Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Batin yang Jernih

Ketidakselarasan iklim membuat banyak orang menderita akibat cuaca dingin. Contohnya, para pengungsi dan para tunawisma. Di dalam tenda sama dinginnya dengan di luar. Bisa kita bayangkan, kini terdapat banyak pengungsi yang meninggalkan negara mereka. Menghadapi cuaca dingin seperti itu, mereka tentu sangat menderita.

Kehidupan sungguh penuh penderitaan. Apakah sebabnya? Mengapa mereka harus begitu menderita? Kita tak mampu memahaminya. Namun, begitulah kondisinya. Buddha pernah mengajarkan tentang penderitaan. Dunia ini sungguh penuh penderitaan. Tentu, banyak kesulitan yang belum dapat diatasi ataupun dihindari. Ini adalah akibat dari karma kolektif semua makhluk.


Benar, kekuatan karma buruk akan membawa penderitaan. Kita terus membahas mengapa semua makhluk memiliki karma buruk kolektif, mengapa empat unsur begitu tidak selaras. Semuanya berpulang pada perbuatan manusia. Benar, perbuatan manusia dalam keseharian bermula dari pikiran, lalu berdampak pada lingkungan. Segala perbuatan dalam keseharian terakumulasi dalam jangka panjang hingga mendatangkan akibat. Jika kita sungguh-sungguh merenungkannya, maka ini tidaklah sulit untuk dipahami.

Berhubung sering mendengar Dharma, maka kita seharusnya memahami segala prinsip kebenaran di alam semesta ini dan inti dari segala kebenaran itu. Jika segala prinsip kebenaran ini dapat menyatu dengan hati manusia, barulah kita dapat hidup berdampingan dengan semua makhluk dan segala sesuatu sehingga dunia dipenuhi ketenteraman. Ini sangatlah penting. Semua orang harus lebih bersungguh hati.

Kita juga melihat beberapa hari lalu di Mozambik terjadi longsor di tempat pembuangan sampah akhir yang menyebabkan belasan orang meninggal. Ada rumah yang tertimbun longsoran sampah. Relawan Tzu Chi setempat segera meninjau lokasi bencana. Berhubung pemerintah setempat belum terlalu mengenal Tzu Chi, maka mereka agak menutup diri.


Keesokan harinya, relawan Tzu Chi datang kembali dengan pakaian seragam yang formal dan rapi. Mereka mengendarai mobil karena saat itu turun hujan deras. Akibat adanya genangan air, mobil mereka yang sudah tua pun terjebak, Mereka beramai-ramai mendorong mobil itu, tetapi tidak berhasil. Mereka akhirnya meninggalkan mobil dan berjalan kaki. Kerapian barisan mereka menyentuh hati pejabat setempat. Beliau sangat memuji kerapian, kebajikan, dan keindahan para relawan.

Para relawan bergerak bersama-sama dengan rapi menuju lokasi bencana. Mereka juga menyapa semua orang dengan ramah dan penuh rasa hormat serta berusaha memahami kebutuhan warga. Melihat hal ini, pejabat setempat mulai tersentuh dan membuka kesempatan untuk insan Tzu Chi merencanakan penyaluran bantuan. Kemudian, para relawan mulai menyediakan makanan hangat di posko penampungan. Mereka menjaga dan mendampingi para warga.

Beberapa hari kemudian, masalah sanitasi mulai timbul. Jadi, insan Tzu Chi segera membeli ember, sabun, sikat gigi, pasta gigi, handuk, dan lain-lain. Mereka bersumbangsih dengan penuh rasa hormat. Para warga diarahkan untuk tertib dan teratur saat akan menerima barang bantuan. Jadi, para pejabat pemerintah setempat sangat kagum melihatnya. Mereka mulai merasa tenang untuk mengizinkan Tzu Chi membantu. Mereka juga memuji ketertiban relawan Tzu Chi. Mereka juga melihat bagaimana para relawan mendampingi para warga penerima bantuan untuk mengantre dengan tertib. Melihat cara pembagian bantuan seperti ini, mereka sangat kagum. Saya juga sangat gembira melihatnya.


Ada seorang ibu yang baru melahirkan dan luka operasinya belum pulih. Mengetahui hal ini, relawan Tzu Chi menjenguknya di rumah sakit. Ibu ini khawatir bagaimana harus pulang setelah keluar dari rumah sakit. Para relawan mengatur mobil untuk menjemput ibu ini. Para relawan juga bernyanyi untuk menyambut kehadiran sang bayi. Segala keperluan sang bayi juga disiapkan oleh para relawan. Ini sungguh mengharukan. Saya terharu setiap kali membahas mereka. Murid-murid saya ini berada sangat jauh. Kehidupan mereka juga sulit, tetapi mereka dapat mengembangkan batin yang kaya cinta kasih dan cemerlang.

Di dalam sepuluh Bhumi Bodhisatwa, ada Bhumi sukacita, Bhumi bebas kotoran, dan Bhumi cahaya cemerlang. Para relawan ini amat penuh sukacita. Meski hidup sulit, tetapi batin mereka sangat kaya. Mereka bersedia untuk bersumbangsih. Batin mereka bebas dari kotoran. Mereka tetap membantu orang-orang yang lebih menderita, yang membutuhkan uluran tangan mereka. Ini adalah contoh dari batin yang bebas kotoran. Batin mereka sangat bersih dan penuh cinta kasih. Mereka bersumbangsih dengan penuh rasa hormat dan cinta kasih.

Bukankah ini menggambarkan kecemerlangan? Ini menggambarkan Bhumi cahaya cemerlang. Dari sini, kita dapat melihat gambaran sepuluh Bhumi Bodhisatwa. Sungguh, setiap kali bercerita tentang para "Mutiara Hitam" yang cemerlang ini, hati saya selalu dipenuhi rasa sukacita. Mereka semua adalah permata bagi saya.

Karma kolektif menyebabkan banyaknya penderitaan

Para relawan bagai Bodhisatwa yang datang saat bencana terjadi

Bersumbangsih dengan batin yang jernih dan penuh sukacita

Membangkitkan cahaya kebijaksanaan dalam batin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Maret 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 4 Maret 2018

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -