Ceramah Master Cheng Yen: Bersatu Menghimpun Cinta Kasih demi Meredam Bencana

Kita melihat Griya Jing Si kembali bergerak. Para anggota Sangha telah menyambut seruan saya. Saya bertanya, "Bagaimana kalian bisa memiliki uang untuk berdonasi?" Mereka menjawab, "Setiap bulan, kami mendapat seribu dolar. Kami terus menyimpannya. Saat dibutuhkan, kami bisa berdonasi." Saya juga sangat kagum. Mereka berusaha mengumpulkan sedikit demi sedikit yang mereka miliki.

Kita juga melihat badan misi kesehatan kita. Para staf rumah sakit kita, termasuk tenaga medis dan staf administrasi, semuanya sama. Mereka juga sering menyerukan kepada para pasien, "Banyak bencana yang terjadi di dunia ini. Alangkah baiknya jika kita bisa bersumbangsih sedikit untuk menolong orang. Di sana ada celengan bambu. Jika ada uang kecil, kita bisa memasukkannya ke sana untuk menanam berkah dan bertekad." Begitulah, para pasien juga bersumbangsih sedikit demi sedikit bagi orang-orang yang membutuhkan.

Sepulangnya ke rumah, mereka juga membimbing anak-anak mereka untuk memupuk cinta kasih. Keluarga mereka juga bisa datang ke rumah sakit kita membawa celengan bambu yang terisi. Begitulah cinta kasih anak-anak. Dari sini kita juga melihat himpunan cinta kasih. Yang ingin kita himpun ialah sumbangsih yang penuh ketulusan dan cinta kasih.

 

Wabah kali ini juga memberi pelajaran besar bagi kita. Jadi, saya terus berkata bahwa kita harus memetik hikmah dari pelajaran besar ini. Ya, ini adalah pelajaran yang panjang. Banyak negara harus menghentikan berbagai bidang pekerjaan, seperti industri dan perdagangan. Toko-toko juga ditutup. Pabrik berhenti beroperasi. Karena itu, banyak pekerja yang tiba-tiba tidak memiliki pekerjaan. Mereka biasanya memperoleh upah harian. Jika tiada upah dari pekerjaan, hari itu mereka tidak bisa makan.

Di Filipina, kita melihat para relawan membagikan beras. Saya juga sangat terharu. Bagaimana mereka bisa membagikan beras saat ini? Mereka harus meminta izin mobilitas. Ini mereka lakukan demi menenangkan masyarakat. Warga kurang mampu sudah kelaparan. Begitu mereka tidak ada pekerjaan, gejolak sosial mungkin timbul. Jadi, kita perlu menenangkan masyarakat dan mengusahakan agar setiap orang bisa makan.

“Bantuan ini datang tepat pada waktunya. Kemarin beras terakhir di keluarga kami sudah habis dimasak,” kata Ferdinand Caw warga Filipina.

“Terima kasih banyak kepada relawan Tzu Chi yang tidak pernah meninggalkan kami. Setiap kali bencana terjadi, entah itu topan atau bencana akibat ulah manusia, relawan Tzu Chi selalu muncul di hadapan kami,” kata Teresita Velasco warga Filipina.

Beras yang mereka peroleh dapat mencukupi kebutuhan mereka selama satu bulan. Semua orang sangat berterima kasih. Kita juga bekerja sama dengan para tentara dan polisi. Dalam sehari, pembagian diadakan di dua daerah. Kali ini, relawan pria memang lebih sedikit. Para relawan harus menurunkan beras dari atas truk. Berhubung ada dua truk beras dan waktu yang ada sangat mendesak, maka para relawan perempuan juga ikut memindahkan beras dari salah satu truk. Melihat mereka memindahkan beras, saya merasa tidak sampai hati.


Di masa-masa seperti ini, mereka tetap memikul tanggung jawab. Mereka harus membagikan beras kepada sekitar 80 ribu keluarga. Saat ditanya apakah merasa lelah, mereka menjawab, "Tentu lelah, tetapi Master berkata bahwa kita harus mengutamakan kepentingan Bersama di atas kepentingan pribadi. Banyak orang tidak punya makanan. Lelah sedikit, kami pun rela."

Ada salah satu relawan yang ingin berpartisipasi, tetapi keluarganya menentang. "Bagaimana kamu mau pergi membagikan bantuan? Saat ini sedang diberlakukan pembatasan mobilitas. Lagi pula, tenagamu juga tidak cukup. Bagaimana kamu bisa membagikan beras." Keluarganya tidak mengizinkan.

Dia menjawab, "Jika saya tidak pergi dan orang-orang berpikiran sama, lalu siapa yang membagikan bantuan?" Jadi, dia berkeras untuk pergi. Jadi, putranya berkata, "Kalau begitu biar saya ikut." Akhirnya, setelah melihat sumbangsih para relawan, putranya juga ikut membantu. Setelah pembagian bantuan hari itu selesai, dia berkata pada ibunya, "Besok, kalau mau datang lagi, saya juga mau ikut." Ini adalah satu contoh. Kita bisa menginspirasi anggota keluarga kita. Anggota keluarga juga bisa turut bersumbangsih dan membantu. Jadi, asalkan ada cinta kasih, pasti akan ada efeknya.

Saat ini kita membutuhkan semua orang untuk menghimpun cinta kasih. Efek kekuatan cinta kasih ini dapat terwujud jika kita tidak hanya bersumbangsih seorang diri, melainkan juga membangkitkan cinta kasih anggota keluarga dan kerabat kita.

Selain itu, ketulusan hati juga harus dibangkitkan. Setiap orang hendaknya bervegetaris. Kita hanya perlu menahan nafsu makan daging yang kenikmatannya hanya sesaat saja.


“Saya bertanya, Mengapa kamu tak mau bervegetaris? Dengan bervegetaris satu hari, kamu bisa menolong seekor binatang. Bukankah ini sangat baik? Mereka hanya menganggukkan kepala. Saya tahu itu tidak berhasil. Saya akan mencobanya lagi lain kali,” kata Xie Yi-shan.

“Saat berusia tiga atau empat tahun, dia sudah berani bicara. Saat ada kesempatan, dia pasti mengatakannya. Dia selalu menggenggam kesempatan,” kata Luo Xue-hua ibu Xie Yi-shan.

“Kami berdua adalah insan Tzu Chi. Jadi, setiap kali kami keluar, di rumah tidak ada orang. Kami pasti mengajaknya untuk ikut. Saya rasa pengaruh lingkungan bagi anak-anak sangat besar,” kata Cha Chan-lam ayah Xie Yi-shan.

“Coba pikirkan sejenak, andaikan kamu adalah binatang itu. Begitu lahir, kamu sudah ditakdirkan untuk dijagal dan dimakan, bukankah sangat menyedihkan dan sangat kasihan?

Meski kamu tidak memakannya, ia tetap sudah mati dijagal dan siap dihidangkan. Namun, jika kamu berhenti makan daging, akan berkurang satu ekor hewan yang dibunuh. Asalkan tidak tamak akan cita rasa daging, setiap menit kamu bisa menolong beberapa ekor hewan yang tadinya sudah siap untuk dibunuh. Jadi, semoga semua orang bisa bervegetaris bersama saya,” tutup Xie Yi-shan.

Anak kecil saja mengerti untuk mengasihi kehidupan dan menyayangi hewan. Kita orang dewasa malah terus terjerat oleh nafsu makan. Kini kita harus mengubah pola hidup kita. Kita harus bersama-sama menghimpun cinta kasih. Dengan himpunan cinta kasih, barulah kita dapat meredam bencana. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menyerukan agar orang-orang meningkatkan cinta kasih dan bervegetaris. Bervegetaris adalah ungkapan ketulusan yang akan terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa.

Griya Jing Si bergerak menggalang cinta kasih
Badan misi Tzu Chi turut menghimpun berkah
Bergerak untuk membagikan bantuan di saat yang paling dibutuhkan
Menularkan cinta kasih dan kebajikan kepada anggota keluarga

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 April 2020    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 17 April 2020
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -