Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Tekad yang Teguh


Saya sangat bersyukur. Sungguh sulit untuk tidak bersyukur. Terhadap insan Tzu Chi yang kini ada di India dan Nepal, saya sungguh sangat bersyukur. Setelah tiba di sana, mereka menjalankan misi dengan lancar. Ini tidak akan terwujud jika mereka tidak mengatasi segala kesulitan dengan hati yang tulus. Mereka mengalami berbagai kesulitan, tetapi tidak pernah berkeluh kesah. Contohnya, cuaca di sana saat ini. Panasnya sungguh tidak terbayangkan. Namun, para Bodhisatwa kita bagaikan memasuki tempat yang sejuk.

Di tengah cuaca yang begitu panas, kerelaan mereka dalam bersumbangsih bagai bisa mengubah kobaran api menjadi teratai merah. Murid-murid saya yang pergi ke sana biasanya hidup nyaman dan memiliki karier yang sukses. Ada relawan dokter, ada pula relawan pengusaha. Namun, mereka dapat menyerahkan bisnis mereka kepada anggota keluarga dan berfokus mendedikasikan diri di tanah kelahiran Buddha. Yang terlihat di sana sangatlah memprihatinkan.

Warga setempat hidup di era yang sama dengan kita, tetapi kondisi kehidupan mereka jauh berbeda dari kita. Kini, insan Tzu Chi dari Singapura dan Malaysia tengah menghadapi teriknya matahari di sana. Bagaikan baru direbus, matahari di sana sangatlah panas. Sungguh, cuaca di sana bagaikan panci yang panas dan matahari seakan-akan baru direbus. Itu bisa diumpamakan seperti ini.

Para relawan kita berjalan di atas bumi dan di kolong langit yang sangat panas, tetapi mereka melakukannya dengan sukarela dan merasakan kemanisan dalam hati mereka. Mereka selalu merasa sukacita saat melihat orang-orang yang membutuhkan memperoleh bantuan. Saya yakin di tanah kelahiran Buddha, jalinan jodoh kita telah matang. Ke mana pun insan Tzu Chi pergi, kita berkesempatan untuk menyalurkan bantuan. Untuk itu, kita hendaknya lebih bersungguh hati. Namun, ini juga bergantung pada jalinan jodoh.


Belakangan ini, saya terus mengkhawatirkan bagaimana kita menyalurkan bantuan di sana. Saya tidak tega melihat penderitaan warga setempat, tetapi tidak tahu bagaimana menolong mereka. Saya berharap insan Tzu dari Singapura dan Malaysia dapat bersungguh-sungguh memahami kondisi kehidupan dan budaya setempat agar saat mereka kembali ke Taiwan, kita dapat memikirkan cara untuk menyalurkan bantuan.

Saya sangat berharap kita dapat menemukan cara untuk menolong orang-orang yang membutuhkan di sana. Bagaimana kita membimbing mereka mentransformasi penderitaan menjadi ketenteraman agar mereka dapat hidup seperti orang-orang pada umumnya? Kita harus membangkitkan kekayaan batin mereka. Inilah harapan terbesar saya.

Kita hendaknya terlebih dahulu memperkaya batin mereka dan membimbing mereka agar lebih tekun dan berusaha mengembangkan diri. Karena itu, kita harus memprioritaskan pendidikan di sana. Kita menjalankan misi budaya humanis dan pendidikan secara bersamaan di sana. Misi budaya humanis dijalankan di sana untuk membangun citra diri warga setempat. Pelaksanaan misi pendidikan adalah perjalanan panjang. Intinya, untuk menolong warga setempat, kita harus mengatasi banyak kesulitan.


Saya sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi dari Singapura dan Malaysia yang telah pergi ke Nepal. Kita telah melihat penderitaan di sana. Kita harus membangkitkan kekayaan batin mereka agar mereka dapat bangkit dengan berani, bukan selamanya duduk atau tidur di atas lantai. Mereka mungkin telah berdamai dengan kekurangan mereka, tetapi mereka belum memahami kebenaran dan tidak tahu tentang Jalan Bodhisatwa. Karena itu, kita hendaknya membentangkan Jalan Bodhisatwa di Nepal dan menginspirasi mereka untuk bangkit. Kita harus mencari cara untuk melakukannya.

Para insan Tzu Chi dari Singapura dan Malaysia telah terjun ke tengah masyarakat Nepal. Saya selalu berkata pada diri sendiri bahwa tiada penyesalan dalam hidup saya. Insan Tzu Chi dari Singapura dan Malaysia yang berada di Nepal hendaknya juga berkata pada diri sendiri bahwa kehidupan kalian sangat bernilai. Sumbangsih dan dedikasi kalian yang penuh kesungguhan hati dan cinta kasih merupakan suatu persembahan bagi saya. Kehidupan kalian sungguh bernilai. Saya berharap kalian dapat kembali ke Griya Jing Si dan berbagi pengalaman dengan saya secara langsung. Kehidupan kalian sangat bernilai. Terima kasih.

Berkat dukungan insan Tzu Chi di seluruh dunia, barulah Tzu Chi bisa seperti sekarang. Selain itu, juga ada dukungan para staf kita. Sungguh, semua orang mendedikasikan diri dengan sepenuh hati dan tenaga tanpa memperhitungkan waktu. Dengan tulus, kita menyajikan informasi yang benar dan bajik. Berhubung selalu mencari tahu secara mendalam, kita pun dapat menampilkan keindahan.


Kita telah mempraktikkan semangat ajaran Buddha di dunia. Ajaran Tzu Chi berlandaskan ajaran Buddha. Insan Tzu Chi telah bersumbangsih dan membentangkan Jalan Bodhisatwa di berbagai tempat dan kini, kita akan membentangkannya di Nepal. Saya berharap di Nepal, kita juga dapat membentangkan Jalan Bodhisatwa. Kita harus membentangkan jalan dengan praktik Bodhisatwa. Bagaimana kita membentangkan jalan dengan praktik Bodhisatwa? Insan Tzu Chi dari Singapura dan Malaysia mempraktikkan ajaran Tzu Chi di Nepal untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa. Ini membutuhkan kesabaran.

Saya bersyukur kepada insan Tzu Chi dari Singapura dan Malaysia yang begitu bersungguh hati. Mereka sungguh dipenuhi berkah. Mereka telah menggantikan saya untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa di tanah kelahiran Buddha. Saya sungguh bersyukur dan tersentuh. Kisah yang menyentuh sungguh tidak habis untuk dibagikan dan rasa syukur saya sulit diungkapkan dengan kata-kata. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian. 

Merasakan kesejukan meski berada di bawah terik matahari
Mentransformasi penderitaan menjadi kebahagiaan dan mengembangkan potensi kebajikan
Membangkitkan kekayaan batin orang kurang mampu dan membimbing mereka menapaki
Jalan Bodhisatwa Menjangkau tanah kelahiran Buddha untuk meneruskan jalinan jodoh Dharma

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 23 Juli 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 25 Juli 2023
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -