Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Menuju Kebajikan dan Mewariskan Dharma


Selama berada di Taichung beberapa hari ini, saya menerima kejutan yang penuh kehangatan. Saya sungguh dipenuhi sukacita. Saya bisa melihat hasil kerajinan tangan relawan kita yang merupakan wujud doa mereka. Mereka sepenuh hati menciptakan berkah.

Sungguh, insan Tzu Chi memiliki hati yang tulus. Kita hendaklah bertekad dan berikrar untuk menuju arah yang baik. Dengan tekad dan ikrar yang baik, barulah kita bisa menciptakan berkah bagi dunia. Saat semua orang menciptakan berkah bagi dunia, dunia ini akan dipenuhi berkah.

Jadi, kita harus membina cinta kasih dan welas asih di dalam hati, bertutur kata baik, dan mengulurkan kedua tangan untuk berbuat baik. Saat kedua kaki kita melangkah secara bergantian dengan mantap, berarti kita tengah bergerak maju. Demikianlah hendaknya kita menapaki Jalan Bodhisatwa.

Setelah mendengar Dharma, kita harus berbagi dengan orang lain. Ini disebut mewariskan Dharma. Dalam interaksi antarmanusia, terdapat banyak prinsip kebenaran yang tidak habis untuk diulas. Terlebih, untuk menyadarkan diri sendiri, kita harus mempelajari Dharma karena hanya dengan demikianlah kita dapat memahami kebenaran sejati.

Tujuan mulia Buddha datang ke dunia ini ialah membimbing kita, para makhluk awam yang tersesat. Sebelum kita mempelajari Dharma, yang ada dalam pikiran kita hanyalah keluarga kita. Kita selalu berperilaku baik dan sangat menjaga keluarga kita. Kini, setelah mempelajari Dharma, kita bukan hanya menjaga keluarga sendiri, melainkan menjaga orang banyak.


Kita mempraktikkan kebajikan demi membawa manfaat bagi orang banyak. Kita bukan hanya berjuang demi keluarga masing-masing, tetapi juga bersatu untuk berjuang demi semua orang di seluruh dunia. Bagaimana agar kita bisa bersatu? Kita harus memiliki kesatuan hati.

Aksara Mandarin "bersatu" terdiri atas aksara "manusia", "satu", dan "mulut". Saya berharap kalian semua dapat memiliki kesatuan hati, yaitu hati Bodhisatwa. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian. Kalian harus menjaga rumah bersama insan Tzu Chi ini dengan baik.

Semua orang hendaklah bekerja sama dengan harmonis, baik dalam perbuatan, ucapan, maupun pikiran. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Baik. Semoga kalian bisa mempertahankannya hingga selamanya. Saya mendoakan semoga kalian dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dengan sepenuh hati dan pikiran. Terima kasih. Saya mendoakan kalian.

Halo, Bodhisatwa sekalian. (Halo, Master) Apakah kalian semua aman dan tenteram? (Ya) Baik. Jika kalian semua aman dan tenteram, saya juga akan merasa tenang dan bersyukur.

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tahun demi tahun terus berlalu dengan cepat tanpa kita sadari. Saya merasa seakan-akan kunjungan saya sebelum ini belum lama berlalu, tetapi sesungguhnya, sudah hampir setahun berlalu.


Sejak masuk ke sini, saya merasa agak asing dengan lingkungan sekitar karena semuanya terlihat sangat rapi dan bersih. Saat berada di sini, hati saya terasa lega dan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Sukacita hanya bersifat sementara. Rasa sukacita saat melihat sesuatu akan berlalu dalam sekejap. Ini karena kita tidak memahaminya secara mendalam, baik itu sebatang rumput maupun sekuntum bunga.

Sesungguhnya, proses pertumbuhan rumput dan bunga tidaklah sederhana. Ia mengandung prinsip kebenaran yang mendalam. Asalkan menenangkan hati untuk memahaminya, kita akan merasakan sukacita yang hening, yaitu sukacita dalam Dharma.

Bodhisatwa sekalian, saya selalu memandang insan Tzu Chi sebagai saudara saya. Saudara apa? Saudara se-Dharma. Saya yakin kalian semua mendengarkan ceramah saya, benar tidak? (Benar) Setiap hari, kalian mengikuti ceramah saya lewat siaran televisi. Sayalah orang dalam siaran televisi tersebut.

Namun, saya yang hari ini bukanlah saya yang kemarin. Kalian mungkin tidak memahami ucapan saya. Intinya, seiring berlalunya hari demi hari, manusia akan menua. Setelah setahun berselang dan kembali bertemu dengan saya, kalian mungkin merasa bahwa saya terlihat lebih tua dari sebelumnya. Demikian pula yang saya rasakan saat melihat kalian. Baru hampir setahun tidak bertemu, uban murid saya sudah makin banyak.


Tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Karena itulah, saya terus berkata bahwa kita harus menggenggam waktu. Saya berharap semua orang dapat menghargai kehidupan masing-masing. Selain itu, kita juga harus bersyukur atas tubuh kita karena berkat adanya tubuh ini, barulah kita dapat berbuat baik. Dengan berbuat baik, berarti kita memupuk pahala. Benih pahala ini akan tersimpan dalam ingatan kita.

Saat mengingat kebaikan yang kita lakukan kemarin, hati kita akan dipenuhi sukacita. Selain itu, kita juga harus bersyukur kepada diri kita yang telah berbuat baik kemarin dan menggenggam waktu yang ada untuk terus berbuat baik.

Masih bisa melihat kalian semua sekarang, saya sangat bersyukur. Kita hendaklah bersyukur satu sama lain. Masih memiliki tubuh yang sehat, kita hendaklah bersyukur. Genggamlah waktu yang ada dan tubuh yang sehat untuk berbuat baik. Perbuatan baik tidak bisa dilakukan seorang diri, melainkan harus dilakukan beramai-ramai. Saat semua orang sehat dan mengasihi satu sama lain, barulah wilayah tempat tinggal kita akan aman dan tenteram.

Hidup tenteram dan sehat adalah berkah. Saya mendoakan kalian semua dengan tulus. Semoga kalian semua aman dan tenteram serta dapat membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Terima kasih.   

Bersyukur atas tubuh yang bisa dimanfaatkan untuk bersumbangsih
Bekerja sama dengan harmonis dan mengasihi satu sama lain
Bersama-sama menuju kebajikan demi memupuk berkah
Menjaga semua orang di seluruh dunia dan mewariskan Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 27 November 2021
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -