Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih demi Semua Makhluk dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
“Saat saya baru mulai melakukan daur ulang, kolega saya bertanya pada saya, “Apa kondisi ekonomi keluargamu bermasalah?” Saya berkata, “Bukan, saya melakukannya demi menyelamatkan Bumi.” Selama beberapa tahun ini, saya sangat berterima kasih atas dukungan para tetangga dan relawan Tzu Chi. Kami semua melakukannya dengan gembira. Menjelang Tahun Baru, jumlah barang daur ulang meningkat. Kami semua melakukan dengan sukarela dan menerima dengan penuh sukacita. Kami merasa damai dan tenang,” kata Chen Wang Yin-hua, seorang Relawan Tzu Chi.
“Ada orang yang bertanya pada saya, “Kamu melakukan daur ulang untuk menciptakan pahala bagi anak-anakmu?” Saya berkata, “Bukan.” Ada Kata Renungan Jing Si yang berbunyi, “Siapa yang menggarap ladang berkah, dialah yang akan memperoleh berkah,” kata Relawan Tzu Chi, Lin Li-xiang.
“Pahala harus diciptakan oleh diri sendiri,” tambah Chen Wang Yin-hua.
Betapa bijaksananya mereka. Mereka hanya menunaikan kewajiban mereka, bukan demi menciptakan pahala. Dengan tidak mengharapkan pahala dan memiliki keyakinan benar, hati mereka akan tenang dan damai setiap hari.
Kita juga mendengar tentang tiga generasi keluarga Zhang yang memupuk banyak berkah. Ini berawal dari Ibu Relawan Zhang. Sang ibu merupakan salah seorang relawan yang membantu saya mendirikan rumah sakit. Dia lalu mengajak Relawan Zhang bergabung. Kemudian, Relawan Zhang juga mengajak anaknya untuk bersama-sama menciptakan berkah di Tzu Chi. Mereka sekeluarga adalah insan Tzu Chi.
Ada salah satu putranya yang dahulu selalu memberi persembahan,
membakar kertas sembahyang, memasang petasan, dan lain-lain. Dengan begitu, putranya baru merasa tenang. Putranya mengira dengan begitu, dia bisa memperoleh rezeki berlimpah. Adakalanya, saya merasa heran. Orang terkaya di dunia ini adalah Bill Gates. Apakah dia memasang petasan dan membakar kertas sembahyang? Tentu tidak. Yang terpenting adalah memiliki ketulusan hati.
Dengan bersumbangsih bagi dunia dan melakukan hal yang harus dilakukan, pikiran kita akan tenang setiap hari dan semua orang akan hidup aman dan tenteram. Semua orang hidup aman dan tenteram, inilah berkah. Sungguh, hidup aman dan tenteram adalah berkah.
Kita tidak perlu percaya pada takhayul. Lakukanlah hal yang harus kita lakukan. Hidup aman dan tenteram adalah berkah. Sebagai praktisi Buddhis, kita harus tekun dan bersemangat melatih diri. Karena itu, kita harus menghirup keharuman Dharma. Setelah mendengar ceramah pagi saya, para relawan kita berbagi pemahaman mereka. Setelah itu, sebagian relawan berangkat untuk bekerja. Inilah yang dilakukan oleh sebagian relawan kita. Mereka sungguh tekun dan bersemangat.
Pada musim dingin seperti ini, saya teringat akan wilayah timur laut Tiongkok, seperti Heilongjiang dan Changchun, yang begitu dingin. Relawan setempat keluar rumah setiap hari untuk mendengar ceramah pagi saya. Saya merasa bahwa untuk menyentuh hati kalian, saya harus menyentuh hati mereka terlebih dahulu.
Lihatlah, relawan di tempat yang begitu jauh pun bisa begitu tekun dan bersemangat melatih diri. Kita yang berada di Taiwan hendaknya melakukan hal yang sama. Sesungguhnya, saat akan turun ke sini, penglihatan saya tiba-tiba gelap. Saya berpikir, “Berapa kali lagi saya bisa berdiri di atas panggung untuk melantik para relawan? Apa saya bisa selesai membabarkan Sutra Bunga Teratai?” Inilah yang paling saya khawatirkan sekarang.
Saya sungguh tidak tahu. Demi ajaran Buddha, saya telah mengerahkan segenap hati dan tenaga. Melihat di berbagai negara ada insan Tzu Chi yang menolong warga setempat atau menjangkau negara lain untuk menolong orang yang menderita, saya merasa sangat terhibur. Selama 50 tahun ini, berkat adanya Tzu Chi, saya merasa bahwa tujuan “demi semua makhluk” telah tercapai.
Begitu saya membangkitkan niat, ada banyak relawan yang langsung
mendukung saya dengan tindakan nyata. Melihat para relawan di atas panggung yang berusia 80-an hingga 90-an tahun, saya sangat tersentuh. Di Luodong, melihat para relawan daur ulang berusia 90-an tahun juga bergabung dalam lautan Dharma, saya merasa sangat terhibur.
Para relawan lansia begitu sehat. Dibandingkan dengan mereka, saya masih muda. Namun, saya tidak bisa memungkiri kenyataan. Naik tangga ke lantai atas terasa lebih berat dari tahun lalu. Inilah kehidupan. Pada tahap ini, kesehatan kita terus menurun, bukan bagaikan turun tangga, tetapi bagaikan main perosotan, sangat cepat.
Meski demikian, semua orang tetap harus bersungguh hati. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Ajaran Jing Si telah bertahan selama setengah abad dan memasuki tahun ke-51.
Hari ini, relawan kita sedang mengadakan baksos kesehatan dan pembagian barang bantuan di Yordania. Saat tiba di lokasi, relawan kita terlebih dahulu menjelaskan bahwa Tzu Chi berasal dari Taiwan. Relawan dari berbagai negara bersama-sama pergi ke Yordania untuk memberikan bantuan. Mereka juga berbagi tentang semangat celengan bambu Tzu Chi untuk mengajari penerima bantuan bahwa cinta kasih berasal dari sumbangsih kecil.
Jadi, dalam sebutir beras, terhimpun cinta kasih sepanjang masa. Memupuk berkah tidak harus dengan sumbangsih besar. Jadi, memupuk berkah: dalam sebutir beras terhimpun cinta kasih sepanjang masa. Membina kebijaksanaan: dalam hal terkecil pun terkandung Dharma yang mengubah kehidupan. Benar, inilah prinsip kebenaran yang relawan kita bagikan di Yordania.
Untuk memupuk berkah, kita harus menghimpun cinta kasih. Butiran padi bisa memenuhi lumbung dan tetesan air bisa membentuk sungai. Himpunan tetes demi tetes cinta kasih dalam jangka panjang telah membentuk kekuatan besar sehingga di mana pun bencana terjadi, kita bisa pergi ke sana untuk bersumbangsih. Organisasi yang penuh dengan Bodhisatwa ini telah tersebar luas ke seluruh dunia sehingga membentuk suatu kekuatan.
Kekuatan apa ini? Kekuatan agama, yakni kebijaksanaan. Dengan mendalami ajaran Buddha, kita baru bisa membina kebijaksanaan. Untuk membina kebijaksanaan, kita harus mempelajari Dharma lewat hal-hal kecil. Kita semua yakin pada ajaran Buddha yang menakjubkan.
Ajaran Mahayana memandang penting hukum karma, tetapi tidak percaya pada takhayul tentang hukum karma. Kita harus memiliki keyakinan benar tentang hukum karma, jangan percaya pada takhayul. Di dunia ini terdapat hukum karma. Namun, kita juga memiliki hakikat kebuddhaan yang bersifat abadi.
Bodhisatwa sekalian, saya berharap kalian dapat memahami kata-kata yang saya sampaikan. Dalam hidup ini, melakukan hal yang harus kita lakukan adalah kebijaksanaan. Dengan tidak melekat dan tidak percaya pada takhayul, hati kita akan senantiasa lapang.
Bersumbangsih
dengan penuh sukacita dan menjalin jodoh baik
Melatih
diri dengan tekun dan bersemangat serta menyerap Dharma ke dalam hati
Mengerahkan
segenap hati dan tenaga demi ajaran Buddha
Bersumbangsih demi semua makhluk dengan welas asih dan kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Desember 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina