Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Menjaga Masa Depan Masyarakat


“Lahan berdirinya Kompleks Tzu Chi Guandu semula adalah sebuah lahan telantar. Relawan dari seluruh Taipei, bahkan Taoyuan dan Hsinchu, juga datang untuk membantu membersihkan lahan telantar tersebut. Saat itu, kami berkelakar bahwa ‘Guandu’ terdengar seperti mengurung orang untuk membimbing mereka. Saya lalu berkata pada Master, ‘Master, di Guandu, semua orang yang masuk ke sini akan dikurung untuk dibimbing.’ Master berkata, ‘Siapa yang mau dikurung? Kalian hendaknya memperhatikan semua makhluk untuk membimbing mereka’,”
kata Ji Jing-yang, relawan Tzu Chi.

“Setelah Kompleks Tzu Chi Guandu didirikan, kita perlahan-lahan menggalang Bodhisatwa dunia. Lihatlah, kini di sini juga ada badan misi budaya humanis. Setiap hari, mereka menyiarkan ajaran Master. Sungguh, bisa berada di sini, kami merasa penuh berkah,” pungkas Ji Jing-yang.

Di Guandu, kita membimbing orang-orang. Kita telah memperoleh banyak pencapaian di atas lahan ini. Sesungguhnya, saat mengenang masa lalu, kita bukan hanya mengenang satu peristiwa dalam sedetik, melainkan berbagai peristiwa sekaligus.

Para insan Tzu Chi selalu mendedikasikan diri dengan cinta kasih. Di Tzu Chi, semua orang bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Dengan cinta kasih yang berlapis-lapis, setiap orang menggenggam setiap detik dan menit untuk bersungguh hati bersumbangsih. Kita harus berbagi tentang Tzu Chi secara mendetail. Semua itu tidak habis untuk dibagikan dalam 100, bahkan 1.000 tahun.

“Kami adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Di lokasi konstruksi tahap kedua stasiun Da Ai TV, kami mengemban banyak tugas yang cukup melelahkan. Selama 6 tahun, kami mengerahkan banyak kebijaksanaan dan kerja keras. Kami telah bekerja keras selama 6 tahun, tetapi yang menjalankan stasiun televisi lebih bekerja keras lagi. Selain itu, lebih tidak mudah lagi untuk menjaga kelangsungan operasionalnya,” kata Wang Ming-de, relawan Tzu Chi.


Kita semua harus bersatu dan bersyukur satu sama lain. Untuk hal yang kita pahami, mari kita melakukannya dengan sungguh-sungguh. Untuk hal yang tidak kita pahami, mari kita bersyukur kepada orang yang melakukannya.

Saya melihat beberapa lembar foto. Pada tahun 1998, di Balai Peringatan Chiang Kai-shek, hari itu adalah malam tahun baru. Malam itu, banyak orang yang hadir di sana dan turun hujan rintik-rintik. Saat saya duduk di sana, berbagai jenis perasaan muncul dalam hati saya. Saya khawatir tiupan angin akan bertambah kencang.

Saya sangat bersyukur saat itu, para anggota Tzu Cheng mengelilingi saya. Saat itu, saya masih merasa heran mengapa begitu banyak orang mengelilingi saya. Belakangan, saya baru tahu bahwa mereka ingin melindungi saya dari tiupan angin. Cinta kasih mereka, sumbangsih tanpa pamrih mereka, dan niat mereka untuk melindungi saya, semuanya berlandaskan ketulusan. Bagaimana saya mengungkapkan rasa syukur saya?

Selain itu, setelah acara berakhir, para relawan kita menumpuk kursi-kursi. Mereka menumpuk puluhan kursi menjadi satu hingga sangat tinggi. Saat itu juga turun hujan rintik-rintik. Tanpa takut basah, mereka tetap menumpuk kursi satu per satu. Bayangkanlah, mereka mengerahkan tenaga dan sangat bersungguh hati. Mereka bersumbangsih dengan sukarela.


Saya yakin bahwa saat itu, setiap orang memiliki kesan masing-masing. Namun, tidak pernah ada satu pun yang mengungkit hal ini. "Master, setelah kalian pergi, kami bekerja hingga larut malam." Tidak pernah ada yang berkeluh kesah. Ini adalah bagian dari kitab sejarah Tzu Chi. Saat itu, tempat itu, dan orang-orang itu. Kapankah itu terjadi? Jika kita dapat mencatatnya, ini akan menjadi sejarah Tzu Chi.

Masa lalu adalah pelajaran bagi kita. Ini adalah pengalaman kita. Kita harus menyimpan pengalaman kita di dalam hati dan memetik pelajaran dari pengalaman kita. Kini, kita harus berusaha untuk memperbaiki lingkungan sekitar kita bagi masa mendatang. Inilah yang disebut kondisi batin. Saat kita menjaga kondisi batin dengan baik, barulah lingkungan sekitar bisa terjaga dengan baik.

“Kami bersyukur kepada Master yang memberi kami ruang yang begitu luas, yakni stupa budaya humanis ini. Kami akan selalu menjaganya dengan waspada,” kata Li Ming-zhong, relawan Tzu Chi.

“Di luar Aula Jing Si, terdapat aliran jernih yang melambangkan sejarah Tzu Chi. Mari kita bersama-sama menulis aliran jernih ini agar dunia Tzu Chi makin indah. Terima kasih,” kata Guo Rong-xing, relawan Tzu Chi.

Selama ini, Tzu Chi terus menabur benih dengan kekuatan cinta kasih. Seiring waktu, benih-benih Bodhi pun bertumbuh dan akarnya tertanam dalam. Saya sangat bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian yang telah menjaga rumah kita, ladang pelatihan kita. Rumah besar ini adalah milik kita bersama. Ladang pelatihan ini adalah rumah besar kita. Mari kita melakukan pewarisan dari generasi ke generasi.


Para relawan senior yang seumur dengan saya telah lanjut usia sekarang. Namun, mereka masih terlihat sangat anggun dan tubuh mereka masih sangat tegak. Hanya saja, saya memberi tahu mereka untuk tidak mewarnai rambut mereka. Mereka menuruti kata-kata saya. Jika dahulu saya tidak menyuruh mereka untuk tidak mewarnai rambut, mereka akan terlihat lebih muda sekarang. Bagaimanapun, relawan lansia sangatlah berharga.

Dahulu, mereka telah banyak bersumbangsih. Karena itu, saya sangat bersyukur pada mereka. Tentu saja, di era sekarang, kaum paruh baya sangatlah penting. Jika Tzu Chi bagaikan sebuah papan catur, agar papan catur ini stabil, kita harus menghormati dan menjaga relawan lansia serta membimbing relawan muda. Relawan paruh baya juga harus menghormati yang lebih tua. Terhadap para relawan senior, kita hendaknya bersikap hormat dan bersyukur. Di masa mendatang, kondisi masyarakat bergantung pada generasi muda. Jika generasi muda tidak dibimbing dengan baik, masyarakat di masa mendatang akan kehilangan harapan.

Pendidikan membawa harapan. Jadi, kita harus melakukan praktik nyata dan menjadikan diri sendiri sebagai teladan. Bagikanlah pengalaman kalian sebagai insan Tzu Chi dengan orang-orang. Apa yang pernah kalian lakukan dahulu dan bagaimana kalian bekerja sama dengan harmonis, semua itu adalah pengalaman kalian. Karena itulah, kita hendaknya terus mengenang dan membagikan pengalaman kita.   

Membentangkan jalan dengan tulus dan terus menaburkan benih
Tekun dan bersemangat melatih diri dengan tekad pelatihan yang tak tergoyahkan
Menjaga masa depan masyarakat dari generasi ke generasi
Mengembangkan nilai baru dalam kehidupan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 24 Februari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 26 Februari 2025
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -