Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Kemurnian Hati

Gempa bumi di Meksiko telah berlalu sebulan lebih dan sudah ada dua gelombang tim tanggap darurat Tzu Chi yang pergi ke sana. Relawan kita menjangkau wilayah yang porak-poranda itu untuk menenangkan hati warga setempat. Berhubung banyak bangunan yang mengalami kerusakan parah, maka banyak orang kehilangan tempat tinggal.

Menghadapi tumpukan demi tumpukan puing, warga sangat tidak berdaya. Mengalami bencana seperti ini, mereka pasti merasa sangat takut. Mereka juga harus mengkhawatirkan bagaimana kehidupan mereka kelak dan di mana mereka harus tinggal saat ini. Sebulan lebih pascagempa, juga ada warga yang terkena depresi dan gangguan bipolar. Emosi mereka tidak stabil.

“Pascagempa, saya melihat ledakan. Saya melihat sebuah bangunan 5 lantai terbakar. dan seorang laki-laki berlari keluar dengan api di tubuhnya. Dia berteriak dan berguling-guling di tanah. Lalu, ada yang berkata, “Lari, lari! Ada tabung gas yang meledak!” Ledakan itu melukai kami semua. Suara ledakan juga membuat pendengaran saya terganggu,” kata Flora, relawan lokal.

Pascagempa, ibu ini merasa tidak tenang sehingga menderita depresi.

doc tzu chi

“Saya tidak ingin meninggalkan rumah karena saya sangat takut saat berjalan di jalan. Saya berpikir, bagaimana jika ada sesuatu yang jatuh dan menimpa saya? Bagaimana jika terjadi gempa bumi lagi? Bagaimana jika terjadi sesuatu lagi? Saya dipenuhi dengan rasa takut,” kata ibu tersebut.

Setelah melakukan survei bencana bersama insan Tzu Chi, hatinya perlahan-lahan tenang kembali. Seperti inilah kita menenangkan hati para korban bencana di dunia dan zaman ini. Semoga empat unsur alam bisa selaras. Berkat kecanggihan teknologi, bencana alam bisa terdeteksi. Contohnya topan. Kini biro cuaca bisa dengan tepat memprakirakan kapan, bagaimana, dan besarnya kekuatan topan yang terbentuk. Mereka juga bisa memprakirakan kecepatannya dan kapan topan akan menerjang.

Terkadang, prakiraan cuaca sangat akurat. Namun, saat tidak akurat, orang-orang akan berkeluh kesah. Sesungguhnya, kita harus senantiasa tulus. Jika topan tidak menerjang seperti prakiraan cuaca, kita hendaknya bersyukur, jangan berkeluh kesah. Kita hendaknya merasa beruntung karena tidak terkena dampak bencana serius seperti prakiraan cuaca. Kita harus bersyukur. Dengan mengubah pola pikir, kita akan senantiasa bersyukur.

Kita harus bersyukur kepada pemrakira cuaca. Jadi, bencana alam bisa terdeteksi. Kini gempa bumi juga bisa lebih cepat terdeteksi. Pergeseran lempeng bumi sebelum gempa bumi terjadi bisa terdeteksi dengan lebih cepat. Saat terjadi pergeseran yang lain dari biasanya, alat pendeteksi gempa akan mengeluarkan suara.

doc tzu chi

Dalam ceramah pagi ini, saya berkata bahwa Sutra Buddha juga mengulas tentang enam jenis gempa bumi. Pada zaman Buddha, Buddha sudah mengulas tentang gempa bumi. Buddha berbagi kebenaran ini secara sederhana. Kini, kita harus mendalami kebenaran ini karena bencana alam semakin kerap terjadi. Saat tubuh kita sehat, kita tidak memikirkan kondisi kesehatan kita. Namun, begitu kesehatan tubuh terganggu, kita akan mulai memperhatikan bagian mana yang bermasalah dan penyakit apa yang kita derita.

Begitu pula dengan alam semesta. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya bencana yang terjadi, orang-orang mulai mencari tahu penyebab terjadinya bencana. Inilah kondisi zaman dan dunia ini. Para ilmuwan hanya mendalami penyebab terjadinya bencana, belum mendalami kekuatan di balik penyebab terjadinya bencana. Sesungguhnya, pikiran adalah pelopor segalanya. Pelopor segala sesuatu di dunia ini adalah pikiran. Pikiran merupakan sumber dari segala Dharma.

Kini penemuan ilmiah semakin membuktikan bahwa Dharma sesuai dengan ilmu pengetahuan. Kebenaran dalam ajaran Buddha sangat dalam dan murni. Kita juga melihat prinsip kebenaran dalam pertemuan resipien dan donor sumsum tulang di Kaohsiung kali ini. Sepasang demi sepasang resipien dan donor bertemu dalam acara tersebut. Para donor memiliki kisah yang menyentuh. Para resipien juga memiliki kisah yang luar biasa dalam melawan penyakit.

Contohnya bapak ini. Kita berusaha mencari donor untuknya hingga akhirnya menemukan seorang ibu yang saat itu telah berusia 54 tahun.

doc tzu chi

“Saya telah menanti selama 16 tahun. Batas usia menjadi donor adalah 55 tahun. Saat itu saya mengira sudah tidak ada harapan karena hanya tersisa satu tahun. Lalu, saya menerima pemberitahuan pada usia 54 tahun dan saya merupakan satu-satunya yang cocok. Saya merasa bahwa menyelamatkan satu orang berarti menyelamatkan satu keluarga. Karena itu, saya bersiteguh mendonorkan sumsum tulang untuk menyelamatkannya,” ujar Lin Su-zhen, donor sumsum tulang.

Dengan penuh sukacita dan tanpa berpikir panjang, dia mendonorkan sumsum tulangnya. Berhubung sudah mendekati batas usia donor, dia menggenggam waktu dan kesempatan itu. Dia hanya ingin menyelamatkan sesama. Kita juga harus mempraktikkan Dharma untuk membimbing diri sendiri sekaligus orang lain. Kita harus menggenggam waktu karena kini dunia ini penuh dengan bencana.

Lihatlah para relawan kita di Meksiko. Mengapa mereka bersedia pergi ke sana untuk menyalurkan bantuan meski harus menghadapi berbagai kesulitan? Selama lebih dari sebulan, mereka terus bersumbangsih di sana. Mengapa mereka rela terus bersumbangsih di sana meski terdapat kendala bahasa dan perbedaan pola hidup? Karena mereka mengasihi tanpa mementingkan jalinan jodoh serta memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan.

Mereka menggenggam kesempatan ini untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Sungguh, kita harus saling menghargai, mawas diri, dan berhati tulus. Jangan biarkan hati kita ternodai oleh pikiran buruk. Kita harus menjaga kemurnian hati kita dan terus melangkah maju. Jika sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Jangan ragu-ragu dan berdiam di tempat. Singkat kata, kita harus menggenggam jalinan jodoh ini. Kita harus melakukan hal yang benar dengan bijaksana.

Insan Tzu Chi memberi penghiburan dan melakukan survei secara estafet
Pelopor segala sesuatu di dunia adalah pikiran
Seorang donor berusia lanjut mendonorkan sumsum tulang tanpa ragu
Melenyapkan penderitaan semua makhluk dengan hati yang murni dan sabar

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Oktober 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 Oktober 2017
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -