Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Hati untuk Membawa Manfaat bagi Semua Makhluk


Lihatlah, ketidakkekalan terjadi dalam sekejap. Sejumlah bangunan telah hancur dan rata dengan tanah. Ini bukan karena bangunannya sudah tua. Bangunan baru pun bisa rata dengan tanah dalam sekejap akibat bencana yang terjadi. Sesungguhnya, seberapa luas Bumi ini? Ketidakselarasan unsur api, air, angin, dan tanah telah menyebabkan bencana terjadi silih berganti.

Terkadang kita merasa bahwa bencana yang terjadi jauh dari kita. Sesungguhnya, itu tidaklah jauh. Mengapa? Saya sering bertanya mengapa. Jadi, jika berbicara tentang perasaan saya, saya sungguh sangat khawatir. Berhubung belakangan ini sering kali mengulas tentang kunang-kunang, saya merasa bahwa kita harus memiliki keyakinan. Sedikit demi sedikit, kita terus menggalang "kunang-kunang".

Hanya satu orang yang melakukannya tidaklah cukup. Kita membutuhkan lebih banyak orang, baik puluhan ribu maupun jutaan orang. Asalkan berniat dan bersedia, kita pasti bisa melakukannya. Contohnya kerajinan tangan berupa kunang-kunang ini. Satu orang dapat membuat seekor atau tiga puluh ekor kunang-kunang. Jadi, sepuluh orang dapat membuat tiga ratus ekor.

Ketika makin terampil, mereka dapat membuat tiga ribu ekor. Ketika orang yang membuatnya bertambah, mereka bisa membuat tiga puluh ribu ekor. Intinya, semua harapan terletak pada manusia. Asalkan setiap orang berniat untuk terus bertutur kata baik, melakukan kebajikan, saling menyemangati, dan bekerja sama, bagaimana mungkin tidak ada harapan? Setiap orang hendaklah memiliki keyakinan. Belakangan ini, saya terus berkata, "Jangan menyerah pada usia." Kini, mari kita mengurangi sedikit usia kita dan menyimpannya agar kita dapat mengerahkan kekuatan dan semangat muda kita.
 

Selama bertahun-tahun, kita telah menyewa sebidang lahan di Zhixue dari pemerintah untuk bercocok tanam. Butuh waktu yang sangat lama bagi para relawan kita untuk merapikan lahan telantar itu dan mengairinya. Berhubung di sana terdapat banyak batu, kita memungutnya secara perlahan-lahan hingga lahan itu bersih dari batu. Kita pun telah memperbaiki kualitas tanah dan melakukan irigasi sehingga lahan itu menjadi lahan pertanian yang subur.

Para relawan kita kembali untuk bercocok tanam. Setelah panen, mereka segera mencabut rumput dan kembali menanam sayuran. Dengan kondisi cuaca dan tanah yang mendukung, para relawan kita dapat bercocok tanam dan memperoleh banyak hasil panen untuk menjamu para insan Tzu Chi dari seluruh dunia yang kembali ke Taiwan.

Dua hari yang lalu, saya sangat tersentuh saat mendengar para relawan berbagi tentang pengalaman bahagia mereka selama bekerja di sana. Ketika membahas tentang lahan itu, mereka sangat relaks, damai, dan tenang. Hubungan mereka begitu harmonis. Sungguh, mereka telah bekerja sama dengan harmonis. Sebelumnya, mereka tidak saling mengenal. Kini, mereka seperti satu keluarga dan sangat bersukacita.


Singkat kata, awalnya, lahan itu tidaklah istimewa. Namun, lahan tersebut menjadi istimewa berkat adanya begitu banyak relawan yangmemiliki kesatuan tekad dan menghimpun kekuatan yang begitu besar. Saya hanya bisa berkata bahwa ini sungguh tidak terbayangkan. Lahan itu telah menyatukan hati semua orang. Sungguh tidak mudah untuk mengungkapkannya dengan kata-kata. Saya juga tidak bisa menggambarkan perasaan saya. Namun, hati saya penuh rasa syukur.

Saya sangat bersyukur. Saya mendengar para relawan berbagi bahwa mereka semua sangat bersyukur kepada saya dan orang-orang di sekitar mereka yang telah bekerja sama. Mereka membersihkan selokan dan menumpuk batu di tepi selokan agar air dapat mengalir lancar dan tanah di tepi selokan tidak terkikis. Demikianlah mereka menumpuk bebatuan sehingga air dapat mengalir dengan lancar dan bermanfaat bagi tanah. Mereka sangat bersukacita.

Berkat kerja sama mereka yang harmonis, lahan luas yang semula telantar ini bisa membawa manfaat besar. Satu lahan dapat menghasilkan tanaman yang tak terhitung jumlahnya. Satu benih dapat menghasilkan benih yang tak terhitung banyaknya. Demikianlah satu tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tidak berguna menjadi sangat berguna.


Sebelum para relawan merapikan lahan yang luas ini, ia ditumbuhi banyak rumput liar dan orang-orang pun takut mendekatinya. Kini, lahan itu terlihat subur dan produktif. Sungguh menakjubkan. Perkembangan lahan itu bergantung pada pikiran dan pandangan kita. Ini merupakan suatu kondisi yang tak terbayangkan. Karena itulah, saya sering kali mengatakan bahwa apa yang kita lihat tidak memiliki bentuk yang pasti. Semuanya bergantung pada pikiran kita.

Jika kita berpikir tentang Buddha, kita akan melihat sesuatu yang menyerupai rupang Buddha. Ketika kita berpikir tentang Bodhisatwa, kita akan melihat Bodhisatwa. Jadi, pikiran adalah pelopor segala sesuatu. Jika Buddha senantiasa ada dalam hati kita, kita akan melihat semua orang sebagai Buddha. Jika ada cinta kasih dalam hati kita, kita akan melihat semua orang sebagai Bodhisatwa yang dapat memberi manfaat bagi semua makhluk. Jadi, ketika kita bertemu dengan orang lain, kita harus mengatakan, "Terima kasih."

Ada begitu banyak orang menderita di seluruh dunia. Kita ingin menolong mereka, tetapi tidak memiliki kekuatan yang cukup. Jadi, saat ada orang yang turut mengerahkan kekuatan, kita hendaklah bersyukur pada mereka. Semua orang hendaklah saling bersyukur, seperti para relawan yang telah bekerja sama untuk mengubah lahan yang telantar menjadi lahan yang dapat menghasilkan tanaman pangan bagi orang-orang yang membutuhkan di seluruh dunia. Jadi, kita hendaklah bersungguh-sungguh untuk saling mengucap syukur karena ada begitu banyak hal yang bisa disyukuri.

Bencana yang terjadi menimbulkan kerusakan materi
Menghimpun cahaya untuk membimbing semua orang ke jalan yang benar
Bekerja sama untuk membuka dan mengolah lahan
Bersatu hati untuk membawa manfaat bagi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 15 Desember 2021
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -