Ceramah Master Cheng Yen: Bersumbangsih dengan Tulus demi Keharmonisan Masyarakat
Di Tiongkok, kita bisa melihat para pekerja migran yang meninggalkan kampung halaman dan pindah ke perkotaan. Setelah pindah ke perkotaan, mereka harus menyewa rumah. Mereka juga harus menyekolahkan anak mereka. Namun, hidup di perkotaan tidaklah mudah. Biaya pendidikan anak juga sangat besar. Karena itu, insan Tzu Chi membentuk tim untuk memberikan bantuan dana pendidikan. Jika tahu bahwa ada anak yang berasal dari keluarga kurang mampu atau mengalami kesulitan lain insan Tzu Chi pasti memberikan bantuan.
Insan Tzu Chi memperlakukan anak-anak itu bagaikan anak atau cucu sendiri. Mereka sangat mengasihi anak-anak itu. Namun, latar belakang setiap anak berbeda-beda. Ada seorang anak laki-laki yang ditinggalkan orang tuanya setelah dilahirkan. Beruntung, ada kakek dan neneknya yang membesarkannya. Namun, kakek dan neneknya sudah lanjut usia, membesarkan anak ini juga tidak mudah. Kini anak itu duduk di bangku SD dan prestasinya cukup baik, tetapi kondisi kehidupannya sangat sulit. Setelah menerima kasus ini, insan Tzu Chi juga mencurahkan perhatian kepada keluarga ini. Selain memberikan bantuan dana pendidikan, insan Tzu Chi juga memperhatikan keluarga ini.
Di
Provinsi Gansu, juga ada seorang anak laki-laki yang menderita asma. Ibunya
yang merupakan orang tua tunggal harus mengurus rumah tangga, merawat anak, dan
bekerja. Karena itu, keluarga ini mengalami berbagai kesulitan. Insan Tzu Chi
juga bergerak untuk memperhatikan keluarga ini. Keluarga seperti ini sangatlah
banyak. Inilah kondisi para pekerja migran. Relawan kita memperhatikan
anak-anak sekaligus keluarga mereka. Kekuatan cinta kasih seperti ini sungguh
penuh kehangatan.
Di dunia ini, meski ada keluarga yang kekurangan, tetapi kita bisa melihat uluran tangan yang penuh kekuatan cinta kasih dan penuh kehangatan. Jadi, dunia ini juga penuh cinta kasih. Dunia ini membutuhkan Bodhisatwa untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Dengan demikian, kita baru bisa mewujudkan masyarakat yang harmonis. Ya, kita harus membimbing semua makhluk dengan hati yang tulus dan tanpa pamrih. Bukankah insan Tzu Chi harus tulus, benar, yakin, dan bersungguh-sungguh?
Pertama-tama, kita harus tulus dalam mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Jadi, kita harus membimbing semua makhluk dengan cinta kasih dan welas asih yang tulus. Yang harus dijangkau oleh Bodhisatwa adalah semua makhluk yang menderita. Komunitas yang kekurangan merupakan ladang pelatihan bagi Bodhisatwa. Bodhisatwa melatih diri di tengah penderitaan dengan menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Inilah tujuan hidup kita.
Kita
juga melihat ritual namaskara yang khidmat di Xindian. Berhubung Aula Jing Si
Xindian sudah dibangun, kini relawan setempat memiliki rumah batin. Karena itu,
mereka semakin tekun dan bersemangat. Para insan Tzu Chi melakukan ritual namaskara
dengan khidmat di Aula Jing Si Xindian. Para relawan Tzu Chi dan relawan
komunitas melakukan ritual namaskara dengan khidmat di lapangan. Inilah yang
dilakukan relawan kita di Xindian. Di Taichung, relawan kita juga melakukan ritual
namaskara pada hari yang sama. Meski Aula Jing Si Taichung berada di perkotaan,
tetapi para relawan kita tetap mengelilingi trotoar di sekeliling Aula Jing Si dan
mulai melakukan ritual namaskara dengan khidmat. Di tengah perkotaan, mereka
menampilkan ketertiban mereka dalam melakukan ritual namaskara.
Beberapa hari ini, insan Tzu Chi juga kembali ke Griya Jing Si. Insan Tzu Chi dari luar negeri dan seluruh Taiwan kembali ke Griya Jing Si dan mengikuti ritual namaskara selama berhari-hari. Kemarin, berhubung ada sedikit waktu luang, ada lebih dari 200 bhiksuni yang mengikuti ritual namaskara. Saya juga memanfaatkan waktu luang itu untuk berjalan ke dapur. Di dapur, saya melihat para bhiksuni dan relawan konsumsi yang telah kembali untuk membantu selama berhari-hari dari awal bulan hingga sekarang demi keluarga besar Tzu Chi.
Saya melihat para bhiksuni bertahun-tahun terus mengemban tanggung jawab di dapur. Saya jarang mengunjungi mereka di dapur. Kemarin, saat melihat mereka menyiapkan makan malam, saya sungguh sangat bersyukur. Yang terpenting, mereka sangat memperhatikan kebersihan makanan. Mereka mengerahkan segenap hati dan tenaga.
Para
bhiksuni yang melatih diri bersama saya sungguh sangat bekerja keras. Saya lalu
bertanya pada mereka, “Kalian bekerja keras setiap hari, apakah kalian tidak
lelah?” Mereka dengan gembira berkata, “Master, kami semua sangat bersukacita
bisa menjadi murid Master. Kami melakukannya dengan penuh sukacita.” Para
bhiksuni di dapur memberikan jawaban seperti itu dengan senyum lebar. Sungguh,
saya sangat bersyukur. Ini merupakan persembahan terbesar bagi saya. Saya malah
merasa malu karena biasanya, saya tidak mengunjungi dan memperhatikan mereka. Saya
merasa malu pada murid-murid saya.
Singkat kata, saya sangat bersyukur berkesempatan mengungkapkan isi hati saya. Saya sungguh sangat bersyukur.
Kita juga melihat penggalakan pola makan vegetaris. Demi menjaga kesehatan alam dan kesehatan manusia, para relawan kita tidak takut bekerja keras dan tidak menyerah untuk menggalakkan pola makan vegetaris. Saat Kuil Yuan Kuang Chan di Zhongli menggelar acara, relawan kita juga meminta izin untuk menyosialisasikan pola makan vegetaris di sana. Kepala kuil menyetujuinya dan menyambut insan Tzu Chi dengan tangan terbuka. Saya sungguh sangat bersyukur.
Jika setiap orang bersedia menggalakkan pola makan vegetaris, maka ini akan menjadi hal yang baik. Hal yang perlu disyukuri sangat banyak. Intinya, kita semua harus bekerja sama. Jika setiap insan Tzu Chi bisa membimbing keluarga dan kerabat sendiri, bukankah ini bisa membawa pengaruh besar? Jadi, kita harus menggenggam waktu. Jika bisa membawa pengaruh yang positif, maka kita harus terus melangkah maju dengan tekun dan bersemangat.
Menyurvei pekerja migran dan menjalankan Enam Paramita
Melakukan ritual namaskara dengan khidmat dan penuh tekad pelatihan
Menggalakkan pola makan vegetaris dan menjalin jodoh baik dengan semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 April 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 April 2017
Editor: Metta Wulandari