Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dan Mewarisi Ikrar Buddha


“Master, selamat datang di Mozambik yang berjarak 11 ribu kilometer dari Taiwan. Hari ini, kita berada di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Metuchira yang terdiri atas 410 unit rumah. Lahan yang sebelumnya gersang ini, kini telah perlahan-lahan penuh dengan vitalitas. Master, mereka berkata bahwa rumah-rumah ini memiliki ventilasi dan pencahayaan yang sangat baik. Mereka belum pernah tinggal di rumah yang memiliki jendela dan perlu dibuka dengan kunci. Mereka semua bersyukur kepada Master,”
kata Denise Tsai relawan Tzu Chi.

“Setiap keluarga memiliki lahan kosong berukuran 30 x 20 meter. Kita bisa melihat ladang jagung di sini dan pohon yang ditanam di belakang sana. Lahan yang dimiliki setiap keluarga dapat mereka manfaatkan untuk menenteramkan jiwa dan raga mereka. Kita juga membantu pembangunan sebuah gedung sekolah sehingga murid-murid dapat bersekolah dengan tenang. Saya sungguh bersyukur kepada Master yang memberi semua orang rumah yang kokoh. Terima kasih,” pungkas Denise Tsai.

“Insan Tzu Chi kaya akan cinta kasih. Master, terima kasih banyak. Kami akan terus bekerja keras,” kata Dino Foi relawan Tzu Chi.

Saya sungguh bersyukur kepada Denise yang memainkan peran terpenting di Mozambik. Berkat Denise, barulah suaminya, Dino, bisa terinspirasi untuk menyebarkan semangat Tzu Chi. Mereka juga tekun mempelajari bahasa Mandarin. Sekelompok anak yang datang ke Taiwan juga belajar dengan tekun dan bersemangat. Saya yakin bahwa ada harapan untuk memperbaiki kehidupan di Mozambik. Asalkan bersedia belajar dengan tekun dan bersemangat, mereka bisa menyebarkan semangat dan filosofi Tzu Chi di Mozambik.

Banyak orang yang berkata, "Tuhan memberkati saya." Saya berharap setiap orang juga dapat bekerja keras. Perlu diketahui bahwa Tzu Chi meneladan Buddha dan Bodhisatwa. Buddha adalah Yang Tersadarkan yang mengasihi semua makhluk di seluruh dunia. Kita bisa melihat rupang Yang Maha Sadar Di Alam Semesta yang memperhatikan Bumi. Jadi, kita harus memahami semangat-Nya.


Adakalanya, saat berinteraksi dengan warga setempat, kalian juga harus berbagi tentang Beliau yang berulang kali datang demi membimbing semua makhluk di dunia ini. Buddha Sakyamuni adalah guru utama Dunia Saha. Kalian hendaknya lebih sering mendengar dan mendalami ceramah saya. Di sana, kalian juga harus menyebarkan Dharma. Menyebarkan Dharma berarti meneruskan kebijaksanaan. Tanpa agama, kita tidak akan memiliki tujuan hidup. Jadi, agama mengajarkan tujuan hidup.

Saya menghormati semua agama. Namun, berhubung telah lama bersumbangsih di sana, kalian hendaknya memahami semangat Tzu Chi dan Yang Maha Sadar Di Alam Semesta. Kalian harus sungguh-sungguh menerapkan semangat-Nya di sana. Inilah Bodhisatwa. Bodhisatwa datang ke dunia demi membimbing umat manusia serta meneruskan semangat dan kekuatan cinta kasihnya kepada orang-orang.

Semua orang hendaknya saling mengasihi dan bersumbangsih tanpa pamrih. Berbagilah dengan orang-orang bagaimana insan Tzu Chi bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih. Kita hanya berharap semua orang dapat tekun dan bersemangat. Kita bisa melihat Mafambisse. Saat malam tiba, lampu menyala di Sekolah Menengah Mafambisse yang telah kita bangun kembali. Tahukah kalian betapa sukacitanya saya saat itu?

Saya sukacita karena anak-anak bisa kembali bersekolah dan kembali ada harapan untuk membina insan berbakat. Saat kaum muda memiliki harapan untuk mengenyam pendidikan, barulah negara akan memiliki harapan. Inilah tujuan kita pergi ke Mozambik. Kita bersumbangsih tanpa pamrih demi membawa harapan bagi negara ini.


“Kakek Guru selalu berkata bahwa memperbaiki kehidupan di satu negara harus dimulai dari pendidikan. Saya sangat bersyukur pada tahun 2019, saya berkesempatan untuk datang ke Taiwan. Kini, saya bisa menggunakan bahasa Mandarin untuk berkomunikasi dengan Kakek Guru secara langsung. Saya juga bisa mempelajari ajaran Kakek Guru. Setelah pulang ke Mozambik, saya bersedia untuk terus menapaki Jalan Tzu Chi demi memperbaiki kehidupan di Afrika dan Mozambik,”
kata Ke Xin-tian Mahasiswa Universitas Tzu Chi.

Kita bisa melihat muda mudi yang datang ke Taiwan untuk menuntut ilmu. Mereka sangat patuh dan menaati aturan. Mereka telah mengalami kemajuan. Yang terpenting, saya berharap mereka dapat bersungguh hati mempelajari bahasa Mandarin hingga bisa berbicara dengan fasih. Selain itu, mereka juga hendaknya menyerap semangat Tzu Chi ke dalam hati.

Dalam pikiran mereka hendaknya ada semangat Tzu Chi untuk menolong dan membimbing warga setempat serta membangkitkan cinta kasih orang-orang untuk saling membantu. Inilah yang bisa membawa harapan yang sesungguhnya. Jadi, pertama-tama, saya ingin bersyukur kepada Denise dan Dino. Saya juga bersyukur kepada Jing-yao dan para relawan lainnya yang selalu teguh mengemban misi Tzu Chi. Ini sungguh tidak mudah.


Cuaca setempat sangatlah panas. Meski kini adalah musim dingin, tetapi saat cuaca cerah, udara di sana tetap terasa panas. Kita bisa melihat beberapa relawan muda kita yang warna kulitnya menjadi lebih gelap, hampir sama dengan warga setempat. Dari sini bisa diketahui kesungguhan mereka. Dengan kesungguhan hati, mereka bisa membawa kecemerlangan bagi desa setempat dan harapan bagi warga setempat.

Semoga desa-desa setempat bisa menjadi desa yang cemerlang dan berkembang menjadi perkotaan kelak. Untuk itu, saya berharap kalian dapat membimbing warga setempat. Tim konstruksi dari Taiwan yang pergi ke sana juga sangat bersungguh hati. Saya sungguh sangat bersyukur. Di sana, mereka sangat bekerja keras. Dengan kegigihan dan kesabaran, mereka berusaha untuk menuntaskan misi mereka.

Saya yakin terhadap Bodhisatwa sekalian. Kalian telah menjadi teladan dengan membuat Mozambik lebih cemerlang dan indah serta membawa kebahagiaan bagi warga setempat. Karena itu, saya ingin berkata pada kalian bahwa saya bersyukur kepada kalian. Pahala kalian sungguh tak terhingga. Saya mendoakan kalian dengan tulus. Saya bersyukur pada kalian yang telah bersumbangsih dengan cinta kasih berkesadaran di dunia. Terima kasih.

Mengarungi lautan untuk menabur benih kebajikan
Menabur dan menumbuhkan benih cinta kasih di Mozambik
Menghargai Dharma dan mewarisi ikrar Buddha
Bersumbangsih demi menolong semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 05 September 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 07 September 2024
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -