Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Tulus dan Saling Menautkan Hati
Kita telah melihat sekelompok anak muda yang memiliki prinsip dan pemikiran yang sama tentang kebajikan dan cinta kasih. Dengan kebajikan dan cinta kasih agung tanpa noda, mereka dapat merangkul seluruh dunia. Saya telah merasakannya dan sangat bersyukur. Namun, saya juga merasa bahwa ini adalah jalinan jodoh yang tak terbayangkan.
Tzu Chi bermula dari penggalangan cinta kasih di pasar. Pada awalnya, yang kita lihat ialah kemiskinan, ditambah lagi dengan penyakit. Ketika melihat kemiskinan, kita tahu bahwa harus ada misi amal untuk membantu mereka yang dapat kita jangkau. Hal paling sederhana ialah memberikan beras. Jika ada beras, mereka bisa makan kenyang.
Selanjutnya, yang kita lihat ialah penyakit. Saat seseorang sakit, selama ada dokter, fasilitas medis, dan obat-obatan, maka penyakitnya bisa diobati. Dengan begitu, penderitaannya bisa berkurang. Namun, apakah semuanya sesederhana itu? Orang yang dilanda kemiskinan dan kelaparan juga memiliki anggota keluarga. Ada kaum lansia, anak kecil, ataupun orang sakit. Mereka juga perlu membina anak cucu mereka. Jadi, masalah dalam keluarga sangatlah kompleks.

Seiring waktu, berapa banyak masalah yang akan terus berlanjut? Tidak terhitung. Kemiskinan dan penyakit menjadi masalah yang terus berlanjut. Saat awal memulai pelayanan medis, kita hanya memiliki empat departemen. Namun, sekarang jumlah departemen dan spesialis sudah tak terhitung. Jadi, misi kesehatan terus berkembang tanpa henti. Begitu pula dengan pendidikan yang tidak pernah ada akhirnya. Empat Misi Tzu Chi juga demikian. Saat ini, Empat Misi Tzu Chi telah dijalankan di seluruh dunia.
Hal yang paling menyedihkan belakangan ini ialah saya melihat ketidakselasaran empat unsur alam yang menyebabkan perubahan iklim dan bencana alam dalam waktu sekejap. Baru-baru ini, gempa di Myanmar yang terjadi seketika merobohkan banyak vihara. Di Myanmar, banyak lansia sebatang kara yang tinggal di vihara. Ada pula keluarga kurang mampu dan anak yatim piatu yang tinggal di sana. Hanya dalam sekejap setelah gempa terjadi, vihara tempat mereka berlindung runtuh.
Banyak sekali orang yang tinggal di sana. Inilah informasi yang didapatkan dari insan Tzu Chi di sana. Jumlah insan Tzu Chi di Myanmar tidak banyak, sedangkan skala bencana kali ini sangatlah besar. Oleh karena itu, saya terus merasa khawatir dan berpikir bagaimana kita bisa membantu mereka. Meski relawan Tzu Chi di sana sudah bergerak, tetapi jumlah mereka tidaklah banyak.
Ditambah lagi, barang bantuan sangat sulit untuk masuk ke sana. Lalu, bagaimana kita bisa membantu mereka? Meski begitu, relawan Tzu Chi di Myanmar tidak pernah menyerah. Saya tetap menaruh harapan besar dalam hal ini dan kita pun terus mengupayakannya. Semua ini adalah penderitaan dunia. Begitu banyak penderitaan yang sulit untuk diungkapkan.

Di sisi lain, kita hendaknya bersyukur. Kita yang berada di tempat yang aman hendaknya bersyukur. Rasa syukur ini harus disertai dengan ikrar, tekad, dan doa yang tulus. Berhubung pikiran manusia tidak selaras, sangat sulit bagi kita untuk membuat orang lain memahami dan menerima kata-kata kita. Jika disampaikan terlalu keras, ucapan kita mungkin malah memental; jika terlalu lembut, orang-orang mungkin menganggapnya sepele.
Oleh karena itu, sangat sulit untuk menyelaraskan pikiran manusia. Terkadang, ketika memikirkan hal ini, saya merasa tidak berdaya. Lalu, apa yang harus dilakukan? Saya tetap menyemangati diri sendiri untuk berusaha semaksimal mungkin. Dengan segenap hati dan tenaga, mari kita berusaha semaksimal mungkin. Lihatlah tim medis yang ada di RS Tzu Chi Taipei. Mereka begitu kompak, penuh tekad, tekun, dan bersemangat. Yang dimaksud dengan tekun dan bersemangat ialah melakukan praktik nyata dengan hati yang tulus.
Pagi-pagi sekali, mereka berangkat ke Stasiun Taipei untuk naik kereta menuju wilayah timur. Seiring berjalannya waktu dan roda kereta, mereka pun tiba di Griya Jing Si. Mereka harus meluangkan waktu, mengikuti jadwal keberangkatan kereta, dan naik kereta menuju Griya Jing Si. Ini semua memerlukan waktu. Hal yang terpenting ialah ini semua bergantung pada fasilitas yang berbentuk materi.

Kereta adalah wujud materi yang terdiri atas berbagai komponen yang dirakit. Begitu banyak komponen yang disatukan. Setiap detik, setiap inci dari berbagai komponen bergabung menjadi satu. Oleh karena itu, kita semua harus bersatu hati. Menyatukan materi yang berwujud tidaklah sulit, tetapi menyatukan hati, itulah yang sulit. Namun, bagaimanapun juga, yang penting kita memiliki arah dan tindakan yang sama.
Apa pun yang ada di pikiran kalian, asalkan mau bergerak, kalian akan menaiki kendaraan yang membawa kalian kembali ke Hualien. Selama arah kita sama, pada akhirnya kita akan tiba di Griya Jing Si. Selama ada kekuatan cinta kasih, arah yang benar, dan tindakan nyata, sejauh apa pun jalannya, kita tetap akan tiba di tempat tujuan.
Hendaknya kita bersungguh-sungguh dan tekun menjalankan Empat Misi Tzu Chi di panggung internasional. Tidak hanya tekun, melainkan juga harus tulus. Ketulusan para dokter dan perawat digunakan untuk melenyapkan penderitaan pasien. Ketulusan dalam misi amal digunakan untuk membantu mereka yang menderita dan kurang mampu. Jadi, dari tetes demi tetes, kita membentuk satu kesatuan yang utuh.
Cinta kasih agung misi amal menyebar ke seluruh dunia
Menolong yang kurang mampu, melenyapkan penderitaan, dan berdoa bagi kedamaian semua makhluk
Melangkah dengan tekun dan bersemangat di jalan yang benar
Bersumbangsih dengan tulus dan saling menautkan hati
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 15 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 17 April 2025