pendidikan, atau ketenaran, ini bisa menjadi penghalang besar bagi kita.


Saya ingin memberi tahu kepada semuanya bahwa dalam kehidupan ini, saya tidak pernah memikirkan apa yang saya butuhkan. Setiap hari, saya selalu bersyukur ketika mengenakan jubah yang agung ini. Desain jubah ini berasal dari pakaian dinasti Tang dan Song yang sederhana. Desainnya kemudian disederhanakan kembali hingga menjadi seperti sekarang. Warnanya abu-abu atau hitam. Saya sudah mengenakan pakaian seperti ini selama puluhan tahun. Saya percaya bahwa dalam kehidupan ini, warna yang saya lihat sangat terbatas.

Saat ini, warna yang saya lihat setiap hari hanyalah seragam biru dan putih relawan Tzu Chi atau warna ungu, merah muda, dan kuning di peta dunia yang menunjukkan batas negara. Kata-kata dan warna adalah representasi dari suatu hal. Mereka mewakili suatu ciri sehingga kita dapat membicarakannya. Jadi, kita harus mengerti dengan jelas ciri apa yang mewakili hal-hal tersebut. Meski hanya representasi, kita harus tahu ciri dari suatu hal. Misalnya, kita harus bisa membedakan mana yang baik dan jahat. Namun, ciri kaya dan miskin tidaklah pasti.


Kehidupan ini tidak kekal. Suatu hal dapat dikatakan tidak kekal dan memiliki ciri atau tidak memiliki ciri dan abadi bergantung pada waktu, organisasi, dan orangnya. Namun, hendaklah kita merespons permasalahan dunia. Dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus memiliki kelompok dan cinta kasih. Belakangan ini, saya membuat gerakan ini bukan dengan dua jari, melainkan dengan seluruh jari. Kedua tangan bersatu dan membentuk "kelompok". Orang-orang berkumpul dengan satu hati.

Untuk menyucikan dunia dan hati manusia, kita perlu menghimpun orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Hal ini bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Saat ini, misi pendidikan, misi budaya humanis, dan misi amal telah menebarkan kekuatan cinta kasih untuk membawa energi keharmonisan sehingga semua orang di dunia dapat hidup rukun. Menyucikan hati manusia adalah hal yang paling perlu dilakukan.

Segala hal tidak terlepas dari hukum sebab akibat
Bodhisatwa muncul dan melakukan kebajikan bersama-sama
Mempraktikkan ajaran Buddha dengan menyebarkan cinta kasih
Menyucikan hati manusia demi keharmonisan dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 18 Juli 2022
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -