Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati Menjalankan Ikrar di Jalan Bodhisatwa


“Berkat adanya bimbingan dari para bhiksuni pada saat ritual namaskara dan meditasi berjalan di Griya Jing Si, kami yang berjalan di belakang pun tidak merasa kehilangan arah,”
kata Lin Wan-shi, Ketua Tzu Ching di Universitas Tzu Chi.

“Dalam ritual namaskara, kita mengarahkan hati, tubuh, dan tindakan kita menuju satu tujuan yang jelas,” kata De Shen, Bhiksuni Griya Jing Si.

Hal yang paling saya perhatikan ialah arah yang benar. Seumur hidup ini, sejak meninggalkan keduniawian hingga kini, saya selalu menginventarisasi diri sendiri. Saat mengajukan permohonan untuk mendirikan Griya Jing Si, saya masih tinggal di Vihara Pu Ming. Dalam permohonan tersebut, saya menuliskan bahwa kelak ladang pelatihan kita akan membangun misi amal. Jadi, lahirlah "Tzu Chi". Selain itu, kita juga hidup mandiri. Semua itu sudah saya tuliskan sejak awal.

Saya sangat berterima kasih pada diri saya sendiri atas sebersit niat yang muncul saat itu. Niat itu tidak pernah menyimpang hingga saat ini. Saya melakukan semuanya sepenuh hati dan tekad. Saya mendedikasikan jiwa dan raga saya untuk mewujudkan tekad dan ikrar saya. Belakangan ini, saat saya menginventarisasi kehidupan, saya merasa tidak ada penyesalan. Terlebih lagi, saya bersyukur atas tubuh ini yang telah mendukung saya melangkah di jalan yang benar sehingga dapat bertemu dengan banyak Bodhisatwa yang memiliki kesatuan hati dan tekad dengan saya.

Belakangan ini, mengingat usia saya yang sudah lanjut dan kondisi tubuh yang menurun, saya merasa seperti lilin di tengah angin. Terkadang, jika orang yang berbicara di dekatnya mengembuskan napas agak kencang, lidah apinya akan bergoyang-goyang. Begitulah lilin di tengah angin yang tidak tahu kapan akan habis terbakar atau mungkin bisa padam sewaktu-waktu karena tiupan angin. Namun, saya tetap merasa bahwa lilin ini masih dapat memancarkan cahayanya.

Ketika Anda menyalakan lilin tersebut, ia akan memancarkan cahaya dan dapat dijadikan persembahan untuk Buddha. Cahaya itu adalah simbol dari pelita batin. Saat kita bersujud pada Buddha, cahaya itu akan menunjukkan arah yang benar pada kita. Ini disebut dengan menyalakan pelita batin. Buddha datang ke dunia untuk terjun ke tengah masyarakat dan menaklukkan pikiran manusia agar setiap orang melangkah di jalan yang benar. Bagaimana cara menyucikan hati manusia? Bagaimana agar pikiran kita tidak bergejolak?


Di Tzu Chi, kita membimbing orang melalui pintu kebajikan. Kita membimbing orang ke arah yang benar dengan kebajikan. Jika ingin berbuat baik, pertama-tama kita harus memiliki arah yang benar dengan memahami Dharma. Dharma adalah ajaran benar. Misi amal selaras dengan ajaran benar dan ajaran benar mendorong kita untuk menjalankan misi amal. Inilah yang disebut saling melengkapi.

Kita membina berkah pada langkah pertama dan membina kebijaksanaan pada langkah berikutnya. Kebijaksanaan dibina dengan mendalami Dharma dan berkah dibina dengan terjun ke tengah masyarakat. Hendaknya kita membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Hendaknya kita terus memikirkan bagaimana cara menciptakan berkah bagi dunia. Setelah memasuki pintu kebajikan, janganlah kita menyimpang. Inilah ajaran benar di tengah dunia.

“Dengan hati tertulus, kami selalu berharap Master dapat terus membimbing kami. Kami berharap setiap kali datang ke Griya Jing Si, kami dapat menenangkan hati dan pikiran kami. Dalam pekerjaan medis, ada begitu banyak tantangan. Saya berharap ketika menghadapi berbagai kesulitan, semuanya dapat menenangkan hati dan bekerja sama dengan kesatuan dan keharmonisan,” kata Chao You-chen, Kepala RS Tzu Chi Taipei.

“Selama kita terjun ke tengah masyarakat, setiap momen adalah waktu untuk melatih diri. Dengan begitu, kita dapat mengamati diri sendiri secara mendalam dan memperbaiki diri,” kata De Huan Bhiksuni Griya Jing Si.


Buddha datang ke dunia untuk menyucikan hati manusia dan membimbing orang-orang berperilaku benar. Hendaknya semua orang bersatu hati dan berhimpun untuk menuju satu arah yang benar. Kita semua tengah berjalan maju di jalan kebenaran dan kebajikan. Belakangan ini, saya sering mengucapkan selamat kepada semua orang yang memiliki jalinan jodoh untuk memasuki pintu Tzu Chi. Saya sendiri pun merasakan bahwa sebersit niat yang muncul di awal itu sangat bernilai.

Setelah kita membangkitkan sebersit niat, setiap langkah kita selaras dengan Dharma dan mengarah pada arah yang benar. Saya telah melihat bagaimana insan Tzu Chi berjalan di Jalan Tzu Chi dan memperluas jalan ini. Jalan ini sangat rata dan lapang. Saya telah melihatnya sendiri dan merasa tenang. Jalan ini harus terus dibentangkan tanpa henti dengan membuka pintu Dharma yang benar dan tetap berpegang pada silsilah Dharma Jing Si.

Para relawan Tzu Chi dan bhiksuni Griya Jing Si selalu membina ketulusan. Kita menjalani kehidupan sehari-hari dengan mengandalkan diri sendiri. Di Tzu Chi, kita membentangkan jalan kebenaran. Inilah yang kita lakukan di berbagai negara. Saya sering berkata bahwa kita harus menjadi teladan. Saya sering mengucapkan terima kasih kepada para bhiksuni Griya Jing Si. Tanpa mereka yang bersatu hati dan bergotong royong untuk menstabilkan kehidupan di sini, bagaimana insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat pulang ke rumah bersama kita ini?

Rumah kita ini sangatlah besar dan kita memiliki banyak saudara di sini. Ini disebut sebagai sumber Dharma. Silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi adalah sumber Dharma. Jika mengakui sumber Dharma ini, kita bisa membuka pintu dan menapaki jalan yang benar.


Saya pernah mengimbau insan Tzu Chi Malaysia untuk membentangkan jalan dengan cinta kasih agung. Insan Tzu Chi di seluruh Malaysia bersatu hati untuk membentangkan jalan dengan penuh cinta kasih. Kalian harus ingat bahwa saya ingin kalian menempuh jalan ini. Jadi, sebarkanlah cinta kasih ke seluruh Malaysia, damaikan hati, dan buka pintu selebar mungkin untuk memimpin barisan dengan benar. Selaraskanlah pikiran kita. Jangan biarkan diri kita terpengaruh oleh orang lain dan membeda-bedakan satu sama lain.

Insan Tzu Chi memiliki guru, ikrar, jalan, dan tekad yang sama. Semuanya adalah saudara se-Dharma. Jadi, kita harus bersatu hati. Hendaknya kita semua berbicara dari lubuk hati terdalam. Kita harus menerima pandangan orang lain dengan hati yang lapang. Jangan sampai sedikit perbedaan pendapat memicu perselisihan. Jika demikian, ladang pelatihan kita akan berubah menjadi tempat yang penuh perselisihan.

Dunia ini penuh dengan perselisihan sehingga kita harus melatih diri. Melatih diri memerlukan ladang pelatihan. Di ladang pelatihan, kita semua menyatukan tekad pelatihan kita. Di sinilah kita melakukan hal yang bermanfaat bagi dunia. Inilah ladang pelatihan kita. Inilah tempat lahirnya silsilah Dharma Jing Si dan ladang pelatihan Tzu Chi. Oleh karena itu, kalian harus mengintegrasikan ajaran saya dan Tzu Chi dalam praktik sehari-hari. Ini tidak boleh terpisahkan. "Tzu Chi" adalah nama yang saya berikan dan "Jing Si" adalah silsilah Dharma kita.

Menginventarisasi kehidupan diri sendiri dan menuju arah yang benar
Menjadikan ajaran Tzu Chi sebagai pedoman dan membuka pintu kebajikan
Berpegang pada silsilah Dharma Jing Si di Jalan Bodhisatwa
Bersatu hati menjalankan ikrar dengan praktik cinta kasih agung

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 20 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 22 April 2025
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -