Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Menciptakan Tanah Suci


“Curahkanlah cinta kasih Anda dengan berdonasi. Dengan satu atau sepuluh dolar NT, Anda dapat menolong pengungsi Ukraina,”
kata Yang Wei-yuan relawan Tzu Chi.

“Baiklah,” kata salah seorang pembeli.

“Silakan masukkan donasi Anda ke dalam celengan ini. Terima kasih atas cinta kasihmu. Semoga Anda dipenuhi berkah dan ketenteraman. Dengan berbuat baik dengan sukacita, Anda dapat memupuk pahala. Baik satu maupun sepuluh dolar NT, itu merupakan wujud cinta kasih Anda. Terima kasih. Semoga Anda sekeluarga dipenuhi berkah,” pungkas Yang Wei-yuan relawan Tzu Chi.

Lihatlah sepasang suami istri ini yang mengajak para pelanggan mereka untuk berdonasi ke dalam celengan bambu. Inilah semangat celengan bambu Tzu Chi yang telah membantu orang yang membutuhkan. Saat Tzu Chi didirikan, saya mengimbau orang-orang untuk menyisihkan 50 sen setiap hari sehingga himpunan tetes-tetes donasi itu dapat digunakan untuk membantu yang membutuhkan.

Seiring berjalannya waktu, Tzu Chi telah berdiri lebih dari setengah abad, tepatnya 56 tahun. Waktu berlalu detik demi detik. Saat itu, kita menyisihkan 50 sen setiap hari dan semangat ini masih dipraktikkan hingga sekarang. Para donatur kita berinteraksi dan terus mengakumulasi tetes-tetes cinta kasih.

Saya sering berkata bahwa tetes-tetes cinta kasih yang terhimpun dapat mewujudkan dunia yang harmonis. Semua orang pun akan saling mengucap syukur di mana pun mereka berada. Orang yang mengucap syukur menunjukkan keharmonisan dan bersuara lembut.


Sikap bersyukur satu sama lain merupakan benih keharmonisan dalam masyarakat. Saat kita bersumbangsih dengan penuh rasa syukur tanpa pamrih, itulah dunia yang terindah. Namun, kita juga tahu bahwa perang Rusia dan Ukraina menimbulkan gelombang pengungsi yang melarikan diri ke negara lain dengan berjalan kaki demi menyelamatkan diri, termasuk kaum lansia dan anak-anak. Mereka sungguh sangat menderita.

Banyak warga Ukraina telah melarikan diri ke Moldova yang juga merupakan negara miskin. Namun, berlandaskan cinta kasih, Moldova telah menerima ratusan ribu pengungsi. Berhubung cuaca di sana sangat dingin, mereka juga menyediakan makanan hangat bagi para pengungsi. Ini sungguh membutuhkan kerja keras. Namun, mereka rela bersumbangsih. Itu sungguh sangat menyentuh hati.

Penderitaan para pengungsi sungguh tak terkira. Saat kita memandang ke seluruh dunia untuk melihat orang-orang yang menderita, kita pun menyadari bahwa kita dipenuhi berkah. Jadi, setiap hari, hendaklah kita sungguh-sungguh membangkitkan cinta kasih yang tulus dan senantiasa bermawas diri.

Mari kita berdoa dengan tulus semoga dunia aman dan tenteram. Mari kita menerapkan pola makan vegetaris untuk menunjukkan ketulusan kita. Tanpa bervegetaris, kita tidak dapat menunjukkan ketulusan kita. Hanya dengan bervegetarislah, kita dapat menunjukkan ketulusan cinta kasih kita. Dengan bervegetaris, kita tidak akan mengonsumsi daging hewan lagi.


Ketika kita semua tidak mengonsumsi daging hewan, berarti kita telah membebaskan hewan. Dengan begitu, hewan-hewan pun dapat hidup dengan bebas dan alami. Kita dapat hidup bebas, tenteram, dan bahagia. Bagaimana dengan hewan? Jika setiap orang tamak akan cita rasa daging, apakah hewan-hewan bisa hidup aman dan tenteram?

Hewan disembelih untuk dimakan setiap saat. Apa yang mereka rasakan sama dengan para pengungsi. Apakah mereka bisa lolos dari kematian? Apakah mereka bisa terhindar dari penyembelihan hari ini? Mereka sangat cemas seperti para pengungsi. Melihat kondisi para pengungsi, kita bisa membayangkan kondisi hewan-hewan yang diternakkan, lalu disembelih.

Kita hendaknya berempati terhadap hewan. Mari kita ciptakan dunia yang tenteram dan bahagia tanpa suara tangisan hewan yang memilukan dan pergolakan masyarakat. Untuk menciptakan dunia yang tenteram dan bahagia, kita harus membina ketulusan. Jika kita mengasihi dan melindungi semua makhluk, tentu semua makhluk bisa hidup aman dan tenteram.

Manusia termasuk makhluk hidup, hewan juga termasuk makhluk hidup. Semua makhluk yang bernyawa, baik manusia maupun hewan, merupakan makhluk hidup. Ketika manusia mengasihi semua kehidupan, hewan-hewan pun bisa hidup aman dan tenteram. Jadi, Bodhisatwa sekalian, mari kita memupuk cinta kasih yang tulus. Jika kita bisa mewujudkannya, dunia akan aman dan tenteram serta lingkungan hidup pun akan harmonis.


Bodhisatwa sekalian, sepertinya saya membahas ini setiap hari. Namun, apakah semua orang bisa mewujudkannya? Setelah mendengar ajaran saya, sudahkah kalian menyerapnya ke dalam hati? Jika sudah, apakah kalian telah mempraktikkannya? Mari kita bertanya pada diri sendiri dan menginventarisasi kehidupan masing-masing. Sesungguhnya, apa yang kita pikirkan dan lakukan?

Dengan sering menginventarisasi kehidupan sendiri, barulah kita dapat melenyapkan kegelapan batin dan kembali pada hakikat sejati yang murni. Hakikat sejati ini adalah hakikat kebuddhaan. Saat semua orang membangkitkan hakikat kebuddhaan dan hati Bodhisatwa, secara alami dunia dapat aman dan tenteram.

Saat manusia dan hewan hidup berdampingan, dunia akan aman dan tenteram. Dunia yang penuh ketenteraman dan kebahagiaan merupakan tanah suci. Intinya, saya hendak berbagi dengan kalian bahwa untuk membebaskan hati dan pikiran, kita harus menuju ke arah kebajikan. Hanya dengan begitulah kita bisa menjalani kehidupan yang benar, bajik, dan indah. Saya bersyukur atas ketulusan hati kalian semua.

Selama beberapa hari ini, para insan Tzu Chi tekun mengikuti ritual namaskara. Mereka semua merupakan Bodhisatwa dunia yang menapaki Jalan Bodhisatwa dengan hati dan pikiran yang murni serta sangat tulus dan tertib. Inilah kehidupan yang sangat indah. Kehidupan yang indah ini terwujud karena semua orang bersatu hati, harmonis, dan saling mengasihi. Inilah kondisi yang terindah.  

Perang yang kejam membawa penderitaan bagi para pengungsi
Sulit bagi hewan untuk menghentikan penyembelihan oleh manusia
Berempati terhadap hewan dan tulus menerapkan pola makan vegetaris
Memiliki hati dan pikiran yang murni dengan mempraktikkan kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Maret 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 24 Maret 2022
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -