Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati Melawan Pandemi dan Berbuat Baik Bersama
Saya sangat bersyukur. Berkat kemurnian hati dan kesatuan tekad semua orang, barulah Tzu Chi bisa seperti hari ini. Saya merasa bahwa setiap langkah saya tidak menyimpang. Saya telah menggenggam waktu 50 tahun lebih ini untuk menjalankan Empat Misi Tzu Chi guna membawa manfaat bagi seluruh dunia. Saya selalu merasa bahwa dalam hidup ini, saya tidak memiliki nafsu keinginan apa pun. Saya tidak bertikai dengan siapa pun dalam hal apa pun di dunia ini. Demikianlah kehidupan saya selama ini.
Kini hal yang saya khawatirkan ialah pembinaan insan mulia dari generasi ke generasi. Kalian harus memulainya dari sekarang. Membina insan mulia hendaklah dimulai dari usia muda, seperti para mahasiswa. Dampingilah mereka dengan semangat dan filosofi Tzu Chi, seperti kita mendampingi anak-anak sendiri. Kita harus mendampingi dan membimbing mereka ke arah yang benar. Kita harus membina insan mulia seperti ini. Dengan demikian, kita dapat mewariskan semangat dan filosofi Tzu Chi dari generasi ke generasi.
Kini saya hanya mengkhawatirkan bagaimana kita mewariskan semangat Tzu Chi kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia agar Tzu Chi dapat selamanya luar biasa. Kita harus mewujudkan kemurnian dan keluhuran. Ini adalah kewajiban dan tanggung jawab kita.
Orang yang terbebas dari nafsu keinginan secara alami akan memiliki karakter yang luhur. Kita hendaknya membebaskan diri dari nafsu keinginan dan bersumbangsih bagi dunia dengan kesatuan tekad. Karena itu, kita harus menggalang Bodhisatwa. Yang kita inginkan di kehidupan ini ialah membina insan mulia, cinta kasih yang tak terbatas, dan kasih sayang yang tak berujung. Inilah yang harus kita lakukan dengan sungguh-sungguh sekarang.
Bagaimana kita menginspirasi orang-orang? Dengan kekuatan banyak orang, barulah kita dapat bersumbangsih untuk membawa manfaat bagi dunia. Kita harus memiliki kesatuan tekad dan bekerja sama dengan harmonis. Kita harus menjaga tekad dan menjalankan ajaran. Dengan menjaga tekad dan menjalankan ajaran, jalan ini akan menjadi sangat lapang. Belakangan ini, saya terus mengingatkan kalian untuk menjadikannya sebagai moto.
Dokter memiliki tekad sebagai dokter, guru juga memiliki tekad sebagai guru. Jadi, kita harus menjaga tekad kita. Untuk menjadi seorang guru yang baik dan insan mulia yang dapat membimbing masyarakat, janganlah kita melupakan tekad kita. Ini disebut menjaga tekad Guru. Jadi, dengan menjaga tekad dan menjalankan ajaran, jalan ini akan menjadi sangat lapang. Inilah nilai kehidupan.
“Kami tidak mungkin tidak takut. Hanya saja, kami mengerti bahwa virus ini menular lewat percikan pernapasan. Dengan mengenakan alat pelindung diri yang lengkap, kami bisa mengurangi, bahkan mengeliminasi kemungkinan terinfeksi,” kata, Hong Bo-bin, dokter spesialis penyakit menular di RS Tzu Chi Taipei.
“Saat negara dilanda kesulitan, kami maju ke garis depan untuk menunaikan kewajiban kami sebagai dokter. Tidak ada waktu untuk merasa takut. Dengan melakukannya terlebih dahulu, saya bisa menyentuh hati orang-orang sehingga mereka juga akan bekerja keras untuk merawat pasien,” ungkap Su Wen-lin, kepala ruang ICU RS Tzu Chi Taipei.
“Sesungguhnya, tidak meluangkan waktu untuk keluarga, saya merasa bersalah pada mereka. Namun, saya merasa bahwa saat ini, pasien di rumah sakit lebih membutuhkan saya,” ujar Chen Mei-hui, kepala perawat RS Tzu Chi Taipei.
“Jika semua orang menolak untuk membantu, siapa yang akan melawan pandemi ini? Jadi, kami berinisiatif untuk membantu merawat para pasien positif COVID-19. Kami juga bisa melindungi diri sendiri,” tutur Cai Xin-yu, perawat RS Tzu Chi Taipei.
“Saya merasa bahwa semua orang telah siap secara mental dan profesional. Karena itu, dalam membuka bangsal khusus, menerima pasien, bahkan memberi pelayanan di hotel karantina, kami merasa bahwa ini adalah kewajiban kami. Jadi, sama sekali tidak ada kesulitan dalam menggerakkan staf medis. Pandemi di suatu negara adalah tanggung jawab setiap warganya,” papar Chao You-chen, Kepala RS Tzu Chi Taipei RS Tzu Chi Taipei.
Mendedikasikan diri untuk menyelamatkan nyawa pasien, ini juga termasuk menjaga tekad dan menjalankan ajaran. Meski memiliki cita-cita yang berbeda-beda, setiap orang bertujuan untuk membawa manfaat bagi masyarakat.
Pada masa sekolah, semua orang memilih jurusan sesuai cita-cita masing-masing. Setelah menuntaskan pendidikan, mereka pun mendedikasikan diri bagi masyarakat. Saya sering mengulas kedamaian dan ketenangan. Saya terbebas dari noda dan kegelapan batin, tetapi saya mengkhawatirkan seluruh dunia. Noda batin berbeda dengan kekhawatiran. Noda batin berasal dari kegelapan batin dan kemelekatan pada diri sendiri.
Demi keuntungan diri sendiri, mereka bahkan tega merugikan orang lain. Merugikan orang lain demi keuntungan diri sendiri, inilah yang dilakukan oleh makhluk awam. Mereka selalu merasa bahwa diri sendiri benar dan orang lain salah sehingga berbuat sesuka hati mereka. Ini menciptakan karma buruk sehingga terbentuklah karma buruk kolektif.
Karma buruk kolektif orang-orang telah menimbulkan pencemaran dan kerusakan sehingga kini bencana kerap terjadi. Tiada seorang pun yang dapat menghentikannya.
Saya sangat berharap setiap orang dapat bervegetaris. Sungguh, kita harus bervegetaris, menyelamatkan Bumi, dan berbuat baik. Dengan lebih bersungguh hati, kita akan memiliki pemahaman menyeluruh terhadap kebenaran di dunia ini. Kita mengembangkan kebijaksanaan dan menapaki Jalan Bodhisatwa untuk menciptakan berkah bagi masyarakat. Kita menggunakan kebijaksanaan untuk membawa manfaat bagi masyarakat.
“Saya bersyukur kepada Tuhan, saya didampingi oleh anak-anak yang sayang kepada semua. Suami juga demikian dan sering memberikan semangat. Walaupun setiap hari mereka bekerja tapi masih mempunyai waktu untuk saya,” ungkap Yanti, penerima bantuan Tzu Chi Indonesia.
“Saya percaya kalau kita membantu orang lain – tidak selamanya kita di atas atau di bawah, nah ketika kita di bawah pasti akan ada yang membantu,” tutur Franky, putra Yanti.
“Ini adalah salah satu keberhasilan bahwa penerima bantuan juga bisa membantu orang lain. Keluarga ini di samping ikut berdonasi melalui celengan bambu, juga rutin memberikan donasi lain melalui Tzu Chi,” jelas Denasari, relawan Tzu Chi Indonesia yang mendampingi keluarga Yanti.
Jika kita menjalankan Tzu Chi, dengan bersungguh hati berbagi tentang Tzu Chi dengan tiga orang hari ini, mungkin akan ada satu di antara mereka yang memuji perbuatan Tzu Chi. Kita tidak berharap banyak, hanya berharap mereka dapat mengenal dan memahami Tzu Chi serta turut bersumbangsih. Kita harus membimbing orang-orang untuk mengenal dan memahami Tzu Chi serta menjalankan Tzu Chi bersama kita.
Jadi, mengenal, memahami, meyakini, berikrar, dan menjalankan ikrar, inilah yang dibutuhkan sekarang. Kita harus yakin pada diri sendiri.
Jika bertemu dengan dua orang hari ini, berbagilah tentang Tzu Chi dengan mereka. Jika mereka menolak, tidak apa-apa. Yang penting, kita telah berbagi dengan mereka tentang Tzu Chi. Tidak ada ruginya berbagi hal-hal baik. Ini juga untuk membina keluhuran dan melatih keterampilan berbicara kita. Intinya, jangan putus asa. Lakukan saja hal yang baik dan benar.
Menjalankan tekad dengan hati yang murni dan bebas dari pertikaian
Membangun ikrar agung untuk menyelamatkan dunia
Bersatu hati untuk melawan pandemi dan melindungi kehidupan
Berbuat baik bersama untuk menciptakan berkah
Membangun ikrar agung untuk menyelamatkan dunia
Bersatu hati untuk melawan pandemi dan melindungi kehidupan
Berbuat baik bersama untuk menciptakan berkah
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Juni 2021