Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati dan Bergotong Royong Menapaki Jalan Bodhisatwa
“Kami sungguh dipenuhi berkah. Saya menjadi donatur Tzu Chi. Pada tahun 1988, saya pulang ke Griya Jing Si untuk mengikuti retret 7 hari. Lalu, pada tahun 1989, Sekolah Keperawatan Tzu Chi diresmikan. Dimulai dari saat itu, saya mulai berpartisipasi dalam setiap kegiatan Tzu Chi. Saya sangat bersyukur karena ada kesempatan ini,” tutur Yang Qing-zhong, Relawan Tzu Chi.
“Dahulu, saya, Kakak Yang, dan beberapa kakak lain pergi ke Taipei untuk mengikuti pertemuan relawan. Saat itu belum ada tim Tzu Cheng. Saat itu disebut tim keamanan. Saat kami mengikuti pertemuan relawan, di Taipei sudah ada 4 tim keamanan. Lalu, relawan di Taipei menyarankan kami untuk membentuk sebuah tim di Taoyuan. Sekembalinya ke Taoyuan, kami mulai mengajak orang-orang,” ujar Huang Yi-sheng, Relawan Tzu Chi.
Setelah memiliki tempat pertemuan, anggotanya pun perlahan-lahan bertambah. Lalu, pascagempa di tahun 1999, jumlah relawan bertambah dengan cepat karena orang-orang merasakan bencana datang tanpa bisa diprediksi. Seperti yang Master katakan bahwa Bodhisatwa terus bermunculan.
Kita mendengar kisah para relawan senior yang sudah lebih dari 30 tahun bergabung dengan Tzu Chi. Pada tahun 1980-an, saya datang ke Taoyuan. Di sebuah tempat pertemuan yang kecil, benih demi benih relawan Tzu Chi terus dipupuk. Dimulai saat itulah, mereka terus mengemban misi Tzu Chi.
Saya bahkan pernah memberikan ceramah sambil duduk di atas kursi tumpukan dus. Saat itu, saya masih muda. Itu terjadi sekitar 30 tahun yang lalu. Saat itu, saya masih cekatan, tetapi sekarang sudah tak sanggup lagi. Sekarang saya bahkan sangat bersyukur saat dapat berjalan dengan lurus. Saya bersyukur karena dapat berjalan dengan langkah yang mantap.
Stamina saya sekarang sudah tak seperti dahulu lagi. Karena itu, saya terus mengingatkan kalian untuk menggenggam momen ini dan memanfaatkan setiap detik dengan baik. Dengan memanfaatkan setiap saat dengan baik, maka kita dapat melangkah dengan mantap untuk mencapai kemajuan. Dikatakan bahwa selangkah demi selangkah kita membentangkan jalan untuk melindungi bumi. Ini adalah prinsip yang sama.
Kita membentangkan setiap inci jalan dengan hati penuh cinta kasih. Jika kita tidak membentangkan jalan atau berhenti di tengah jalan, maka akan menyia-nyiakan jalan yang sudah dibentangkan sebelumnya. Saya berharap setiap orang dapat memanfaatkan kehidupan ini dengan baik.
Kita dapat melihat Aula Jing Si Taoyuan. Di sana ada sebuah koridor yang panjang. Sepanjang koridor itu terlihat poster tentang awal mula berdirinya Tzu Chi dan berbagai kegiatan Tzu Chi di Taoyuan. Mereka bekerja sama dengan harmonis. Melihat semua itu, saya sangat terhibur dan memuji mereka. Kita harus menghargai masa lalu dan menghormati masa depan. Kita harus menggenggam waktu dengan baik dan menghargai masa depan.
Kita sudah menyaksikan apa yang sudah dilalui dan mengambil setiap langkah dengan mantap. Tanpa awal mula yang sederhana, mana mungkin sekarang kita ada Aula Jing Si yang besar dan agung ini? Tanpa ada kursi tumpukan dus, mana mungkin sekarang ada panggung sebesar ini? Kita jangan meremehkan dan melupakan awal mula berdirinya Tzu Chi pada puluhan tahun lalu. Tanpa itu semua, kita tak mungkin ada tempat pelatihan seperti hari ini.
Kita harus menghargai tempat pelatihan ini. Sekarang kita sangat giat merekrut relawan baru di komunitas dengan semangat awal mula berdirinya Tzu Chi. Semakin banyak orang, maka kekuatan kita akan semakin besar. Dengan bergotong royong, kita mewujudkan hal besar di dunia.
Lihatlah warga di Desa Heliu. Di tahun 2015, Topan Soudelor memorak-porandakan rumah mereka. Kita sangat berterima kasih kepada wali kota Taoyuan. Beliau sangat giat membantu agar Tzu Chi dapat segera memulai proyek pembangunan. Tahun lalu, kita sudah merampungkan pembangunan rumah di Desa Heliu. Begitu pula dengan pascatopan Morakot pada bulan Agustus 2009.
Topan itu mendatangkan kerusakan parah di wilayah Kaohsiong dan Pingtung. Saat itu, kita juga sangat tersentuh dan berterima kasih karena pemerintah setempat memiliki arah yang benar, keuletan, keberanian, dan kekuatan penuh cinta kasih. Dengan kerja sama yang harmonis dari berbagai pihak, para korban bencana dapat kembali memiliki tempat tinggal dalam waktu yang singkat.
Kita mendirikan Perumahan Cinta Kasih di Shanlin dan Perumahan Cinta Kasih Changjhih di Pingtung. Asalkan setiap relawan dapat bekerja sama dengan kesatuan hati, maka di mana pun membutuhkan bantuan, kita dapat pergi ke sana untuk bersumbangsih. Kita harus membangun tekad luhur dan mengembangkan cinta kasih untuk membantu semua orang yang menderita di dunia ini. Kita harus menjadi orang yang dapat membantu sesama.
Permata Taiwan yang paling berharga adalah kebajikan dan cinta kasih para warganya. Kita harus terus bersumbangsih dengan penuh cinta kasih agar jiwa kebijaksanaan kita dapat bertumbuh. Kita harus mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Kita harus menghimpun kebijaksanaan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Jadi, kita harus memanfaatkan setiap detik dengan baik.
Melihat jiwa kebijaksanaan murid-murid saya bertumbuh, saya sangat bersukacita. Saya sungguh bersukacita. Inilah persembahan terbaik untuk saya. Paham? (Paham) Baik. Saya mendoakan kalian semua. Kalian harus senantiasa harmonis seperti sekarang agar saya tidak khawatir. Semoga kalian dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dengan langkah yang mantap agar jiwa kebijaksanaan dapat bertumbuh. Teruslah tekun dan bersemangat. Semoga kalian dapat lebih bersungguh hati.
Memanfaatkan setiap saat dengan baik
Bersatu hati dan bergotong royong memikul tanggung jawab atas dunia
Membantu pembangunan kembali rumah warga yang rusak akibat gempa
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Januari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 31 Januari 2018