Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati Menunjukkan Dharma yang Sesungguhnya

Acara Pemberkahan Akhir Tahun terakhir pada tahun ini diadakan di Hualien dalam 2 sesi, yaitu sesi pagi dan sore. Dalam Pemberkahan Akhir Tahun sesi pagi, relawan dari Empat Misi Tzu Chi berkumpul bersama untuk menampilkan isyarat tangan dengan tulus. Beberapa dari mereka juga tampil bersama keluarga mereka. Itu menunjukkan kehangatan keluarga. Dalam Pemberkahan Akhir Tahun sesi sore, hadir banyak insan Tzu Chi senior dan banyak relawan muda yang dilantik. Dalam sesi ini, saya juga melihat mereka benar-benar menyerap Dharma ke dalam hati. Mereka menampilkan isyarat tangan dengan kompak dan penuh kekuatan.

Demikianlah insan Tzu Chi. Dharma yang benar, bajik, dan indah terkandung dalam segala sesuatu di dunia ini. Dharma bisa terkandung dalam materi yang berbentuk persegi ataupun bulat. Tak peduli dalam bentuk apa, Dharma yang bagaikan air merupakan yang terindah di dunia ini. Penampilan isyarat tangan mereka sangat agung. Itu menunjukkan bahwa mereka telah menyerap Dharma ke dalam hati. Setiap gerakan dilakukan dengan jelas. Dalam melantunkannya, mereka tahu kata mana yang harus ditekankan. Semua ini sangat patut dipuji. Saya merasa sangat senang. Setiap sesi, dibutuhkan waktu selama lebih dari 2 bulan untuk berkumpul dan berlatih. Mereka harus berlatih di komunitas masing-masing selama beberapa kali.


Namun, di Indonesia, demi pementasan adaptasi Sutra dalam Pemberkahan Akhir Tahun, para relawan Tzu Chi melakukan persiapan selama setahun. Agar bisa melantunkan dan memahami makna Sutra, mereka menghabiskan waktu satu tahun untuk belajar bahasa Mandarin. Agar bisa menulis aksara Mandarin, mereka juga menyalin Sutra berulang kali dan melantunkannya. Mereka menyalin dan melantunkannya. Setiap kata harus disalin dengan benar dan nadanya juga harus dilantunkan dengan tepat. Untuk memahami setiap kalimat, mereka berusaha membaca Sutra dan mendengar ceramah pagi saya. Untuk memahami apa yang saya katakan dan mempelajari isi Sutra, mereka juga mengikuti bedah buku. Mereka sangat bersungguh hati. Agar pementasan penuh dengan Dharma dan rapi, mereka berusaha memahaminya dengan mendengar ceramah pagi saya dan menyerapnya ke dalam hati. Lihatlah, mereka menyalin Sutra di ruangan yang sangat besar. Setiap orang menggenggam waktu untuk mengikuti kegiatan bedah buku. Melihat kesungguhan hati mereka, saya merasa sukacita.


Saya juga mendengar bahwa relawan kita di Singapura juga sangat tekun dan bersemangat. Mereka berturut-turut mengadakan 10 sesi Pemberkahan Akhir Tahun dengan total lebih dari 4.000 hadirin. Untuk menyampaikan Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma, mereka tidak menunjukkannya di atas panggung, melainkan membuka beberapa stan agar orang-orang dapat melihatnya.

“Kakek Guru sering berkata bahwa kita bisa melakukan kebajikan besar dengan dana kecil. Donasi kita telah digunakan untuk apa?” ucap Lian Mei-er, Relawan Tzu Chi.

“Saya bisa membayangkan bagaimana rasanya masuk ke dalam dan bagaimana aroma di dalamnya. Saya yakin bahwa pada awalnya para relawan juga tidak dapat segera menyesuaikan diri. Saya sangat tersentuh,” ucap Lin Xin-yi, Warga.


“Kami berharap para pengunjung berkesempatan untuk melihat sudut gelap di dalam masyarakat agar mereka merasakan secara langsung. Kami juga berharap dapat menciptakan suasana yang terasa nyata,” kata Lian Mei-er, Relawan Tzu Chi.

“Pameran tahun ini sangat mengesankan, terlebih tindakan yang Tzu Chi ambil dalam pelestarian lingkungan. Saya juga sangat memuji bantuan yang Tzu Chi berikan pada orang-orang yang membutuhkan dan terkena dampak bencana di seluruh dunia,” ucap Jean Louis Charner, Warga

Ini merupakan pameran yang sangat bijaksana dan sangat nyata. Mereka menggenggam niat baik yang timbul dan waktu yang ada serta bekerja sama dengan harmonis untuk menyelesaikan pameran ini. Dalam Pemberkahan Akhir Tahun yang diadakan setahun sekali, kita bisa melihat persamuhan Dharma yang penuh suasana pelatihan. Saya sangat bersyukur. Kisah yang menyentuh sungguh sangat banyak. Kita bisa melihat kesungguhan hati dan ketulusan para relawan Tzu Chi. Mereka bersama-sama mawas diri dan tulus. Dengan hati yang tulus, kita berdoa semoga dunia aman, tenteram, dan bebas bencana serta cuaca bersahabat. Inilah harapan kita bersama.


Kita harus berbagi lebih banyak informasi tentang bencana di dunia agar orang-orang dapat mendengar dan melihatnya serta dapat memahami pentingnya hidup dengan tulus dan mawas diri. Kita harus memahami bahwa bencana terjadi di berbagai tempat, baik itu bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia. Inilah dunia yang kita tinggali. Buddha mengatakan bahwa karma buruk kolektif semua makhluk yang terus terakumulasi membuat kondisi alam dan batin manusia menjadi tidak selaras. Jika kita menciptakan karma buruk kolektif, kita jugalah yang akan menerima akibatnya. Jadi, kita harus berhati-hati.

Saya berharap kita semua membangkitkan kekuatan cinta kasih dan ketulusan. Terhadap sesama manusia, kita harus tulus, bersungguh hati, serta penuh cinta kasih dan rasa syukur. Terhadap hewan, kita harus penuh hormat. Antarsesama manusia harus bekerja sama dengan harmonis dan saling menghormati. Asalkan memiliki arah yang sama, kita seharusnya juga memiliki kesatuan hati dan berpegang pada prinsip yang sama. Saya berharap jiwa kebijaksanaan semua orang bertumbuh serta dunia aman dan tenteram.  


Dharma bagaikan air yang dapat terkandung dalam bentuk apa pun

Keindahan pementasan adaptasi Sutra terletak pada ketulusan

Bersatu hati untuk menunjukkan Dharma yang sesungguhnya

Sepaham, sepakat dan berharap bisa bertindak bersama

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Januari 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 1 Februari 2019

Editor: Yuliati

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -