Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Memberikan Bantuan Tanpa Pamrih
“Saya telah sangat lama bekerja mengikat besi beton, yakni 30-an tahun. Dahulu, saya melakukannya demi menghidupi keluarga dan membesarkan anak. Jadi, saya harus bekerja keras menghasilkan uang. Meski harus bersusah payah, saya tetap bertahan. Menonton ceramah Master di Da Ai TV telah menumbuhkan kebijaksanaan saya dan mengubah kehidupan saya,” kata kata Xu Yang-yu relawan Tzu Chi.
“Master sering mengulas tentang misi amal kita dan memperbaiki kehidupan orang-orang di Nepal. Karena itu, saya merasa bahwa saya harus berhemat. Saya berharap saya dapat bersumbangsih sebagai komisaris kehormatan. Saya selalu memiliki pemikiran seperti ini. Jadi, saya merasa bahwa saya harus terus bekerja dan hidup hemat agar dapat mewujudkan harapan saya,” pungkas Xu Yang-yu relawan Tzu Chi.
Sesungguhnya, saya sangat bersyukur. Mendengar bagaimana mereka bekerja keras dan betapa banyaknya waktu yang dihabiskan untuk mewujudkan harapan mereka, saya sungguh merasa tidak sampai hati.
Setiap orang bersungguh hati dan berpola hidup hemat demi mewujudkan harapan mereka. Namun, saya selalu berkata bahwa kita cukup mengerahkan segenap hati dan tenaga. Jangan memberikan tekanan pada diri sendiri. Yang paling penting ialah ketulusan. Karena itulah, saya sering berkata bahwa semut kecil juga dapat mendaki Gunung Sumeru.
Semut kecil memiliki kekuatan ikrar yang tak terbatas. Meski seekor semut sangat kecil dan kekuatannya pun sangat lemah, tetapi kekuatan ikrarnya tidak terbatas. Karena itu, saya berharap setiap orang dapat memiliki pengetahuan dan pandangan benar. Ini harus kita pahami.
Seekor semut saja bisa mendaki gunung yang tinggi, bukankah kita juga hendaknya berikrar untuk melatih diri hingga memperoleh pencapaian lebih tinggi? Demikianlah hendaknya pemikiran kita. Jangan berpikir, "Kita lihat saja setinggi apa semut itu bisa mendaki." Jika diri sendiri tidak terinspirasi, bagaimana kekuatan ikrar kita bisa terbangkitkan? Apa yang seharusnya kita sebar luaskan? Dharma.
Kita telah mendengar dan melihat bahwa setiap orang mengerahkan segenap hati dan tenaga. Demi pementasan adaptasi Sutra Makna Tanpa Batas, banyak alat yang dibuat untuk ditampilkan di atas panggung. Saat orang-orang melihatnya, mereka akan tahu bahwa kita menyiapkannya dengan sepenuh hati. Saya berharap setiap orang dapat memahami isi Sutra.
Pementasan adaptasi Sutra diiringi musik dan teks agar setiap orang dapat memahaminya. Ini tidaklah mudah. Inilah yang disebut ketulusan. Para relawan kita telah menunjukkan ketulusan mereka mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra. Melihat semua orang berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra dengan kompak, saya hanya memiliki satu harapan. Tentu saja, saya sangat tersentuh. Selain itu, saya juga berharap setiap orang dapat menyerap Dharma ke dalam hati dan mempertahankannya hingga selamanya.
Setiap orang hendaknya memahami kebenaran dan memiliki arah tujuan hidup yang benar. Buddha datang ke dunia demi membimbing semua makhluk dan mengajarkan praktik Bodhisatwa. Inilah tujuan mulia Buddha datang ke dunia. Umat Buddha yang taat hendaklah taat pada ajaran Buddha. Apa yang diajarkan oleh Buddha? Praktik Bodhisatwa.
Bodhisatwa harus terjun ke tengah masyarakat untuk hidup berdampingan dan berinteraksi dengan orang-orang dengan hati yang lapang dan pikiran yang bebas dari noda dan kegelapan batin, yaitu pikiran yang murni. Kita hendaknya senantiasa menjaga kemurnian pikiran dan melapangkan hati kita. Inilah yang diajarkan oleh Sutra Makna Tanpa Batas pada kita.
Jika seseorang dapat berhati lapang dan berpikiran murni, berarti dia telah bertransformasi dari tataran awam ke tataran kesucian. Inilah permulaan jejak langkah kita. Sutra Makna Tanpa Batas terus membimbing kita untuk menolong sesama. Tanpa memandang kaya dan miskin, berkapasitas tajam dan tumpul, kita menggunakan berbagai cara untuk menolong orang-orang.
Kita membimbing orang kaya untuk melapangkan hati dan bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Namun, ada sebagian orang kaya yang miskin secara batin. Mereka sangat kaya, tetapi saat diminta untuk mendonasikan sedikit uang guna menolong sesama, mereka tidak bersedia. Berhubung mereka sangat kaya, jika mendonasikan banyak uang, mereka tidak rela; jika mendonasikan sedikit uang, mereka merasa malu. Jadi, mereka menutup mata dan telinga, bahkan enggan bertanya tentang orang yang menderita. Demikianlah orang yang acuh tak acuh di dunia ini.
Namun, selain orang-orang seperti ini, juga ada sekelompok Bodhisatwa yang menggunakan kebijaksanaan mereka untuk membantu orang-orang tersebut melihat penderitaan dan perlahan-lahan memahami ketidakkekalan hidup.
Beberapa hari ini, saya mendengar laporan dari relawan kita di Thailand Utara, Nepal, dan Polandia lewat telekonferensi. Demi menolong para pengungsi Ukraina, Shu-er berada di Poznan, Polandia. Kita terus berkomunikasi dengan relawan di Polandia untuk mendiskusikan bantuan bagi para pengungsi, terlebih di musim dingin ini.
Masyarakat yang damai adalah berkah. Jika sebuah negara tidak damai, warganya akan mengalami penderitaan tak terkira. Kehidupan manusia memang penuh ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan. Bagaimanapun kehidupan seseorang, akhirnya tetaplah derita dan kosong. Jadi, kehidupan manusia penuh dengan penderitaan.
Dengan berhimpun membentuk "kumpulan", wawasan kita akan menjadi lebih luas. Ajaran Buddha membahas tentang Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan dan Bermata Seribu. Satu orang tidak bisa memiliki seribu mata. Namun, orang-orang bisa berhimpun, termasuk Anda, dia, dan saya. Saat lima ratus orang berhimpun, mereka akan memiliki seribu mata, bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara Bermata Seribu. Jadi, dibutuhkan banyak orang untuk berhimpun dengan kekuatan cinta kasih agar bisa melihat penderitaan semua makhluk dan bersama-sama menolong mereka. Demikianlah kita mengembangkan nilai kehidupan.
Dalam perjalanan saya kali ini, saya terus mengingatkan orang-orang bahwa kita harus senantiasa menginventarisasi nilai kehidupan diri sendiri. Kalian semua sudah sangat senior. Saya tahu bahwa sejak bergabung dengan Tzu Chi, demi melakukan survei kasus, kalian rela mendaki gunung, mengarungi sungai, dan menempuh perjalanan jauh tanpa takut bekerja keras. Saya mengakui cinta kasih kalian. Pikirkanlah, berapa banyak kasus yang telah kalian tangani? Berapa banyak orang yang telah kalian bantu saat mereka mengalami kesulitan?
Saya sering berkata pada orang-orang bahwa kita bersumbangsih tanpa pamrih. Kita tidak perlu menghitung berapa banyak pahala yang telah kita ciptakan. Demikianlah kita menciptakan pahala yang tak terhingga.
Menjalankan ikrar agung dengan tulus dan sekuat tenaga
Pasukan semut mendaki Gunung Sumeru
Menyebarkan Dharma dengan mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra
Bersama-sama menolong orang yang menderita tanpa pamrih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Januari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 16 Januari 2023