Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati Menuju Arah yang Benar
“Walau relawan kita di Lukang sedikit, tetapi kami sangat kompak. Kami akan bersungguh-sungguh merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia untuk bersumbangsih dengan cinta kasih,” kata Guo Chun-mei, relawan Tzu Chi.
“Kami pasti akan bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong untuk terjun ke tengah masyarakat, merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia, dan menjalin jodoh baik dengan semua orang. Kami juga akan bekerja keras untuk menjalankan misi di Lukang. Walau relawan di Lukang sedikit, tetapi ada banyak insan berbakat yang dapat membantu kami. Kami akan bekerja sama dengan harmonis untuk berbagi filosofi Tzu Chi dengan masyarakat guna menginspirasi orang-orang bergabung di Tzu Chi,” ujar Liu Jian-fa, relawan Tzu Chi.
Semua orang harus bekerja sama dan menyatukan hati. Beginilah insan Tzu Chi. Saya memulai perjalanan dari Pingtung menuju utara Taiwan. Pingtung merupakan daerah pedesaan. Beberapa relawan berasal dari Xiaoliuqiu yang juga merupakan daerah pedesaan. Namun, kemajuan mereka dalam pelatihan diri sangatlah luar biasa karena mereka sangat tekun, bersemangat, dan sepenuh hati.
Dahulu, mereka yang tinggal di Xiaoliuqiu, Penghu, dan daerah lainnya merupakan nelayan yang sering berdoa memohon keselamatan dan cuaca yang bersahabat. Namun, setelah bergabung di Tzu Chi, mereka mulai mendengarkan Dharma. Anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi di sana memiliki perhatian benar, pandangan benar, pikiran benar, dan perbuatan benar. Saya sangat bersyukur dan tersentuh.
Setelah bergabung ke dalam Tzu Chi, pandangan mereka terhadap Dharma sudah berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya, mereka memberi persembahan dan memohon apa yang mereka inginkan. Mereka yang memiliki keyakinan yang agak benar akan memohon semoga diri sendiri dapat terbebas dari penderitaan serta memutus kegelapan dan noda batin.
Namun, insan Tzu Chi tidak demikian. Mereka telah memperbaiki kehidupan serta kebiasaan dan tabiat buruk di masa lalu. Mereka mengubah satu per satu kebiasaan buruk mereka hingga tidak ada yang tersisa. Setelah bergabung ke dalam Tzu Chi, mereka bisa menjadi teladan bagi sesama.
Sebagai insan Tzu Chi, kita meratakan dan memperluas Jalan Bodhisatwa dengan harapan semua orang dapat menyucikan hati terlebih dahulu. Berhubung kita telah memperbaiki pandangan dan perilaku serta menenteramkan batin diri sendiri, kita hendaknya berbagi pengalaman dengan orang lain. Kita terjun ke tengah masyarakat dengan harapan orang-orang juga dapat mengenal dan bersama-sama membentangkan jalan yang dapat menenteramkan batin orang-orang ini.
Kita membuka dan membentangkan Jalan Bodhisatwa serta membimbing orang-orang menapakinya. Demikianlah pelatihan diri kita di Tzu Chi. Sulit untuk menapaki Jalan Kebenaran, tetapi kita telah meratakannya dan membimbing orang-orang menapakinya. Yang paling ditakutkan di Jalan Bodhisatwa ialah berjalan menyimpang. Jika kita berjalan menyimpang, akan sulit untuk menemukan jalan kembali.
Dalam bab Kota Bayangan dari Sutra Bunga Teratai, terdapat kisah tentang sekelompok orang yang mendaki gunung dari dataran rendah. Mereka menempuh perjalanan yang penuh rintangan dan berniat untuk berjalan kembali. Pembimbing mereka yang bijak berkata, “Kalian telah berjalan sampai di sini. Jangan berjalan kembali. Perjalanan kembali akan penuh rintangan. Lihatlah, tempat kita beristirahat ini hanyalah kota bayangan. Tempat tujuan kita sudah dekat. Mari kita berjalan maju lagi. Jadi, walau sudah tiba di kota bayangan, kita masih perlu berjalan maju menuju tempat tujuan kita.”
Kini kita semua dalam perjalanan menuju kota bayangan. Kita harus menyesuaikan diri agar tidak menyimpang. Kita harus menapaki jalan yang benar. Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Tujuan kita ialah menjadi makhluk berkesadaran, bukan hanya berbasa-basi. Dharma bukan untuk berbasa-basi. Saya tidak pernah berbasa-basi dalam kehidupan ini. Saya tidak pernah melakukan satu pun hal yang tidak berkaitan dengan Tzu Chi, juga tidak pernah melewatkan satu pun hal yang berkaitan dengan Tzu Chi. Inilah yang saya lakukan sepanjang kehidupan saya.
Saya juga membimbing orang-orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa ini. Kehidupan kita ada batasnya. Apabila kita tidak menggenggam waktu ketika kita masih sehat, saat kita berjalan menyimpang dan ingin kembali ke jalan yang benar, kita mungkin sudah jauh tersesat. Menapaki Jalan Tzu Chi pasti tidak akan salah. Saat melangkah maju, kita harus berpegang pada Jalan Mulia Beruas Delapan,seperti perhatian benar, perbuatan benar, dan pikiran benar.
Buddha mengajari kita untuk menapaki jalan yang benar dan bertutur kata benar, jangan percaya pada takhayul. Kita harus menggenggam waktu untuk terjun ke tengah masyarakat. Buddha mengajarkan untuk menjalin jodoh baik. Kita juga harus percaya hukum karma. Saat saya pertama kali membahas Sutra Bunga Teratai, saya berkata, “Kita harus menghapus takhayul dan percaya pada hukum karma.”
Buddha berkata bahwa Empat Kebenaran Mulia, 12 Sebab Musabab yang Saling Bergantungan, dan Enam Paramita harus kita praktikkan. Melalui Empat Kebenaran Mulia, kita mengetahui tentang penderitaan dalam kehidupan serta bagaimana perasaan dan pikiran mendatangkan noda batin.
Empat Kebenaran Mulia terdiri atas penderitaan, sebab penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan jalan menuju lenyapnya penderitaan. Kita harus menapaki jalan menuju lenyapnya penderitaan untuk menghapus noda batin yang kita akumulasi. Kita harus menghapus semua noda batin dan berfokus menapaki Jalan Bodhisatwa. Apa yang kita lakukan di Jalan Bodhisatwa? Mempraktikkan Enam Paramita, yakni dana, sila, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Inilah arah yang benar.
Harap jangan menyimpang dari jalan benar yang kita tapaki. Setelah mengenal Jalan Bodhisatwa, ada banyak orang yang bersungguh-sungguh bersumbangsih tanpa pamrih dan merogoh kocek sendiri untuk melenyapkan penderitaan orang lain. Semua insan Tzu Chi seperti ini. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa. Jadi, kalian harus tahu bahwa ini merupakan jalan yang benar.
Bodhisatwa membentangkan jalan yang lapang
Menyucikan hati manusia dan memperbaiki tabiat buruk
Teguh mempraktikkan Jalan Mulia Beruas Delapan
Menggenggam kehidupan untuk membimbing semua makhluk
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 17 Januari 2020