Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati dan Harmonis dalam Menapaki Jalan Agung

Saat saya berangkat dari Dalin, mulai turun hujan deras dan cuaca beranjak dingin. Namun, setiba di Changhuadan memasuki Aula Jing Si, saya merasakan suasana hangat dan ramai, penuh suasana Tahun Baru Imlek.

Saat melewati lorong panjang, saya melihat berbagai mainan semasa kecil, seperti otok-otok, yang jika diputarakan mengeluarkan bunyi. Sebenarnya, mainan itu tidak harus terbuat dari bambu, juga bisa dibuat dari barang daur ulang. Mainan hasil daur ulang itu dibuat dengan teliti dan rapi. Bahkan, mereka dapat membuat kerajinan tangan berbentuk belalang dengan sangat rapi. Beginilah cara kita melestarikan kebudayaan dan kebijaksanaan leluhur.

Saat menyusuri lorong tersebut, saya sangat senang karena penuh suasana Tahun Baru Imlek dan membangkitkan kenangan masa kecil. Di lorong tersebut, saya melihat seorang relawan yang berusia 100 tahun lebih, Cai Kuan. Saya sangat senang melihat semua orang berdiri tegak dalam keadaan sehat. Ini pasti tak lepas dari kondisi lingkungan. Kondisi tanah dan air yang baik di Changhua membuat orang-orang di Changhuadapat sehat lahir dan batin. Saya merasa sangat terharu.

Kita harus mengetahui bahwa di Changhua, ekosistem alami dan kebijaksanaan leluhur masih terjaga. Kita harus menghargai masa lalu. Kita juga harus lebih mensyukuri masa kini karena kita memiliki arah yang benar. Arah yang benar ini ialah menapaki Jalan Bodhisatwa. Menginspirasi orang menjadi Bodhisatwa bukan semata-mata perkataan saya, melainkan perkataan Buddha dalam Sutra Bunga Teratai, yakni mendorong orang-orang untuk memasuki Jalan Bodhisatwa.


Pada masa Buddha, Beliau berharap manusia dapat menapaki Jalan Bodhisatwa. Namun, untuk mewariskan Dharma ini agar semua orang bersama-sama menapaki jalan yang sama tidaklah mudah. Sangat sulit.

Seluruh relawan di Changhua memiliki jalinan jodoh istimewa. Mendengar anggota Tzu Cheng dan komite bersumbangsih dengan satu hati dan harmonis, saya tidak khawatir dan bisa merasa tenang. Namun, kalian harus ingat untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Apabila kita memiliki Dharma dalam hati, maka berbagai kerisauan atau noda batin dapat dilepaskan dan tercuci bersih. Dengan melenyapkan noda batindan melepaskan kegelapan batin,kita dapat menumbuhkan kebijaksanaan.

Kita harus saling mendukung dan melatih diri sendiri. Semua ini membutuhkan usaha sendiri. Untuk bisa berwelas asih dan membawa manfaat bagi orang lain, kita harus terlebih dahulu membawa manfaat bagi diri sendiri dengan melatih diri. Namun, kita tidak dapat melatih diri tanpa orang lain dan masyarakat. Dengan adanya pendampingan relawan lain yang membuka Jalan Bodhisatwa serta makhluk lain yang membutuhkan, barulah kita dapat membentangkan Jalan Bodhisatwa yang rata.

Setelah melihat penderitaan orang lain, barulah kita dapat menyadari berkah. Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Setelah melihat penderitaan orang lain dan menyadari ketidakkekalan, kita harus semakin tekun dan bersemangat. Arah tujuan kita harus tepat.

Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih harus dihimpun berlandaskan berkah dan kebijaksanaan, layaknya untaian pengikat bacang. Belakangan saya sering membahas mengenai untaian bacang. Apa kalian pernah mendengarnya? (Pernah.) Di setiap daerah, saya selalu membahas mengenai semangat Tzu Chi dan Empat Misi Tzu Chi untuk menegakkan mazhab Tzu Chi. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan kebenaran. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Bagaimana kita membentangkan jalan Tzu Chi?

Anggota Tzu Cheng dan komite perlu terjun ke masyarakat untuk menyebarkan Dharma dan menjalankan praktik Bodhisatwa. Saat ada yang membutuhkan, kita langsung berangkat untuk bersumbangsih. Ini adalah welas asih dan kebijaksanaan. Sebagai Bodhisatwa, kita harus mengembangkan berkah dan kebijaksanaan.

“Murid Jing Si di Changhua dengan tulus berikrar untuk menyelami Jalan Agung, memahami Empat Kebenaran Mulia, dan mempraktikkan Enam Paramita; selalu mempertahankan tekad awal dan bersumbangsih dengan cinta kasih berkesadaran; menjaga tekad dan berikrar untuk melatih diri,” kata semua peserta Pemberkahan Akhir Tahun di Fenyuan, Changhua.


“Master, Anda adalah orang terpenting dalam kehidupan kami. Anda adalah pembuka Jalan Bodhisatwa dan pembimbing jiwa kebijaksanaan. Semoga Master sehat selalu. Kami pasti akan mengingat tekad awal ketika dilantik dan mengingat Master di hati dari kehidupan ke kehidupan serta bersungguh-sungguh menyebarkan Dharma dengan hati Buddha dan tekad Guru. Mohon Master jangan khawatir,” pungkasnya.

Saya tidak khawatir dan merasa sangat takjub melihat “Ajaran Jing Si dan Mazhab Tzu Chi” tertulis dengan besar di buku besar ini. Selain itu, ada begitu banyak orang yang bersatu dan berikrar. Tentu saja, saya merasa tenang. Saya harap kalian selalu mengingat ikrar yang kalian buat ketika dilantik. Ikrar ini harus diwariskan dari generasi ke generasi. Dari kehidupan ke kehidupan, kita berdedikasi demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Inilah kesatuan hati dan tekad antara guru dan murid yang harus diwariskan dari kehidupan ke kehidupan.

Jangan lupakan tekad saat ini. Wariskan Dharma yang dalam dan tanpa batas ini. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.

Tzu Chi Changhua menyambut Tahun Baru Imlek
Para leluhur mewariskan banyak budaya dan kebijaksanaan
Bersatu hati dan harmonis dalam menapaki Jalan Agung
Menyadari ketidakkekalan dan mewariskan Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 Januari 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 04 Januari 2020
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -