Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Tanpa Penyesalan dan Keluh Kesah
“Dengan penuh cinta kasih dan welas asih, Master mendirikan Tzu Chi sehingga kami bisa bersumbangsih. Saya paling suka melakukan daur ulang. Saya melakukan daur ulang dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih. Hati yang tersucikan membuat kita bebas dari kekhawatiran. Saya bertekad untuk melakukan daur ulang. Melindungi bumi merupakan cara untuk menjaga kesehatan tubuh. Master mengasihi jiwa kebijaksanaan semua muridnya dengan cara membabarkan Dharma. Master memberi tahu kita untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Menyerap Dharma ke dalam hati berarti melatih diri. Pelatihan diri harus dilakukan dalam keseharian. Setiap tindakan yang dilakukan termasuk bagian dari pelatihan diri. Terima kasih, Master,” tutur kata Li Zhao, relawan Tzu Chi.
“Saya bertekad untuk menjadi anak yang baik dan menuruti perkataan ibu saya. Orang tua berharap anaknya punya reputasi yang baik. Saya bertekad untuk menjadi anak yang baik dan mengikuti jejak langkah Master. Bersama-sama menapaki Jalan Tzu Chi tanpa mencari keuntungan pribadi,” tekad Zeng Shi Ming, putra Li zhao.
Kita mendengar relawan daur ulang berbagi kisah. Dia menjadi relawan daur ulang dan anggota komite Tzu Chi. Dia juga melakukan kunjungan kasih dan terjun ke tengah komunitas. Anaknya juga sangat berbakti. Asalkan ibunya merasa gembira, dia berusaha melakukannya. Ini sungguh tidak mudah. Dia juga mendengar Dharma setiap hari. Karena memiliki Dharma di dalam hati, Dia memiliki kesadaran yang penuh cinta kasih. Dharma telah membangkitkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin di dalam hati. Setelah cinta kasih dan welas asih terbangkitkan, kita terjun ke tengah masyarakat untuk merasakan penderitaan di dunia. Karena dapat merasakan penderitaan orang lain dan merasa tidak tega, kita pun turut bersumbangsih. Inilah cinta kasih yang berkesadaran.
Setelah mendengar Dharma, kita merasakan semangat dan sukacita. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, kekeruhan di dalam hati akan terkikis sedikit demi sedikit. Setelah membuang kekotoran batin, maka hati kita akan dipenuhi harum semerbak Dharma. Ini yang disebut menghirup keharuman Dharma.
Timbunan kegelapan batin dapat menimbulkan aroma tidak sedap. Jika kita terus mengakumulasi kegelapan batin, maka kebajikan kita akan terbenam sehingga kita terus melakukan kekeliruan. Jika hati nurani kita tertimbun, maka pikiran kita akan terbelenggu oleh ketamakan, kebencian, dan kebodohan dan tubuh kita akan melakukan kejahatan. Namun, setelah mendengar Dharma, kita menyadari bahwa arah kita adalah salah. Kita dapat segera kembali ke jalan yang benar dan membersihkan batin dengan Dharma.
Kita harus mendengar Dharma dan mempraktikkannya dalam keseharian. Saat berinteraksi dengan orang atau menangani suatu masalah, kita harus menggunakan Dharma. Dengan demikian, secara alami kita dapat menjalin jodoh baik dengan sesama. Jalinan jodoh buruk kita dengan sesama dapat berkurang. Setelah menumbuhkan jalinan jodoh baik, kita dapat membimbing banyak orang untuk memasuki pintu kebajikan. Dengan mengajak banyak orang untuk melakukan kebajikan, berarti kita sudah membimbing semua makhluk. Daripada menjalin jodoh buruk, lebih baik kita menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Ini disebut menjalankan mazhab Tzu Chi di dunia. Untuk itu, kita harus mendengar Dharma.
Yang terpenting dari mendengar Dharma adalah kita harus memahami semangat dan nilai yang terkandung di dalamnya. Setelah mendengar Dharma, secara alami kita akan menggenggam, menghargai, dan memanfaatkan waktu untuk tekun dan giat. Kita akan tahu untuk menghargai waktu dan menghargai hubungan antarsesama. Kita akan tahu untuk menghargai dan melindungi tempat tinggal kita.
Kita harus melindungi masyarakat dan komunitas kita agar dapat selalu harmonis. Untuk menjaga keharmonisan komunitas, kita harus memulainya dari keluarga dan diri sendiri. Jika setiap keluarga dapat harmonis, maka kehidupan di komunitas juga akan rukun. Jika setiap komunitas dapat hidup rukun, bukankah kehidupan masyaraat akan harmonis? Ini bergantung pada setiap individu.
Bodhisatwa sekalian, kita harus memulainya dari diri sendiri. Karena itu, dikatakan bahwa ajaran Jing Si adalah mempraktikkan Jalan Kebenaran. Saya membabarkan Sutra Bunga Teratai. Kalian hendaknya mempraktikkannya di dunia untuk membimbing orang-orang menapaki Jalan Bodhisatwa.
Pada saat menjalankan Tzu Chi, saya sering memberi tahu kalian bahwa ini adalah Jalan Bodhisatwa. Kita dapat memberi manfaat bagi semua makhluk. Saat melihat banyak orang yang menderita, kita harus mengembangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengan cinta kasih agung, kita bersumbangsih tanpa penyesalan. Dengan welas asih agung, kita bersumbangsih tanpa keluh kesah. Kita melakukannya dengan sukacita dan sukarela. Dengan sukarela, kita terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih bagi semua makhluk. Ini yang disebut menapaki Jalan Bodhisatwa.
Kita dapat melihat relawan senior dan relawan yang baru dilantik. Anggota keluarga Tzu Chi terus bertambah seiap tahun. Semoga para relawan yang baru dilantik dapat tekun dan bersemangat melatih diri. Semoga para relawan senior dapat terus mendampingi. Kita jangan hanya memberikan tanggung jawab kepada mereka. Kita hendaknya mewariskan semangat Tzu Chi dan memberikan pendampingan. Dengan begitu, baru jiwa kebijaksanaan kita dapat terus bertumbuh. Jika kita berhenti, maka jiwa kebijaksanaan kita juga akan ikut terhenti.
Mengetahui bahwa kalian tekun mendengar Dharma, saya sangat gembira. Dengan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, barulah kehidupan kita tak berlalu sia-sia.
“Murid Jing Si di Yilan bertekad untuk melindungi bumi dan cinta kasih, mempraktikkan kebajikan dan menggarap ladang berkah, berpegang teguh pada tekad untuk melindungi Dharma dan menjalankan sila, serta melangkah maju dengan kesatuan hati dan keharmonisan,” relawan Tzu Chi berikrar di Acara Pemberkahan Akhir Tahun.
Bodhisatwa sekalian, karma akan mengikuti kita selamanya. Ketenaran dan kekayaan akan berlalu. Kehidupan ini juga akan berlalu. Hanya buah karma yang akan mengikuti kita dari kehidupan ke kehidupan.
Singkat kata, Bodhisatwa sekalian, kita harus memanfaatkan kehidupan ini. Setelah mendengar Dharma, kita harus mempraktikkannya dalam keseharian. Di dalam kehidupan sehari-hari dan setiap detik kehidupan, kita harus selalu tekun dan bersemangat.
Bodhisatwa sekalian, 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan merupakan pedoman kita untuk melatih diri. Saya berharap kalian dapat selalu tekun dan bersemangat serta lebih bersungguh hati. Terima kasih. Saya mendoakan kalian semua.
Tekun dan bersemangat mendengar Dharma serta membangkitkan welas asih
Memahami penderitaan semua makhluk dan terjun ke tengah masyarakat
Melenyapkan kegelapan batin dan berjalan ke arah yang benar
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Januari 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 Januari 2019
Editor: Metta Wulandari