Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Mempraktikkan Cinta Kasih Universal

Mendengar kalian berbagi tentang bagaimana setiap kelompok memikul tanggung jawab masing-masing, saya tersentuh dari lubuk hati saya. Insan Tzu Chi sangat kompak dan bekerja sama dengan harmonis. Para Bodhisatwa dunia bukan bersumbangsih atas nama sendiri, melainkan atas nama Tzu Chi. Kalian semua telah melakukannya. Saya sangat tersentuh dan bersyukur.

Saya juga mendengar bagaimana kalian mencurahkan perhatian bagi saudara se-Dharma. Sungguh, belakangan ini, perasaan saya berkecamuk. Mendengar bahwa insan Tzu Chi memperlakukan sesama bagai satu keluarga, saya tentu merasa sangat terhibur. Melihat keakraban insan Tzu Chi yang bagaikan keluarga besar, saya merasa terhibur dari lubuk hati saya. Kita harus menjaga keluarga besar ini.

Seluruh anggota keluarga harus bersatu hati. Saya sungguh tidak bisa mendeskripsikan keindahan keluarga besar ini. Sungguh sangat indah. Namun, yang membuat saya merasa berat hati adalah seiring berlalunya waktu, semua orang menua.

Selama beberapa tahun ini, saya melihat banyak anggota komite dan Tzu Cheng senior yang sudah lanjut usia. Di wilayah utara dan tengah Taiwan, ada beberapa relawan senior yang telah bergabung dengan Tzu Chi selama 30 tahun lebih, bahkan 40 tahun lebih. Pikirkanlah, jika mereka bergabung pada usia paruh baya, maka sekarang, mereka sudah lanjut usia. Contohnya saya. Lima puluh dua tahun yang lalu, saya masih sangat muda. Saya juga pernah muda.

doc tzu chi

Saat itu, usia saya belum mencapai 30 tahun. Usia kita terus bertambah dari tahun ke tahun. Seiring bertambahnya usia, fisik kita akan melemah. Ini merupakan hukum alam. Inilah yang membuat saya merasa berat hati. Hidup manusia sangatlah singkat. Karena itulah, saya sering berkata bahwa kita harus menggenggam setiap waktu.

Sebelum melakukan perjalanan kali ini, saya mengulas bab Praktik Damai dan Sukacita. Tadi, saya juga melihat kalian berbagi pemahaman yang kalian peroleh saat mendengar Dharma. Orang yang mendengar Dharma pasti berbeda dengan orang yang tidak mendengar Dharma. Dengan mendengar Dharma, hati seseorang akan tersucikan. Dengan demikian, saat menghadapi kesulitan dalam bersumbangsih, mereka bisa mengatasinya dengan Dharma yang tidak berkondisi. Mereka tidak melekat pada memperoleh dan kehilangan karena segala sesuatu bagaikan mimpi atau ilusi. Seperti inilah hidup manusia. Karena itulah, bab Praktik Damai dan Sukacita mengajari kita untuk menjadi Bodhisatwa dunia.

Jika kalian mengikuti bab ini dari awal, kalian akan tahu bahwa saat kita akan terjun ke tengah masyarakat, kita akan menghadapi banyak rintangan. Kita harus berusaha menghindari semua itu. Kita bersyukur kepada Bodhisatwa Manjusri. Bodhisatwa Manjusri mendengar Buddha berkata bahwa untuk terjun ke tengah masyarakat guna membabarkan Dharma dan bertindak secara nyata untuk menyelamatkan semua makhluk, kesulitan yang akan dihadapi sangatlah banyak. Bodhisatwa Manjusri lalu berkata kepada Buddha, “Berhubung melakukan praktik Bodhisatwa harus menghadapi banyak kesulitan, bisakah Buddha memberi tahu kami bagaimana cara menghindari kesulitan agar bisa melakukan praktik Bodhisatwa dengan penuh sukacita?” Karena itu, Buddha memberi tahu kita bahwa untuk melakukan praktik Bodhisatwa, kita harus membangun tekad.

Jika tekad pelatihan kita belum teguh dan pelatihan diri kita belum cukup, maka kita harus menghindari orang-orang dari profesi dan organisasi tertentu serta menghindari profesi tertentu. Kita juga harus memiliki istana welas asih. Kita harus memenuhi hati kita dengan welas asih agung yang tidak tega melihat semua makhluk menderita.

doc tzu chi

Selain istana welas asih, kita juga harus memiliki jubah kelembutan dan kesabaran. Tanpa kemurahan hati dan keberanian agung, bagaimana kita bisa terjun ke tengah masyarakat? Di negara semakmur apa pun, pasti terdapat orang-orang yang menderita karena hidup kekurangan dan jatuh sakit. Kita selalu menolong orang yang membutuhkan.

Insan Tzu Chi menjangkau berbagai tempat untuk menolong orang yang membutuhkan. Meski harus melintasi gunung dan lembah, relawan kita tetap bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Contohnya sebuah desa kecil di Myanmar.

Setelah menyalurkan bantuan bencana di Myanmar, relawan kita juga berbagi tentang kisah celengan bambu. Warga setempat bersedia turut berpartisipasi, tetapi mereka sangat kekurangan sehingga tidak bisa bersumbangsih dengan uang. Karena itu, setiap kali akan memasak, mereka menyisihkan segenggam beras. Dalam sebulan, beras yang terkumpul dalam penuangan celengan beras melebihi 500 kilogram. Setiap bulan, dengan beras lebih dari 500 kilogram itu, mereka bisa menolong lebih dari 20 keluarga. Ini memiliki konsep yang sama dengan celengan bambu. Jika satu donatur bisa menyisihkan 3,3 dolar NT per hari, maka sebulan akan terkumpul 100 dolar NT. Dengan donasi 3,3 dolar NT per hari, dana yang terkumpul bisa digunakan untuk membantu pembangunan sekolah, menolong orang yang kekurangan, jatuh sakit, dan sebagainya.

Kita juga menyalurkan bantuan bencana internasional. Keluarga yang berbuat baik akan dipenuhi berkah dan di negara yang menciptakan berkah, bencana akan berkurang. Jadi, kita harus menghimpun kekuatan cinta kasih untuk berbuat baik tanpa membeda-bedakan negara.

doc tzu chi

Kelebihan Tzu Chi adalah menggunakan semua dana pada tempatnya dan setiap relawan bersumbangsih dengan sukarela. Jika para relawan kita menerima upah untuk hal-hal yang mereka lakukan, maka donasi yang terkumpul pasti tidak cukup untuk upah mereka. Semua pencapaian Tzu Chi berkat sumbangsih para relawan yang penuh cinta kasih. Jadi, semua dana digunakan pada tempatnya.

Singkat kata, saya berharap setiap orang dapat menggenggam waktu untuk bersama-sama mendengar Dharma dan memahami kebenaran di dunia ini. Ajaran Buddha terkandung dalam segala sesuatu di dunia ini. Memisahkan ajaran Buddha dari dunia ini sama seperti mencari bulu pada tempurung kura-kura atau mencari tanduk di kepala kelinci, itu adalah hal yang mustahil. Jadi, kita hanya bisa mempraktikkan Dharma di tengah masyarakat.

Jika kita melepaskan diri dari masyarakat, kita tidak akan bisa mempraktikkan Dharma. Karena itu, saya berharap setiap orang bisa mempraktikkan Dharma di tengah masyarakat, bagai teratai yang tumbuh di kolam berlumpur. Meski dunia ini penuh dengan kekeruhan, tetapi semakin banyak kekeruhan, Bodhisatwa dunia semakin dibutuhkan.

Menghargai waktu untuk melindungi dan mengasihi saudara se-Dharma
Menggunakan semua dana pada tempatnya untuk menolong orang yang membutuhkan
Memperlakukan semua orang dengan hati penuh welas asih
Mempraktikkan Dharma di tengah masyarakat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Juli 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 Juli 2017

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -