Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Sukarela dan Merasakan Sukacita Dalam Dharma

Sejak bulan Mei lalu, hampir dalam setiap gelombang relawan yang kembali ke Taiwan terdapat relawan dari Tiongkok. Saya sering mendengar bahwa mereka sangat tekun dan bersemangat mendengar Dharma. Mereka bertekad untuk mendalami Dharma dengan tekun dan bersemangat. Mereka menyadari bahwa menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjadi Bodhisatwa dunia tidaklah sulit. Mendalami Dharma bukan hanya dengan duduk diam, melainkan dengan melakukan praktik nyata untuk menolong orang yang membutuhkan. Berapa lama kehidupan manusia? Sangat singkat.

Puluhan tahun berlalu dengan sangat cepat. Namun, kegelapan batin yang terakumulasi sangat tebal sehingga menyelimuti sifat hakiki kita. Kini, kita sangat beruntung karena dapat mendalami ajaran Buddha. Ajaran Buddha tidak luput dari segala sesuatu di dunia ini. Buddha mengajari kita bagaimana cara memperbaiki kehidupan dan mengubah kekuatan karma. Karma yang kita ciptakan di kehidupan lampau akan mengikuti kita ke kehidupan sekarang. Meski seseorang sangat terkenal dan bisnisnya berjalan dengan sangat lancar, tetapi hukum karma dapat mengubah segalanya.

“Dalam penyaluran bantuan bencana kali ini, saya bertemu dengan dua orang warga. Salah satu di antaranya mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto rumah mereka sebelum terjadi banjir. Kita melihat rumahnya merupakan rumah 3 lantai yang sangat indah. Dia berkata bahwa saat banjir datang, rumahnya hanyut bagaikan selembar kertas,” kata Li Shuizi, relawan Tzu Chi berbagi pengalamannya.

“Di mana rumah Anda? tanya relawan.

“Rumah kami di belakang pohon itu. Namun, kini tempat itu bersih. Lihatlah, hanya tersisa sedikit. Lihatlah, tadinya rumah kami sangat besar,” jawab Lin Meijuan, pemilik rumah.

Bencana alam bisa melanda siapa pun tanpa memandang kaya dan miskin. Hidup manusia tidaklah kekal. Dengan memahami Empat Kebenaran Mulia, kita tahu bahwa segala sesuatu terjadi akibat perpaduan sebab dan kondisi yang berada di luar kendali kita. Karena itu, kita harus segera berikrar untuk mengikis karma di masa lalu. Untuk mengikis karma, kita tidak bisa menghindarinya, tetapi harus menghadapinya. dengan hati yang tenang dan damai. Jika kita bisa menghadapi orang yang merugikan kita sekarang karena karma buruk kita di masa lampau dengan hati yang tenang dan damai, maka kita dapat menjalin jodoh baik dengannya. Banyak orang yang salah mengucapkan “melakukan dengan sukarela, menerima dengan sukacita” menjadi “melakukan dengan sukacita, menerima dengan sukarela”.

Sesungguhnya, meski hanya berbeda susunannya, tetapi dua kalimat ini memiliki makna yang jauh berbeda. “Melakukan dengan sukarela” berarti melakukan dengan tulus serta penuh tekad dan ikrar. Contohnya, pada cuaca yang sangat panas, para relawan secara sukarela pergi ke tempat tanpa pendingin ruangan dan duduk di lantai untuk mendengar Dharma dengan hati penuh sukacita dalam Dharma. Ada pula relawan yang melakukan kunjungan kasih dengan menempuh perjalanan yang sulit di bawah terik matahari. Saat melihat ada rumah yang kotor, relawan kita membantu membersihkannya dengan sukarela. Saat mengunjungi orang yang jatuh sakit atau mengalami keterbatasan gerak, relawan kita memandikan mereka dengan sukarela agar tubuh mereka terasa lebih segar dan mereka dapat tinggal di lingkungan yang bersih. Penerima bantuan merasa gembira dan kita merasakan sukacita dalam Dharma.

Kita harus bersumbangsih dengan hati penuh rasa syukur. Jadi, selain bersumbangsih dengan sukarela, kita juga harus penuh rasa syukur. Jika tidak, kita selamanya tidak akan tahu apa yang disebut dengan ketidakkekalan. Ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap. Ponsel ibu muda itu berisi foto rumahnya dan lingkungan tempat tinggalnya yang indah. Namun, banjir yang terjadi dalam sekejap menghanyutkan segalanya. Inilah ketidakkekalan yang terjadi dalam sekejap. Tanpa menjangkau lokasi bencana secara langsung, kita tidak akan bisa memahami ketidakkekalan hanya dengan mendengar Dharma. Dengan terjun ke lokasi bencana dan berinteraksi dengan para korban bencana, kita dapat mendengar kisah mereka dan melihat air mata mereka secara langsung. Mereka yang dilanda bencana sebesar ini menceritakan kisah mereka sambil menangis. Karena itu, kita pun merangkul mereka dengan penuh cinta kasih. Ini membuat kita bisa melewati pagar pembatas antara kita dan orang asing.

Dengan demikian, kita tidak akan takut untuk merangkul orang yang telah berhari-hari tidak mandi. Kita harus mengatasi rasa takut kita terhadap barang-barang yang kotor dan kewaspadaan terhadap orang asing. Jika kita bisa mengatasinya, maka semua orang di seluruh dunia adalah keluarga kita. Berbagai rintangan batin ini dapat diatasi berkat adanya cinta kasih. Dengan mengatasi semua rintangan itu, barulah kita dapat bersumbangsih. Cinta kasih berasal dari Dharma. Bodhisatwa dengan sukarela membimbing dan menyelamatkan semua makhluk yang menderita. Inilah ajaran Buddha. Untuk menyelamatkan semua makhluk dari penderitaan, kita harus mengatasi berbagai rintangan batin. Jalinan jodoh di kehidupan lampaulah yang membuat kita berkesempatan untuk menjalin jodoh Dharma yang penuh sukacita dengan orang-orang asing.  Sebelumnya, kita tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka. Namun, kita sukarela bersumbangsih seperti ini. Hasilnya, kita merasakan sukacita dalam Dharma.

Jika pikiran seseorang menyimpang maka segala yang dia lakukan akan salah. Meski ada orang yang menasihatinya, dia tetap enggan berubah. Mengapa? Karena dia merasa bahwa asalkan dia senang, apa pun boleh dilakukan. Dia berbuat sesuka hati. Lalu, bagaimana akhirnya? Dia harus menerima konsekuensinya dengan sukarela. Lalu, bagaimana akhirnya? Dia harus menerima konsekuensinya dengan sukarela. Meski tidak rela, dia tetap harus menerimanya. Inilah kehidupan.

Singkat kata,  “melakukan dengan sukarela, menerima dengan sukacita” dan “melakukan dengan sukacita, menerima dengan sukarela” terdiri atas enam kata yang sama, tetapi dengan susunan yang berbeda, maknanya akan jauh berbeda. Inilah Dharma. Sedikit perbedaan saja, maknanya sudah jauh berbeda. Jadi, jangan salah mengucapkan kata-kata. Saya harus menjelaskan perbedaannya pada kalian.

Mendengar dan mempraktikkan Dharma untuk memperbaiki kehidupan

Bersumbangsih dengan sukarela dan menyadari ketidakkekalan

Mengatasi rintangan batin sehingga dapat menolong orang yang menderita dengan sukarela

Memandikan penerima bantuan dan menjalin jodoh Dharma dengan penuh sukacita

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Juli 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  2 Agustus 2016
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -