Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati dengan Cinta Kasih Berkesadaran


“Untuk mengirimkan alat bantu di Keelung, saya harus menjangkau wilayah pegunungan dan pesisir. Di sini terdapat wilayah pegunungan dan pesisir. Jadi, banyak yang terkejut karena saya mengerjakan segalanya. Awalnya, hanya saya yang melakukannya di Keelung. Semua orang berkata bahwa ini pekerjaan yang sulit dan mereka bertanya apakah saya berani. Saya menjawab bahwa saya berani. Jadi, saya memulainya seorang diri dan kini, telah terbentuk tim yang berjumlah tujuh belas orang,”
kata Wu Wen-zan relawan Tzu Chi.

Di dunia ini ada dia, Anda, dan saya. Dari dia, Anda, dan saya, terbentuklah suatu kelompok. Manusia harus hidup berkelompok, baru bisa dipenuhi berkah dan hidup tenteram. Saat sesama manusia saling menjaga dan membantu, barulah keharmonisan akan terlihat di dunia. Inilah nilai kehidupan kita.

“Ini adalah ketiga kalinya alat bantu sampai di Penghu. Selama Penghu membutuhkan alat bantu, mereka akan segera mengirimkannya tanpa ragu-ragu,” kata Chen Pei-lin relawan Tzu Chi Penghu.

“Pengiriman alat bantu ke Penghu kali ini dilakukan dengan kerja sama tiga tim relawan, yaitu Xizhi, Chiayi, dan Tucheng,” kata Xie Guo-rong relawan Tzu Chi.

“Saat Taiwan Utara mengirimkan alat bantu ke Penghu, pasti akan melewati Dermaga Budai, Chiayi. Tentu saja, saat alat bantu melewati tempat ini, kami sebagai relawan Tzu Chi Chiayi akan mengerahkan segala upaya untuk melakukan yang terbaik,” kata Chen Ming-zhou relawan Tzu Chi Chiayi.


Lihatlah tekad, ikrar, dan kekuatan insan Tzu Chi. Mereka melakukannya dengan sangat senang. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih dan beranjali untuk mengucapkan terima kasih. Sungguh indah. Bersumbangsih tanpa pamrih dan beranjali untuk bersyukur ialah hal terindah dalam hidup ini. Setiap kali melihat mereka, saya tersentuh dan sangat bersyukur. Mereka telah mengembangkan nilai kehidupan mereka. Oleh karena itu, belakangan ini, setiap hari saya berulang kali mengulas tentang menginventarisasi nilai kehidupan.

Dalam kehidupan di dunia, kita harus melihat nilai yang diciptakan oleh orang lain serta menghormati dan bersyukur satu sama lain. Saat kehidupan kita bernilai, barulah orang lain akan menghormati dan bersyukur pada kita dengan tulus. Melihat bagaimana relawan kita berinteraksi, saya merasa sangat bersyukur. Sungguh kehidupan yang indah.

Lihatlah, ada beberapa keluarga yang memiliki tempat tidur manual atau elektrik yang pernah digunakan orang tua. Setelah orang tua mereka meninggal, mereka memberi tahu insan Tzu Chi, "Kami memiliki tempat tidur dan kursi roda. Kami harap insan Tzu Chi bisa memanfaatkannya kembali." Kita sangat bersyukur dan segera mengerahkan tim relawan.


Sebagian relawan kita telah berusia 60-an, 70-an, 80-an, bahkan 90-an tahun. Mereka sungguh-sungguh memanfaatkan kehidupan mereka. Mereka tidak ingin menyia-nyiakan kehidupan. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengembangkan nilai kehidupan mereka.

Setelah mengumpulkan tempat tidur, mereka akan merapikan dan memperbaikinya. Jika ada sekrup yang hilang atau longgar, mereka akan melengkapi dan mengencangkannya. Mereka juga akan membersihkannya hingga terlihat seperti baru lagi.

“Saat mengencangkan sekrup, kami sadar bahwa ada sebuah sekrup yang terus mengenai pelat besi. Jadi, saya rasa memasang pipa plastik di sana akan membuatnya lebih kencang. Untuk bagian yang berkarat di tempat tidur, kami akan mengecatnya kembali. Setelah semuanya selesai, orang yang menggunakannya tidak akan merasa bahwa ini barang bekas,” kata Xie Cai-fu relawan Tzu Chi.

“Beberapa panti wreda mengganti peralatannya setiap dua puluh atau tiga puluh tahun sekali. Peralatan mereka pun sudah tua dan manual. Kali ini, kita memiliki kesempatan untuk mengganti tempat tidur mereka. Kita memperpanjang usia barang yang tadinya akan dibuang. Ini adalah hal yang sangat berarti,” kata Xie Guo-rong relawan Tzu Chi.

Beginilah relawan kita membantu orang yang membutuhkan dengan mendaur ulang barang bekas dan meningkatkan nilai kegunaannya. Setelah insan Tzu Chi berikrar menjadi Bodhisatwa, mereka berhimpun untuk memberi manfaat bagi dunia. Sungguh sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata.


Lihatlah, ada juga anggota TIMA. Ketika ada warga lansia yang jatuh sakit dan tidak ada yang merawat mereka, relawan Tzu Chi dan anggota TIMA akan mencurahkan perhatian kepada mereka. Yang lebih mengagumkan ialah ketika para relawan kita, baik yang telah dilantik maupun belum, melihat ada keluarga yang rumahnya sudah lama tidak dibersihkan, mereka akan membersihkannya tanpa takut kotor dan bau. Kesediaan mereka untuk bersumbangsih selalu lebih daripada orang-orang pada umumnya. Disebut apakah para relawan kita? Bodhisatwa.

Bodhisatwa adalah makhluk berkesadaran. Mereka berinisiatif bersumbangsih di tengah masyarakat dan menggalang Bodhisatwa. Hal ini memengaruhi warga komunitas. Ketika mereka melihat relawan kita datang dari jauh untuk merawat tetangga mereka yang sudah lansia meski tidak memiliki hubungan apa pun dengannya, mereka merasa tersentuh. Mereka juga akan tergerak untuk memberi cinta kasih dan mengulurkan tangan. Kekuatan cinta kasih yang terbangkitkan ini dapat membawa manfaat besar bagi komunitas mereka.

Saya sangat bersyukur sesama manusia dapat saling mengimbau, saling menginspirasi, dan saling memotivasi untuk bersumbangsih bagi dunia. Inilah cara kita mengembangkan nilai kehidupan.

Bersatu hati demi mendukung pencapaian bersama
Berinteraksi dengan hangat dan bersumbangsih tanpa pamrih
Terjun ke tengah masyarakat untuk membantu warga lansia sebatang kara
Menggalang cinta kasih berkesadaran dengan hati yang tulus              
                                                                         
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta
Ditayangkan tanggal 07 Juli 2022  
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -