Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih Bagi Orang yang Membutuhkan

 

Topan Koppu yang menerjang Filipina telah mendatangkan bencana besar di sana. United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF – Organisasi di bawah naungan PBB yang menangani masalah kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan bagi anak-anak di dunia –red) juga berusaha menggalang dana sebesar 2,8 juta dolar AS di seluruh dunia untuk membantu anak-anak yang terkena dampak bencana. Untuk membantu anak-anak saja, UNICEF harus menggalang dana sebesar 2,8 juta dolar AS. Bayangkanlah besarnya dana yang dibutuhkan untuk membantu semua korban bencana.

Insan Tzu Chi di Filipina juga sedang bersiap-siap untuk menyalurkan bantuan bencana. Ini semua merupakan kekuatan cinta kasih umat manusia. Jadi, saya berharap setiap orang dapat memperhatikan orang-orang yang menderita. Terlebih lagi, jumlah pengungsi di Eropa masih terus meningkat. Mereka sungguh menderita. Penderitaan para pengungsi semakin bertambah akibat kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Di dunia yang penuh Lima Kekeruhan ini, sulit untuk hidup aman dan tenteram karena bencana alam dan bencana akibat ulah manusia terus terjadi. Yang lebih membahayakan adalah bencana batin. Apakah manusia zaman sekarang hidup bahagia? Sama sekali tidak bahagia. Sungguh, mereka tidak bahagia karena batin mereka penuh dengan noda dan kegelapan batin serta keraguan terhadap sesama manusia. Banyak orang yang kehilangan arah dan tidak bisa membedakan yang benar dan yang salah. 

Selain itu, pada zaman sekarang ini, orang-orang terus mengejar ketenaran dan keuntungan. Nafsu keinginan yang semakin besar membuat hati masyarakat menjadi tidak tenang. Kita bisa melihat banyak orang yang dipenuhi gejolak dan noda batin. Namun, kita juga bisa melihat cinta kasih warga Taiwan. Di Desa Daai, Hsinchu, ada sebuah keluarga yang suaminya mengalami kecelakaan lalu lintas dan istrinya kehilangan pekerjaan. Di dalam rumah mereka terdapat sarang lebah yang begitu digoyang, lebah-lebahnya akan beterbangan. Saat relawan kita membuka laci lemari mereka, di dalamnya juga terdapat sarang semut. Lihatlah, betapa bobroknya rumah mereka.

Insan Tzu Chi bergerak untuk memperbaiki rumah mereka sehingga terlihat seperti baru lagi dan mereka dapat memiliki tempat tinggal yang aman. Insan Tzu Chi juga sangat bijaksana. Kita membantu mereka menghemat uang dengan sepenuh hati mengatur pencahayaan. Setiap kali melihat sumbangsih insan Tzu Chi, saya selalu merasa sangat bersyukur dan tersentuh. Insan Tzu Chi di Hualien juga memikirkan berbagai cara untuk bersumbangsih. Berhubung kini banyak lansia yang menderita demensia maka relawan kita mengadakan kegiatan bagi para lansia. Ini menciptakan kesempatan bagi para lansia untuk melatih pikiran dan tubuh mereka serta mengenal satu sama lain. Dengan demikian, kehidupan para lansia akan semakin bermakna.

Ada juga Nenek Li Yue-juan yang berusia 102 tahun. Sepanjang hidupnya, beliau pernah melalui masa Perang Dunia Kedua dan mengalami kegagalan rumah tangga. Setelah mendapati bahwa suaminya berselingkuh, ia pun mengajukan gugatan cerai. Lalu, beliau membesarkan anak-anaknya seorang diri. Putrinya sangat berbakti. Namun, demi cucunya, putrinya telah berimigrasi ke Amerika Serikat. Putranya juga sudah berkeluarga dan pindah dari rumahnya. Jadi, kini nenek tersebut hidup sendirian. Karena itu, selama belasan tahun ini, insan Tzu Chi terus mendampinginya. Beliau selalu sangat gembira dan optimis. Beliau juga menjadi relawan daur ulang. “Dahulu, saya dan beberapa teman saya sesama lansia selalu main mahyong bersama. Setelah saya melakukan daur ulang, saya tidak pernah ikut bermain lagi. Melakukan daur ulang membuat saya sangat gembira. Hati saya terasa sangat senang. Semakin banyak bersumbangsih semakin gembira. Saya melakukan satu kebajikan setiap hari. Yang saya miliki tidak banyak, tetapi saya menyisihkan 10 dolar NT setiap hari. Setelah dua atau tiga bulan, saya menyerahkannya kepada Kakak Qiu-ping,” kata Nenek Li Yue-juan.

Kali ini, saat saya berkunjung ke Taipei, beliau juga datang untuk menemui saya. Suatu kali, beliau menulis sepucuk surat untuk seorang relawan yang akan dikunjunginya. Saat beliau menemui saya, relawan tersebut juga mendampinginya. Relawan-relawan lain berkata bahwa beliau mengunjungi relawan tersebut dan menulis sepucuk surat untuknya. Saat saya bertanya apakah beliau akan menunjukkan surat itu kepada saya, beliau berkata bahwa beliau lupa membawanya. “Tidak apa-apa. Anda bisa menulis sepucuk surat untuk saya. Tulisan orang yang berusia 100 tahun lebih akan saya simpan sebagai kenang-kenangan,” kata Master Cheng Yen.

“Master meminta Anda menulis sepucuk surat untuk beliau,” kata relawan.

“ Baiklah, saya akan menulisnya saat tangan saya tidak gemetar,” kata Nenek  Li Yue-juan

“Menulis saat gemetar juga sangat baik. Saat gemetar, tulisan Anda akan semakin indah. Semakin berseni,” kata Master Cheng Yen.

“Tangan saya selalu gemetar seperti ini,” kata Nenek Li Yue-juan.

“Saya suka tulisan Anda,” kata Master Cheng Yen, “saat tangan Anda gemetar seperti itu.”

Lalu, beliau benar-benar menulis sepucuk surat untuk saya. Tulisannya sangat besar dan berbunyi: “Kami mengasihi Master.” Hari itu, beliau juga menyanyikan sepotong lagu di hadapan saya. Saat akan meninggalkan tempat itu, beliau berdiri dan memberikan penghormatan. Dia melakukan sebuah gerakan untuk memberikan penghormatan kepada saya. Relawan yang berusia 102 tahun ini sungguh menggemaskan.

Ada juga seorang relawan di Tianmu yang kini berusia 104 tahun. Beliau juga bertemu dengan saya di Taipei. Setiap hari, beliau keluar untuk berolahraga dengan membawa kain lap untuk mengelap kursi-kursi batu sehingga orang-orang yang berolahraga di pagi hari dapat duduk di tempat yang bersih. Dengan cara inilah relawan berusia 100 tahun lebih bersumbangsih bagi orang lain. Setelah menonton program tersebut, saya berkata bahwa saya sangat ingin bertemu dengan beliau. Beliau juga mendengar perkataan saya karena selalu menonton Da Ai TV. Suatu kali, saat saya berkunjung ke Taipei, beliau pun datang untuk menemui saya. Kali ini, saat saya berkunjung ke Taipei, beliau kembali datang untuk menemui saya. Meski sudah lanjut usia, beliau tetap bersumbangsih bagi sesama tanpa henti. Inilah nilai kehidupan. Jadi, kita hendaknya meneladani ketekunan beliau. Setiap hari, beliau berolahraga dan mengembangkan potensinya untuk bersumbangsih bagi masyarakat. Inilah kehidupan yang benar-benar bernilai.

Dunia yang penuh Lima Kekeruhan mendatangkan penderitaan bagi banyak orang

Memberikan tempat tinggal yang aman dengan kekuatan cinta kasih

Insan Tzu Chi mengadakan kegiatan untuk melatih pikiran dan tubuh lansia

Tekun dan bersemangat untuk bersumbangsih bagi sesama

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 23 Oktober 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Oktober 2015

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -